ALEXIS menggigit bibir tidak enak, ia pandangi Syamsul di sampingnya yang juga belum menyalakan mesin mobil.
"Ilham," panggilnya pelan. "Maafkan aku soal tadi, aku tak berniat membuatmu tidak nyaman. Anggap saja perkataanku itu angin lalu."
Syamsul menghela napas kasar. "Tak perlu meminta maaf, cuma aku tidak bisa membantumu."
"Tidak apa." Alexis tersenyum. "Setelah berkenalan dengan istrimu tadi aku jadi sadar diri."
Mereka saling diam.
"Kurasa baiknya aku pulang sendiri saja, Ilham. Terima kasih sudah bersedia ikut denganku melayat ke rumah Thomas."
Syamsul mengangguk, tak ada hasrat untuk menahan gadis di sebelahnya dan membiarkan Alexis pergi sendiri.
Dengan itu pula, sepeninggal sang gadis, Syamsul langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Tiba di kamar, matanya menatap tubuh sang istri yang terbaring di atas ranjang dengan posisi memunggunginya.
Syamsul tak tahu harus berbuat apa, kecemburuan jelas masih mengikat dirinya. Ia perlu mandi untuk merehatkan kepala yang mengepul. Sudah banyak masalah datang hari ini, tidak Thomas, Alexis atau pria bernama Timo itu.
Siapa dia?
Cucunya Roger dan Amelie?
Tapi bukan berarti ia punya keleluasaan untuk menjamah rumahnya dan berduaan dengan Raisya.
Enak saja.
"Alexis itu siapa kamu?" Raisya memaksakan diri bersuara. Tidak ada jawaban, ia bangkit dari rebahan dan melihat suaminya yang berdiri, diam di tempat. "Mas?!"
"Dia temen aku!" Syamsul berbalik cepat, napasnya memburu karena merasa tersinggung sudah dicurigai. Padahal harusnya yang berprasangka adalah dirinya.
Bisa-bisanya Raisya santai menerima tamu lain pria dan berduaan di dalam rumah.
"Oh," Raisya mengangguk, ia membuang pandangan, tak mau bersitatap dengan suaminya. "Pantas aja kamu nggak mau punya anak dulu."
Syamsul mengerutkan kening, istrinya mau bermain, sebab bukan melanjutkan kalimat malah balik berbaring. Buru-buru ia menghampiri dan menyentak bahu Raisya.
"Maksud kamu apa, Rai?!"
Sempat sekali wanita itu mengaduh, ia mengadu mata tajamnya ke Syamsul. "Iya, sebelum kita pulang ke Indonesia kamu tiba-tiba pergi setelah dapat telepon dari cewek yang namanya Alexis itu, hampir seharian aku nunggu kamu, kamu nggak pulang-pulang. Terus waktu kita lagi ada acara sama keluarga, kamu rela pulang cepet ke sini setelah dapat telepon, aku jadi curiga."
Syamsul terkesiap mendengarnya.
"Sekarang aku tahu, udah jelas semuanya dan jadi bikin aku sadar alasan kamu nggak mau punya anak dulu."
Seketika mendengarnya Syamsul naik pitam, jadi secara tidak langsung Raisya menuduhnya telah berselingkuh?
Ia kemudian membuka ikat pinggang secara terburu, setelahnya jemari pria itu melepas kancing kemeja, melonggarkan napas yang menyiksa.
"Kamu mau punya anak?!" Syamsul berkata tinggi. "Ayo!"
Raisya terkejut ketika tubuhnya didorong paksa agar berbaring kembali di atas ranjang, belum sampai sana kekagetannya, karena kini tangan sang suami langsung menggerayangi bagian-bagian yang meningkatkan gairah.
"Mas, kamu apa-apaan?!" Kedua tangan Raisya berusaha mendorong, namun berakhir sia-sia, suaminya benar-benar dominan, tak bisa digeser dari posisinya yang tengah mencumbu tengkuk sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daim
RomanceAdalah Syamsul, menikahi Raisya karena memang cinta, sudah dari masa sekolah ia memendam untuk teman masa kecilnya. Adalah Raisya merasa begitu bahagia ketika perjuangan cintanya bisa menapaki jenjang pernikahan, hidupnya pasti bakal menyenangk...