"Tuhan memang tidak berfirman hidup akan selalu berjalan mulus, tapi Dia berjanji sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
- dari Quotes Islam.*****
MEMATUT dirinya di depan cermin, pria itu tersenyum, kedua tangannya membenarkan letak kerah kemeja yang menyembul dari sweater nan melekat di tubuh.
Sudah tekad dalam diri, Timo tak bisa berlarut dalam kenyataan pahit yang menimpanya. Ia perlu bangkit dan menjalani kehidupan lebih baik dari sebelumnya. Jika dulu tujuannya adalah Raisya, kini Timo tersadar satu hal penting yang tak boleh dilupakan olehnya.
Roger dan Amelie. Di sisa usia mereka, Timo berjanji untuk menemani keduanya. Sebagai pengabdian dari cucu tersayang.
Dirasa penampilannya sudah cukup, Timo bergegas keluar dari kamar. Hening, tak didapatinya Roger dan Amelie berada di ruang menonton seperti biasa. Dengan percaya diri, ia melangkah menuju halaman belakang.
"Roger, kau perlu memupuk bagian ini!" Amelie menunjuk satu gundukan yang tanamannya melayu. "Astaga, dia sekarat, Roger!"
"Tenanglah, Amelie, kau berisik sekali." Roger mencibir, kedua tangannya terlapis sarung tangan sudah kotor dengan tanah basah. "Aku selesaikan dulu yang ini. Baiknya kau juga selesaikan tugasmu menyiram mereka."
Amelie berdecak, tapi mau tak mau dirinya menurut.
Melihatnya, Timo tergelak. Ia menghampiri kedua pasang suami istri yang renta itu.
"Nek, Kakek, aku pergi dulu, ya."
"He, mau ke mana?" Amelie menaikkan salah satu alisnya.
"Aku mau ke kafe yang di Toronto, ada urusan sebentar."
"Baiklah." Roger memberi izin.
"Pulangnya jangan lupa membungkus buat kami." Ingatkan Amelie, membuat Timo tertawa dan mengangguk menyetujui.
"Kalau begitu, aku pergi dulu!" Timo membalas lambaian dari kakek dan neneknya lantas ia sudah nenghilang di balik pintu pembatas antara dapur dan halaman belakang ini.
***
Raisya bergolek tanpa minat di atas sofa, matanya melihat tayangan televisi yang tersaji. Ia merasa sangat lesu sekarang.
Ini sudah hari ke berapa, sejak pertikaian sengitnya dengan sang suami, entahlah, Raisya tidak mau menghitung saking malasnya. Tangan yang memegang remot juga mengganti acak saluran televisi.
Tidak lama Syamsul keluar, ia menautkan kancing di bagian lengan kemejanya sambil tidak lepas memandangi sang istri yang nampak macam paus terdampar. Pemikiran itu jelas membuatnya tertawa tanpa ditahan.
Raisya mendongak, ia pandangi bingung suaminya. "Kenapa ketawa?"
Belum juga mau menjawab, istrinya sudah mencecar lagi.
"Mau ke mana?"
Syamsul menghela napas, ia putuskan duduk di sofa lainnya, dekat sang istri. "Yang mana yang harus aku jawab?"
Raisya berdesis, ia kembali fokus melihat ke layar digital di depannya. "Nggak usah dijawab."
"Marah." Syamsul terkekeh. "Aku ketawa karena ngeliat kamu lucu banget, dan aku mau pergi kerja, waktu libur aku udah habis."
Raisya cuma berdeham sebagai respon.
"Aku berangkat, ya."
Lagi-lagi hanya dehaman yang terdengar.
"There's none kiss for me?"
Raisya berdecak, ia bangkit dari tiduran dan duduk setengah berbaring, bersandar kedua tangannya, bibir gadis itu manyun kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daim
RomanceAdalah Syamsul, menikahi Raisya karena memang cinta, sudah dari masa sekolah ia memendam untuk teman masa kecilnya. Adalah Raisya merasa begitu bahagia ketika perjuangan cintanya bisa menapaki jenjang pernikahan, hidupnya pasti bakal menyenangk...