19. Misteri Kematian Si Pecut Emas

1.5K 31 0
                                    

Han Giok Shia mengintipnya sambil menahan nafas. Tak seberapa lama kemudian, di sebelah barat laut terdengar suara yang amat nyaring, yaitu suara orang membaca syair.

Asap tebal di dalam rimba,
gunung dingin hati berduka,
ada orang merana di loteng,
burung-burung berterbangan,
di mana adalah tempat tinggal....

Itu adalah syair Lie Thet Pek yang amat terkenal. Suara belum sirna, orangnya sudah mendekat.

Bukan main cepatnya gerakan orang itu, bahkan tak mengeluarkan suara sedikit pun. Han Giok Shia memandang si pendatang itu. Seketika juga hatinya berdebar-debar.

Si pendatang itu tidak lain pemuda kurus yang tampan itu, yang sering dilihatnya setiap malam dalam waktu setengah bulan ini.

Setelah mendekat, Tam Goat Hua menyapanya seraya memanggil.

"Kakak!"

Hati Han Giok Shia tertegun. Ternyata dugaannya tidak meleset, pemuda itu memang kakak Tam Goat Hua.

Oleh karena itu, dia terus menahan nafas sambil pasang kuping, karena ia yakin bahwa mereka berdua akan membicarakan sesuatu.

"Eh? Adik, kenapa kau ke mari seorang diri?"

Tam Goat Hua menghela nafas panjang.

"Lu Cong Piau Tau sudah pergi." Gadis itu memberitahukan.

Pemuda itu segera bertanya.

"Apakah mereka tetap akan pergi ke Tiam Cong dan Go Bi untuk mengundang para jago tangguh, membuat perhitungan dengn Liok Ci Siansing?"

Tam Goat Hua tampak tercengang.

"Tentu! Memangnya kenapa?"

Pemuda itu kelihatan terkejut.

"Hah? Adik, kau tidak bertemu ayah?"

Tam Goat Hua menyahut.

"Tidak." Gadis itu menggelengkan kepala. "Ayah ke mana?"

"Celaka!" seru pemuda itu.

"Kakak! Apa yang celaka?" Tam Goat Hua menatapnya. "Ada kejadian apa, cepatlah beritahukan!"

Pemuda itu segera menyahut.

"Kini tiada waktu untukku menutur, karena kita harus segera pergi mencari Lu Sin Kong."

Tam Goat Hua terheran-heran. Dia menatap pemuda itu dengan tidak mengerti.

"Mengapa?" tanyanya kemudian.

Pemuda itu menyahut.

"Putranya tidak mati. Kalau kita tidak segera pergi menyusulnya, bukankah akan terjadi pertarungan mati-matian antara Bu Yi San, Tiam Cong dan Go Bi?"

Tam Goat Hua tampak tertegun.

"Putra Lu Sin Kong tidak mati? Bagaimana kau tahu? Legakanlah hatimu, pasti belum jauh dia pergi! Tuturkanlah dulu kejadian itu!"

Pemuda itu tersenyum.

"Kenapa kau tidak sabaran? Mengenai kejadian itu, aku pun tidak begitu jelas. Sore ketika kau pulang, juga tidak memberitahukan pergi ke mana selama setengah bulan ini. Sebetulnya kau pergi ke mana dan kenapa sepasang lenganmu terbelenggu sepasang rantai? Dengarkanlah! Lu Sin Kong dan isterinya ke tempat tinggal si Pecut Emas Han Sun, kemungkinan besar mereka akan bertarung. Karena aku melihat Nona Han tergesa-gesa dan dalam kemarahan besar mengundang Hwe Hong Sian Kouw, gurunya. Kau tidak dapat bersabar sama sekali, langsung pergi sih! Kalau kau bersabar sedikit sampai ayah pulang, bukankah kau akan tahu itu?"

Harpa Iblis Jari Sakti - Ni KuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang