125. Siasat Kota Kosong

904 23 0
                                    

Sebelum Lu Leng usai berkata, mendadak Tong Hong Pek memutuskannya.

"Aku lupa mengatakan padamu. Liat Hwe tua pernah melakukan kesalahan apa saja terhadapmu, kau tidak boleh menceritakan pada siapa pun."

Begitu Tong Hong Pek mengatakan hal itu, Lu Leng dan Liat Hwe Cousu berdua jadi tertegun.

"Guru, kenapa begitu?" tanya Lu Leng yang tampak keheranan.

Giok Bi Sin Kun Tong Hong Pek tertawa.

"Ha! Ha! Tidak ada apa-apa! Maksudku hanya agar dia tidak meninggalkan nama busuk di kalangan rimba persilatan."

Lu Leng menganggukkan kepala. Dia paham, ucapan gurunya itu merupakan cetusan dari sikap orang gagah yang tak berniat menjatuhkan nama lawan.

"Murid terima perintah!" ucap Lu Leng kepada Tong Hong Pek.

Diam-diam Liat Hwe Cousu pun sangat kagum pada Tong Hong Pek. Namun tetap saja dia tak mengungkapkan rasa kagum itu. Bahkan kemudian dia membalikkan tubuh agar membelakangi kedua orang guru dan murid itu.

Meskipun begitu, Liat Hwe Cousu harus mengakui dengan cara itu mereka dapat bersama-sama jika ada ancaman dari binatang buas. Sehingga bisa memulai menghimpun hawa murni untuk memulihkan lukanya.

Setelah duduk bersila dengan cara begitu, mereka bertiga mulai menghimpun hawa murni. Masing-masing hanyut dalam usahanya untuk memulihkan kembali luka dalam mereka yang sangat parah itu. Jadi tak satu pun yang berbicara. Sama-sama membisu. Cukup lama hal itu mereka lakukan. Sehingga sedikit demi sedikit luka mereka berkurang. Akan tetapi belum juga luka itu dapat pulih, mendadak mereka dikejutkan oleh suara derap kaki kuda yang terdengar di kejauhan.

Suara itu semakin lama semakin mendekat. Menyadari hal itu, ketiganya mau tak mau terganggu oleh kedatangan kuda-kuda itu. Mereka makin terperanjat ketika rombongan kuda berhenti tak jauh dari tempat itu. Apalagi ketika terdengar suara orang berseru.

"Di sana ada orang!"

Selanjutnya, terdengar lagi suara derap kaki kuda.

Giok Bi Sin Kun Tong Hong Pek tahu, bahwa jejak mereka telah diketahui orang.

"Liat Hwe tua, kau punya suatu akal?"

"Ilmu Hian Sian Hoatku masih bisa digunakan," sahut Liat Hwe Cousu dengan tenang.

Tong Hong Pek manggut-manggut.

"Bagus! Asalkan saja yang datang itu bukan Liok Ci Khim Mo, kita pura-pura tidak ada urusan. Berdasarkan nama kita berdua, mungkin tiada seorang pun berani turun tangan terhadap kita!"

Liat Hwe Cousu tertawa.

"Tong Hong Pek, tak disangka kita berdua masih harus dengan siasat kota kosong."

"Selain siasat ini, sudah tiada akal lain. Sekarang mari kita duduk bersandar pada pohon!"

Ketiganya bangkit berdiri, kemudian duduk bersandar pada pohon yang besarnya tiga pelukan orang. Mata mereka mengawasi dengan hati-hati ke sekitar tempat itu. Dan karena khawatir kalau-kalau ada musuh yang membokong, maka ketiganya menghadap ketiga penjuru.

Sementara suara derap kaki kuda sudah dekat sekali. Tak lama kemudian terdengar orang-orang itu mulai berlompatan turun dari punggung kuda. Hati Lu Leng mulai berdebar-debar ketika matanya melihat lima orang sudah berdiri tak jauh dari mereka bertiga. Ternyata kelimanya adalah Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo.

Lu Leng segera berbisik.

"Yang muda bernama Sien Put Pah, dan keempat orang tua itu adalah Hai Sim Si Lo!"

Harpa Iblis Jari Sakti - Ni KuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang