103. Jika Tunduk, Semuanya Berlutut!

1K 23 0
                                    

Cit Sat Sin Kun Tam Sen segera memberi isyarat, yang lain langsung berhenti bercakap-cakap. Mendadak terdengar si Kaki Tunggal berkata lantang di atas panggung dan tampak dadanya terangkat sedikit.

"Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im yang maha dahsyat, maka kaum rimba persilatan di kolong langit, yang menurut pasti hidup, yang melawan pasti mati! Para kaum rimba persilatan yang hadir di sini, kalau tiada pendapat lain, harus segera berlutut!"

Seusai si Kaki Tunggal berkata demikian, terdengar suara sorak-sorai yang riuh gemuruh di dalam aula besar itu.

Kali ini semua yang hadir di dalam Istana Ci Cun Kiong, boleh dikatakan terdiri dari golongan hitam, yang sehari-harinya hanya melakukan kejahatan. Kini mereka punya dekingan yang begitu kuat, dan itu memang yang mereka harapkan agar bisa memusuhi kaum rimba persilatan golongan lurus!

Oleh karena itu, mereka semua segera bangkit berdiri, kemudian berlutut menghadap ke panggung.

Sedangkan saat ini, air muka Tong Hong Pek, Tam Sen suami istri dan Lu Leng telah berubah.

Mereka ikut hadir, hanya ingin tahu bagaimana keadaan Istana Ci Cun Kiong. Sebelum yakin dapat menghadapi Liok Ci Khim Mo, mereka berempat tidak akan bertindak sembarangan. Namun mereka berempat sama sekali tidak menduga bahwa begitu Liok Ci Khim Mo muncul langsung macam-macam.

Jangankan Giok Bin Sin Kun Tong Hong Pek dan Cit Sat Sin Kun Tam Sen suami istri yang berkepandaian begitu tinggi, sedangkan Lu Leng pun tidak sudi berlutut di hadapan musuh besarnya itu.

Oleh karena itu, ketika semua orang berlutut, mereka berempat masih tetap duduk tak bergerak sedikit pun.

Terdengar si Kaki Tunggal membentak gusar.

"Kenapa kalian tidak berlutut?"

Di saat si Kaki Tunggal sedang membentak, Tong Hong Pek menulis di atas meja dengan teh berbunyi 'Terjang Keluar'.

Seketika Seh Cing Hua bangkit berdiri seraya menyahut.

"Kami ingin bicara sebentar!"

"Kalau ingin bicara juga harus berlutut!" bentak si Kaki Tunggal.

"Baik!" sahut Cit Sat Sin Kun Tam Sen.

Tiba-tiba dia bergerak cepat menyambar dua orang yang duduk di meja sebelah, lalu dilemparkannya ke panggung sehingga menimbulkan suara menderu-deru.

Di saat bersamaan, Giok Bin Sin Kun memukul salah sebuah pilar di aula itu.

"Bum!"

Pilar itu langsung roboh dan seketika suasana di dalam aula besar itu menjadi kacau balau. Mereka berempat pun segera menerjang keluar, yang menghadang pasti mati.

Namun ketika mereka berempat baru menerjang dua tiga depa, Liok Ci Khim Mo yang berada di atas panggung tertawa aneh.

"He he he! Bagi yang tunduk kepadaku, cukup menahan nafas dan tidak memikirkan urusan lain, pasti tidak akan terjadi apa-apa!"

Usai dia berkata, harpa Pat Liong Khimnya mulai berbunyi, begitu nyaring bunyinya membuat hati semua orang tergetar keras.

Walau begitu banyak kaum rimba persilatan golongan hitam berada di dalam aula besar itu, hanya terdapat beberapa tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian tinggi. Yang lain masih tidak dapat dibandingkan dengan kepandaian Lu Leng. Namun ketika harpa Pat Liong Khim berbunyi, mereka tahu asal tunduk kepada Liok Ci Khim Mo sambil menahan nafas, pasti tidak akan celaka.

Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun Tong Hong Pek berempat, justru berbeda dengan mereka.

Ketika harpa Pat Liong Khim mulai berbunyi, jantung mereka terasa terpukul oleh sesuatu yang amat berat.

Harpa Iblis Jari Sakti - Ni KuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang