43. Pemilik Rumah Besar

1.1K 28 1
                                    

Tam Goat Hua membatin, rumah dan pemiliknya begitu misterius, yang datang berteduh itu pun aneh.

"Baik, kau tidak mau membuka mulut, aku justru akan membuatmu membuka mulut!" kata gadis itu dalam hati.

Setelah itu, dia pun berkata dengan suara agak keras.

"Hujan lebat turun begitu lama, tadi Anda kemari berteduh, tentunya punya tugas penting dan ingin huru-buru melanjutkan perjalanan, bukan?"

Akan tetapi, orang itu tetap tidak menyahut. Padahal jarak mereka hanya dua tiga depa. Kecuali orang itu tuli, kalau tidak tentunya akan mendengar suara Tam Goat Hua. Namun orang itu tetap diam, tiada bereaksi sama sekali.

Gadis itu penasaran sekali dan bertanya dalam hati, apakah orang itu tuli? Kemudian berkata dengan suara yang keras, kedengaran seperti berteriak-teriak.

"Hei! Aku sedang bicara denganmu, kau tidak dengar?"

Kali ini orang tersebut bergerak sedikit. Bahunya terangkat pertanda dia mendengar, namun tetap tidak menyahut. Tam Goat Hua memandangnya, tangan orang itu berada di atas meja, jarinya bergerak-gerak entah mencoret-coret apa.

Tam Goat Hua melototinya. Karena hatinya amat kesal kepada orang itu, akhirnya gadis itu berteriak-teriak.

"Pengurus rumah! Pengurus rumah!"

Tampak seorang bertopi rumput lebar muncul di pintu ruangan itu, lalu bertanya dengan dingin.

"Nona mau pesan apa?"

Tam Goat Hua segera menyahut.

"Hujan belum berhenti, sedangkan aku punya urusan penting, harus segera melanjutkan perjalanan. Bolehkah aku pinjam sebuah topi rumput?"

Orang itu bertanya dengan dingin.

"Apakah Nona mau meninggalkan rumah ini?" Tam Goat Hua mengangguk.

"Ya. Aku memang mau pergi."

Orang itu mundur beberapa langkah, kemudian berkata,

"Aku menasihati Nona agar tetap di sini. Setelah majikan kami pulang barulah dibicarakan."

Saat ini, Tam Goat Hua sedang kesal dan gusar terhadap orang yang datang berteduh itu. Maka setelah mendengar sahutan orang bertopi rumput lebar itu, kegusarannya pun memuncak.

"Kalau begitu, aku tidak boleh pergi?" tanya Tam Goat Hua membentak.

Orang itu menyahut dengan dingin.

"Memang tidak boleh."

Bukan main gusarnya Tam Goat Hua, maka langsung memukulnya. Karena tangannya bergerak, sehingga membuat rantai yang melekat di lengannya ikut bergerak dan menghantam sebuah teko yang ada di atas meja.

"Blam!" Teko itu hancur berantakan.

Di saat bersamaan, Tam Goat Hua melesat ke hadapan orang itu seraya membentak.

"Kalau begitu, aku mau pinjam topi rumput yang kau pakai itu!"

Tam Goat Hua menggerakkan tangannya. Rantai itu langsung menyambar topi rumput yang dipakai orang tersebut.

"Hmm!" dengus orang itu sambil berkelit.

Tam Goat Hua tertawa dingin.

"Pantas kau begitu tidak tahu aturan, ternyata berkepandaian juga!"

Tam Goat Hua menekuk badannya sedikit, kemudian mengayunkan rantainya ke arah orang itu. Akan tetapi, orang itu tetap berkelit, lalu mendadak bersiul panjang.

Tak lama, tampak empat sosok bayangan berkelebat ke ruang itu. Padahal dalam perjalanan Tam Goat Hua sudah berusaha menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Tapi tidak tahunya, karena dia ingin berteduh malah timbul urusan.

Harpa Iblis Jari Sakti - Ni KuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang