29. Murid Handal Hui Yan Bun

1.7K 35 0
                                    

Yu Lao Pun dan Tujuh Dewa tergolong orang kelas satu dalam rimba persilatan. Maka begitu mereka melesat, cepatnya laksana kilat.

Akan tetapi, walau mereka bergerak cepat, orang yang di depan jauh lebih cepat, sehingga yang tampak hanya segulung bayangan hitam berkelebat. Seketika terdengar lagi suara jeritan yang menyayat hati. Kelima murid Tay Chi Bun, sudah roboh dari kuda masing-masing.

Sedangkan bayangan hitam itu, segera menyambar Lu Leng sekaligus meloncat ke atas punggung kuda. Seketika juga kuda itu berlari pergi secepat kilat.

Setelah kedelapan orang itu sampai di tempat kejadian, kuda itu sudah jauh sekali, sehingga yang tampak hanya sebuah titik hitam di kejauhan.

Mereka tahu bahwa diri mereka tidak mungkin bisa menyusul, maka si Buku Besi Ciau Thong gusar sekali dan langsung mencaci.

"Kau sungguh tak tahu malu! Lihatlah apa yang kau peroleh sekarang?"

Yu Lao Pun tidak menyahut, hanya memandang kelima muridnya, yang semuanya telah binasa dengan tulang remuk.

Yu Lao Pun tahu jelas, bahwa kelima muridnya itu walau tidak tergolong kelas satu, namun kepandaian mereka cukup lumayan. Kini dalam waktu sekejap semuanya sudah binasa, itu membuatnya termangu-mangu.

Tujuh Dewa pun sudah melihat kejadian itu.

Si Sastrawan Se Chi, menjinjing salah satu mayat itu, lalu dilihatnya dengan penuh perhatian. Kemudian terdengar suara 'Buk', dia telah melepaskan mayat itu seraya berkata.

"Saudara sekalian, kita harus segera pergi mengejarnya!"

Si Buku Besi bertanya.

"Mungkinkah kita dapat menyusulnya?"

"Punya nama dan marga, bagaimana mungkin tak dapat menyusulnya?" sahut si Sastrawan Se Chi.

Begitu mendengar ucapan itu, si Gemuk Yu Lao Pun cepat-cepat bertanya.

"Se Lo Sam, siapa orang itu? Kau sudah mengenalinya?"

Si Sastrawan mengeluarkan suara hidung, lalu menyahut.

"Hm! Tentu aku mengenalinya. Kau juga ingin pergi mengejarnya?"

Saat ini, Yu Lao Pun amat gusar dan penasaran. Dia sama sekali tidak menduga bahwa akan terjadi perubahan seperti itu. Daging yang sudah berada di mulutnya, masih dapat direbut orang, bahkan kelima murid handalnya pun menjadi korban, sekaligus dia pun meninggalkan nama busuk pula.

Setelah berpikir sejenak, barulah dia menyahut.

"Tentunya aku mau pergi mengejarnya."

Si Sastrawan memberitahukan.

"Kelima orang itu, semuanya binasa terpukul Im Si Ciang."

Yu Lao Pun tertegun dan bertanya.

"Apakah yang turun tangan tadi si Setan Seng Ling?"

"Mungkin bukan dia," sahut si Sastrawan Se Chi. "Tapi salah satu anaknya."

Yu Lao Pun tampak tidak percaya.

"Omong kosong! Kita semua bukan gentong nasi! Tentu orang itu si Setan-Seng Ling!" katanya dengan gusar.

Tujuh Dewa merasa geli tapi juga heran, karena urusan telah menjadi begini, tapi Yu Lao Pun masih berdebat.

"Kalau kau mau, kejarlah sampai di Pak Bong San! Kami sudah mau pamit lho...!" kata si Buku Besi Ciau Thong dengan nada dingin.

Sesungguhnya Yu Lao Pun merasa malu sekali, karena dia tahu jelas, kalau saat ini bertemu si Setan-Seng Ling, belum tentu dia mampu melawannya, maka bagaimana mungkin dia ke Pak Bong San merebut Lu Leng?

Harpa Iblis Jari Sakti - Ni KuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang