Rachel barusaja sampai di rumah, tepat pukul setengah tujuh malam. Bukan karna ia pergi ke mall, mengerjakan tugas kelompok, atau mampir ke perpustakaan. Tapi dikarenakan menunggu Karevan. Hari ini cowok itu tidak datang untuk menjemputnya, pun tak memberi kabar.
Rachel takut, bukan takut karna terjadi apa-apa dengan kekasihnya itu. Tapi, ia takut Audrey mengatakan hal yang tidak-tidak pada Karevan. Jujur saja, sejak pertemuan di gerbang kala itu. Seharian Rachel khawatir. Bagaimana kalau Karevan membencinya?
"Ya Tuhan, nggak mau..." eluh Rachel dengan tangan menyentuh wajah. Ia tak akan pernah siap untuk hal tersebut, sungguh.
Ketukan pintu kini terdengar. Pelan, tapi menuntut sekali untuk segera di buka. Rachel pun beranjak dari ruang keluarga yang sepi.
Rachel terkejut saat menemukan figur Karevan. Senyumnya mengembang tatkala ia melihat sesuatu di genggaman kekasihnya tersebut. Nyatanya, Karevan tak seperti apa yang ia pikirkan. Dengan riang, Rachel pun berkata, "Bunga mawarnya buat aku, ya, Kak?"
Karevan tersenyum. Diserahkannya buket itu pada Rachel. Tentu saja gadis itu senang bukan kepalang. Tapi tatkala Karevan berucap,
"Dari Aldi, mungkin."
Hilang sudah senyum Rachel.
Ditatapnya Karevan lekat-lekat, tentu dengan perasaan yang tak lagi bisa digambarkan. Air wajah kekasihnya tersebut tak menunjukkan emosi seperti; marah, kesal, atau kecewa. Datar, dan malah membuat Rachel keringat dingin. Suara yang keluar pun hanya berupa, "Kak, emm.., a-aku.. nghhh.. aa..."
Karevan terkekeh singkat sambil memijat pangkal hidungnya. Ia menggeleng samar untuk menepis atensinya yang mengatakan jika Rachel sedang terikat hubungan spesial dengan Aldi.
"Aku bisa jelasin semua, Kak. Dengerin aku dulu, tolong.." kata Rachel memohon, dan Karevan tak bisa untuk menolak. Ia memag tidak boleh asal menghakimi. Sementara Rachel, ia memejamkan mata untuk meyakinkan diri sebelum berkata, "Aku nggak tahu siapa pengirim bunga itu. Ini sudah yang ke dua puluh lima kali. Di kertas kecilnya memang pakai inisial 'A' tapi itu belum tentu dari Kak Aldi, 'kan?"
"Kalau belum tentu, berarti ada kemungkinan orangnya adalah Aldi 'kan?" Dan Karevan malah melempar balik.
"Kakak kenapa sih?" Tanya Rachel bingung. "Kenapa Kakak meyangkut-pautkan hal ini sama Kak Aldi?"
"Kamu yang bikin aku jadi begini, Chel." Karevan menghela napasnya sambil melempar pandangan ke arah lain.
"Maksudnya?" tanya Rachel tidak mengerti. "Ada apa sih, Kak? Kakak aneh tau, nggak? Kakak kenapa?"
Karevan menghela napas. Ia menatap Rachel dengan pandangan sukar diartikan. Ia benar-benar terbual ucapan Audrey. "Jujur sama aku kamu ada hubungan apa salah Aldi?"
"Nggak ada,"
"Jujur, Chel!"
"Aku tidak sedang bohong," Rachel menyanggah. Wajahnya sedikit memelas. Dia benar-benar telah berkata apa adanya. "Kenapa Kakak sampe berpikiran aku punya hubungan lebih sama Kak Aldi? Kak, aku bukan perempuan seperti apa yang Kakak bayangkan. Untuk apa aku merasa kurang kalau Kakak sendiri sudah terlalu cukup buat aku? Kakak harus percaya sama aku. Bukannya Kakak sendiri yang bilang begitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel (SELESAI)
Genç Kurgu[Jangan lupa follow dulu yaa] Ketika bibir susah berkata, ada hati yang senantiasa bicara. Cinta bukan melulu bahagia, itu cuma kiasan dari hubungan yang baru di mulai. Semesta tidak segampang itu memberi izin dua insan punya tuju, ada luka yang sej...