Siang itu Nadine terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Tentu saja berat, semalam dia menghabiskan berapa banyak wine bersama dua karibnya. Bahkan untuk mengingatnya saja Nadine susah. Yang dia ingat sekarang adalah janji makan siang bersama Mommynya dan setelah itu Nadine harus mengambil undangan pernikahannya di tempat yang sudah diberitahu Rey. Last, makan malam bersama keluarga Rey. Yang satu ini Nadine masih kurang yakin. We'll see.
"Kamu mabuk lagi ya semalam?" tanya Diana ibu Nadine saat mereka selesai memesan makanan.
Mampus lo, Nad! Batin Nadine.
Bukannya membalas pertanyaan sang ibu, Nadine cuman bisa nyengir. Untung saja Diana adalah most wanted mother 2017 ala Nadine. Jadi, Nadine tak heran jika mamanya tahu dia habis wine-wine solution semalam.
"Kamu katanya mau nikah tapi kelakuan masih aja kayak anak kecil, Nad," kata Diana.
"Aku nggak sendiri, Ma. Ben sama Ajeng juga ada semalem. Mereka berdua yang udah nikah aja masih sering mabok kok," bela Nadine.
"Dikurangin maboknya, Nad. Kalo Rey tahu kamu seneng mabok gini nggak jadi nikah baru tahu rasa,"
"Hii! Mama jangan ngedoain kayak gitu dong!"
"Bukan doain tapi Mama cuman bilang,"
Podo wae sami mawon kali, Maaa. Batin Nadine
"Minggu ini Mama harus ke New York," kata Diana bersamaan dengan minuman serta appetizer yang disajikan oleh pelayan restoran.
"How long? Pernikahan aku Mama pasti dateng, kan?" tanya Nadine dengan nada tajam pada sang ibunda.
Bukannya mendapat jawaban tetapi malah dicubit sama Diana. "Iya lah. Kamu kok ngomong otaknya ga dipake gitu asal ngelantur. Ga mungkin Mama ga dateng nikahan anak Mama,"
"Ya soalnya aku liat Mama ga terlalu interesting sama rencana aku buat nikah. Kayak ga direstuin," ujar Nadine blak-blakkan.
Well, Diana memang terlihat tak begitu tertarik dengan pernikahan anak bungsunya itu. Kenapa? Bisa dilihat sendiri dua bulan lagi anaknya nikah tapi Mama tidak ada sama sekali memberi wejangan-wejangan pada Nadine ataupun mengurus segala tetek bengek nikahan itu Diana cuek. Diana lebih memperhatikan butiknya yang sudah buka di beberapa negara. Jangan salah sangka, Mamanya Nadine ini super Mom sekali.
Diana dikenal sebagai designer yang namanya sudah cukup melejit dikalangan mancanegara. Brand yang Diana milikki memiliki keistimewaannya sendiri. Diana memilih batik sebagai inspirasi utama brandnya. Semua jenis dress, tshirt, dan segala macamnya itu pasti bercorak batik entah itu pakaian pria ataupun wanita. Brand ini memang sudah turun temurun dari keluarga Mama.
"Mama bukannya ga tertarik, cuman Mama masih belum yakin kamu udah siap nikah, Nad. Kamu tau sendiri'kan kalo nikah itu tidak main-main dan nikah itu sekali seumur hidup?"
"I know, Mommy. Ga perlu diingetin aku juga tau,"
"Mama ga mau kejadian yang sama harus terulang kayak kakak kamu yang paling tua,"
"Kak Arthur sama aku itu kasusnya beda, Ma. Disamain terus deh perasaan,"
Belum sempat Diana menjawab malah terpotong dengan kehadiran Laura kakak Nadine. "Beda dari segi apa, Nad?" tanya Laura sambil mengambil duduk di sebelah Nadine.
"Ah, you. Kangeeennn banget," kata Nadine mencium pipi Laura manja.
"Tell me. Bedanya kamu sama kak Arthur apa?" tanya Laura lagi tidak menghiraukan pelukan adik bungsunya itu.
Nadine mengerucutkan bibirnya sambil mendengus sebal. Tidak Ibu tidak anak sama saja suka mengintimidasi. "Ya beda. Kak Arthur sama Olivia itu hanya didasari cinta sepihak. Me? Aku sama Rey sama-sama saling mencintai,"
"That's the problem. Kamu sama Arthur itu keras kepala, dek," kata Laura
"Kakak ga bisa gitu dukung aku kali ini aja? Mama, Kak Arthur, Kak Owen, Kak Austin dan sekarang Kak Laura juga ga dukung keputusan aku?" tanya Nadine mendramatisir keadaan.
Dicubit lagi sama sang Ibunda. "Jangan ribut disini. Dimakan dulu makanannya. Laura kamu juga harus makan," kata Diana.
Masih dengan rasa kesal yang menyelimuti diri Nadine, wanita itu pun mulai melahap makanan pembuka di depannya sambik tenggelam dengan pikirannya.
****
"Hai, sayang. Maaf buat kamu nunggu, ya?" kata Rey mengecup bibir Nadine singkat.
Nadine mengangguk sambil tersenyum. "It's ok, Rey. Aku juga belum lama kok nyampenya,"
"Mami sama Papi lagi menuju kesini katanya kita bisa langsung makan kalo emang laper,"
Gue laper! Batin Nadine.
Terakhir kali Nadine makan itu tadi siang sama Mama dan Kakaknya. Setelah makan siang Nadine sangat sibuk sehingga dia lupa untuk mengisi perutnya apalagi saat makan bersama tadi mood Nadine rusak. Jadilah sekarang perutnya memberontak minta makan.
Nadine kemudian tersenyum. "Aku ga laper kok, Rey," bohong Nadine.
Nah, kan. Mampuslah gue sok ga laper. Batin Nadine.
"Gimana undangannya udah diambil? Maaf ya aku tadi sibuk. Harusnya aku yang ambil," kata Rey memainkan anak rambut Nadine. Kebiasaan Rey yang sangat Nadine suka.
Nadine mengangguk sambil terus memamerkan senyuman mautnya. "Ga papa kok lagipula tadi cepet kok ngambilnya," kata Nadine lagi.
Bohong aja terus, Nad. Batin Nadine.
Tak selang beberapa lama kemudian, kedua orang tua Rey tiba. Acara makan malam berlangsung hambar. Papi dan Mami Rey memang dikenal dengan sifat dingin mereka tetapi bukan berarti mereka tidak suka dengan Nadine. Papi dan Maminya Rey malahan yang menggebu-gebu soal pernikahan Rey. Kata orang-orang Nadine harus bangga. Ya. Nadine sangat bangga.
"Gimana kabar kamu, Nadine?" tanya Mami.
"Baik, Tante," jawab Nadine sopan.
Hening.
Segitu saja. Maklumkan.
Ini adalah dinner kedua Nadine bersama kedua orang tua Rey. Dinner pertama mereka adalah saat dimana Rey melamar Nadine di depan kedua orang tua Rey. Skakmat moment seumur hidup.
"Pernikahan kalian dua bulan depan, kan?" tanya Papi.
Rey dan Nadine menganggukan kepala mereka bersamaan.
Hening.
Ya Tuhan, entar gimana anak gue kalo kakek sama neneknya aja kaku setengah mati kayak gini. Batin Nadine.
Seterusnya hanya dilanjutkan percakapan singkat dan tak lama setelah itu acara makan malam bersama selesai.
"Kamu aku anter, ya?" kata Rey.
"Ga usah, Rey. Aku bawa mobil kok," tolakku.
"Nanti biar aku suruh Pak Kardin bawain mobil kamu ke apartemen kamu. Aku anterin kamu,"
Tumben peka. Batin Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
RomanceSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...