Hari yang cerah bagi mereka yang tengah menikmati hari weekend. Tapi rasanya tidak berlaku bagi Nadine. Dia harus menyelesaikan proyeknya dihari weekend seperti ini. Kenapa? Hari Senin nanti dia memutuskan untuk segera resign dari pekerjaannya. Dia harus keluar sebelum Rey kembali dari Seattle. Dia tak ingin kembali bertemu dengan Rey dan harus terperangkap dalam momen gagal move on.
"Nadine? Kamu dimana?! Kakak ada di depan pintu apartemen kamu daritadi mencet bel ga ada yang bukain," kata Owen kakak kedua Nadine dari seberang telepon.
"Kak Owen ngapain ke apartemen aku?"
"Jengukkin kamu lah,"
"Aku ga sakit,"
"Sakit hati iya,"
"Apa sih,"
"Kamu dimana?!" tanya Owen terdengar tak sabar.
"Malem aja ya ketemunya," ucap Nadine.
"Jam berapa? Biar kakak jemput,"
"Ga usah jemput. Aku bawa mobil,"
"Ga ada bantahan, Jillian," Owen pun memanggil Nadine dengan nama tengahnya menandakan bahwa Owen serius dan tidak ingin dibantah oleh sang adik.
Nadine menghela nafas. Dia tidak bisa apa-apa jika kakaknya sudah memanggilnya dengan nama itu. "Nine," kata Nadine.
"Sembilan? Are you kidding me?!" tanya Owen kaget. "For God's sake, Nadine, hari ini weekend!" kata Owen tak terima.
"Aku harus ngejar deadline, kak. Hari Senin aku udah ga kerja di kantor ini,"
"Kenapa?"
"Nantilah aku ceritain. Buka aja apartemen aku,"
"Password?"
"7548,"
"Nine, Nad. Ingat itu,"
"Iya, bawel!"
Sambungan telepon pun terputus.
Owen atau nama aslinya Samuel itu kakak kedua Nadine setelah Arthur. Dan Owen adalah kakak yang sedari dulu paling bawel jika sudah berhubungan dengan Nadine. Walaupun memang Arthur, Austin, dan Laura sangat protektif terhadap Nadine tetapi Owen selalu selangkah lebih dibandingkan ketiga kakak-kakaknya Nadine yang lain.
Dulu saat terjadi peristiwa drunk as a blood ala Nadine di New York, Owen lah yang langsung mendatanginya khusus dari London ke New York padahal Nadine hanya depresi ringan tapi saking khawatirnya Owen dia mengabaikan kerjaannya selama seminggu untuk menjagai adiknya setelah itu barulah kakak-kakak Nadine yang lain menyusul.
LINE!!
Nadine langsung mengecek ponselnya dan melihat nama Genta muncul.
Genta Baskoro : lo jadi ngelamar di kantor gue?
NadineS : hari Senin, Gen.
Genta Baskoro : see u on Monday, J.
Genta selalu saja bisa membuat Nadine panas dingin. Ah. Genta.
Harusnya lo ga balik sekarang, Gen. Batin Nadine.
****
"Hello, princess!" sapa Owen memeluk erat Nadine yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi mobil Owen.
Nadine tersenyum. "Kakak ga kerja apa? Seharian nungguin aku," tanya Nadine heran.
"Gimana caranya aku bisa kerja kalo aku tiba-tiba semalem dapet pesan dari kamu isinya i miss you. Itu berarti sesuatu terjadi, kan?" kata Owen.
Nadine hanya bisa terkekeh. Senang rasanya punya kakak yang peka.
"Emangnya Mba Nata ga marah kakak jalan bareng aku?"
Owen menoyor kepala Nadine. "Ga lah. Adek sendiri,"
"So, where are we going tonight? Aku laper,"
"Hmm.. McD?" tawar Owen dengan seringai jahilnya.
Nadine langsung berbinar dan mengangguk-angguk menyetujui saran Owen.
Owen terbahak. "As always, Nad."
****
"Ready?" tanya Owen.
Nadine mengangguk yakin.
"Okay, let's start it,"
Nadine dan Owen langsung melahap makanan yang sekarang ada di atas meja mereka dengan ukuran makanan yang semuanya large.
Semua orang yang ada di restoran itu langsung menatap aneh ke arah dua kakak-beradik ini entah karena dianggap gila atau rakus. At least, mereka terlihat sangat menikmatinya walau kalau orang lain yang lihat malah illfeel.
"Semua orang liat ke sini, kak," kata Nadine sambil menikmati orange juice-nya.
"Mereka pikir kita ini psycho, Nad. Makan segini banyak. Porsi berapa orang ini," balas Owen tertawa.
Nadine pun ikut tertawa. Dia kekenyangan. Ini adalah salah satu kebiasaannya dengan Owen saat Nadine masih SMA dan Owen sedang kuliah dulu. Kebiasaan disaat mereka sedang down? Perhaps.
"So? Tell me about your Rey," kata Owen.
"Not my Rey,"
"Ex,"
"Ga ada apa-apa. Kita cuma putus,"
"Kenapa?"
"Karena memang begitu,"
"Harus ada alasan yang mendukung dong,"
Mulai lagi Samuel dengan harus ada teori yang mendukungnya. "Dia ngajak break karena pekerjaannya. Dan aku malah ngomong putus,"
"Good choice, Nad," Owen mengacak-acak rambut Nadine.
"Nggaj ada yang lebih baik,"
"Terus, kamu terjebak mode gagal move on gitu?"
"Berlebihan! Bukan itu. Mungkin hanya belum terbiasa," kata Nadine cepat membuat Owen tersenyum pada sang adiknya.
"Diana gimana? Dia pasti marah, Nad," ucap Owen dengan wajah yang tak mengenakan
"I think dia bakalan ngirim aku ke somewhere else lagi, kak. Mungkin kali ini Harvard? Atau mungkin oxford?" kata Nadine sambil tertawa diikuti tawa Owen.
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
RomanceSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...