"Mantannya ngajak rujuk tuh," kata Genta yang sengaja menghampiri Nadine yang tengah asyik dengan pikirannya.
Nadine menatap Genta sebal. Genta memang tidak tahu kapan harus serius dan kapan dia harus bercanda. Dari cara bicaranya dia kedengaran sangat santai mengatakan kata balikan membuat Nadine tambah kesal. Siapa juga yang mau balikan? Yang ada drama Reynaldi tadi malah membuat Nadine semakin muak. Kenapa pria itu selalu berlaku seenaknya?
"Diem aja kayak cicak, Nad," katanya lagi saat Nadine masih tak menghiraukannya.
"Shut up, Gen!" gerutunya dengan wajah kesal.
"Jangan labil deh. Kamu itu punya aku loh ya. Mentang-mentang Reynaldi pernah jadi calon suami kamu, tapi sekarang aku loh yang berhak atas kamu," jelas Genta dengan percaya diri.
Cangkir kopi milik Nadine hampir saja tumpah jika saja dia tak bisa menahan gelasnya jatuh.
Nadine menatap Genta tak percaya. Tak percaya dengan tingkat kepercayaan diri laki-laki itu yang semakin hari semakin over. Tak percaya dengan cara laki-laki di hadapannya ini mengungkapkan hak kepemilikannya atas Nadine disaat seperti ini. Di salah satu kedai kopi di depan kantor mereka. Holy shit! Pria ini memang harus dibawa ke dokter secepatnya.
"Punya kamu? Sejak kapan?" tanya Nadine sarkastik.
Mendengar pertanyaan sarkas Nadine membuat Genta sadar kalau wanita cantik di hadapannya itu masih kesal dengan diamnya dia saat ditanya masalah Dini kemarin. Genta memang bodoh karena hanya diam. Dia mengulangi kesalahannya delapan tahun lalu. "Sejak aku ketemu kamu lagi," jawabnya.
"Semudah itu ya," gumam Nadine.
Genta tersenyum kecil sambil meminum Iced Americano miliknya. "Semudah itu juga kamu goyah sama omongan Reynaldi tadi ya,"
Apaan sih? Kayak lagi main lempar batu aja. Yang satu nyerang, yang satunya ikutan nyerang balik.
"Apa sih, Gen? Daritadi kamu ngomong seakan-akan aku emang bakalan nerima Rey lagi."
"Kelihatannya begitu, kan?"
"Kelihatan darimana?"
"Cara kamu bicara sama aku. Cara kamu bertingkah sedaritadi. Too obvious, Nad."
Nadine membanting cangkir kopinya di atas meja agak kuat hingga mengundang tatapan bertanya dari orang-orang yang ada disitu. Orang-orang yang datang kesini biasanya orang kantoran karena memang kedai kopi ternama ini berada di kompleks perkantoran. Jadi, sudah bisa Nadine tebak kalau ada beberapa orang yang memang telah menggosipkannya mengkhianati Reynaldi demi Genta. Funny. Genta memang belum terlalu terkenal di kalangan karyawan disini karena dia juga baru kembali dari Singapore.
Peduli amat sama kata orang. Toh, Nadine sekarang setidaknya selamat dari pernikahan dini. Dia masih nggak bisa bayangin kalo ternyata Rey pergi ke Berlin dan Seattle setelah pernikahan mereka.
How lucky i am. batin Nadine
"Tuh' kan diem," kata Genta.
"Semua cowok itu egois, ya? Maunya menang sendiri terus," balas Nadine kesal.
"Kata siapa?" tanya Genta tak terima. Ekspresi wajahnya sangat lucu.
"Kata aku,"
"Most of all men emang egois kecuali aku," lihatlah Genta dengan wajah super menyebalkannya.
"Kok kecuali kamu?"
"Yaa karena aku ga mungkin bertingkah bajingan kayak mantan calon suami kamu itu,"
"Jangan ngomong gitu. Biasanya yang banyak ngomong yang manis-manis. Pait isinya," ejek Nadine terus menghujat Genta.
"Kamu kok nyalahin aku sih? Kan yang cowo disini bukan cuma aku. Tuh liat aja sekeliling kamu.. bajingan semua tuh berarti,"
Nadine terkekeh melihat pria di depannya sudah mulai kesal sepertinya. Umur aja yang udah tua tapi tingkah laku masih kayak anak kecil.
Setidaknya, rasa kesal Nadine terhadap Reynaldi agak berkurang terhibur dengan keberadaan Maximillian di hadapannya. Walaupun kebanyakan berantem, Nadine pasti akan selalu terhibur dengan segala hal yang Genta lakukan. Selalu sama seperti SMA dulu. Bedanya Genta yang sekarang sudah tidak secool yang dulu.
Puberty.
"Do you really love him?" tanya Genta serius malah membuat Nadine tertawa hanya dengan menatap muka sok serius itu.
"Ih, aku serius, Nadine. Jawab cepetan," pintanya.
"Apaan sih sok serius. Don't fit you at all,"
Tapi melihat dari raut wajah Genta. Nad akhirnya menyadari bahwa dia benar-benar serius karena Genta tidak ikut tertawa seperti biasanya.
Nadine pun akhirnya berhenti tertawa. "Mmm.. waktu itu pasti aku kayaknya bener-bener cinta banget sama tuh orang. I mean, we almost get married. Untuk sekarang.. i don't think so,"
"You don't think so?" tanya Genta.
"Maksud aku ya udah pasti nggak. Flashback ke kejadian yang dulu aja aku sampe ngerutukin diri aku sendiri bisa sebodoh itu,"
"Dia kelihatan ga rela aku sama kamu,"
"Emang kita ngapain?" goda Nadine.
Genta mendengus sebal. Semakin tua bukannya semakin dewasa, Nadine malah semakin tengil. Tidak sejaim dan sependiam dulu.
Walaupun maksud Nadine memang hanya bercanda. Tapi, dia benar-benar ingin tahu juga. Dia sama Genta itu apa?
Tidak.
Dia tidak bertanya pada Genta.
Nadine bertanya pada dirinya sendiri. Kalaupun memang benar mereka memulai kembali hubungan yang dulu sempat kandas, apakah Nadine siap? Genta tidak brengsek dan bahkan tidak akan pernah berlaku seperti Rey. Well, technically, Rey brengsek, kan?
Hanya saja, Nadine masih belum siap untuk kembali bersaing dengan dia.
Dia yang tak akan tergantikan bagi Genta.
***
Author's Note
Hi, all.
Aku mau ngucapin makasih banget ya yang masih mau nunggu cerita ini. Sempet hiatus waktu itu tapi aku balik lagi nyoba nulis lagi.Hehe.
Thank you, all.
Stay safe ya dimanapun kalian.
![](https://img.wattpad.com/cover/103517516-288-k289083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
RomanceSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...