Kejadian Dave yang menangis di pelukan Nadine membuat Nadine sadar bahwa ternyata efek Rey, mantan calon suaminya itu sangat besar dalam hidup Nadine sendiri. Bagaimana tidak, Nadine kenal Rey sudah sejak dua tahun belakangan ini sejak dia mulai kerja di perusahaan milik Rey. Kalau kalian ingin tahu proses perkenalan mereka, hanya perkenalan seperti biasanya. Rey tertarik pada Nadine. Mulai pendekatan. Mulai jalan bareng. Gombal sana sini. Ralat yang terakhir. Rey ga pernah gombal sana sini. Pada akhirnya mereka bertunangan.
Sekilas rasanya begitu romantis. Memang romantis karena Nadine benar-benar kagum dengan sosok Rey. Bayangan wajah Rey yang tersenyum pada Nadine selalu membayangi Nadine.
"Jadi, lo nggak jadi nikah sama Rey?" tanya Ben saat mereka berempat sudah tidur selonjoran di kasur milik Nadine. Typical.
Nadine mengangguk pelan.
"Udah deh, Nad. Bener apa kata Ben dulu. Rey itu ga bener-bener serius sama rencana pernikahan kalian. Dia tipikal pria yang terobsesi dengan karirnya, Nad," bujuk Ajeng.
"Btw, gue denger lo ketemu Genta?" tanya Ben mulai mengubah topik berita karena sepertinya bujukan Ajeng tak berarti apa-apa bagi Nadine.
Ajeng membelalak. "Seriously?! Dimana? Kapan?" tanya Ajeng heboh sendiri.
"Elah kok lo jadi hyper gitu pas tau Genta udah di Indo? Cie, lo suka ya?" goda Ben yang malah kena tendangan maut dari Ajeng.
"Ngomong lo dijaga. Gue udah punya Vier kali,"
"Ya terus kenapa lo seneng gitu?" tanya Ben lagi ingin terus menggoda sahabat kecilnya itu.
"Bego, ya gue seneng lah ntar Genta bisa balikkan sama Nadine," jawab Ajeng seadanya membuat Nadine membelalak.
Psycho temen gue pagi-pagi. Pikir Nadine heran.
"Psycho, Jeng," ucap Nadine geleng-geleng kepala.
"Psycho gini juga si Vier kecantol kok," bela Ajeng.
"Nah, Vier mungkin spesies yang berbeda makanya kecantol gitu sama elo. Kasihan," timpal Ben dengan wajah sendu yang dibuat-buat.
Ajeng mulai menggoda Ben, "Kalo lo sama Annika kan beda lagi kasusnya,"
"Gue kenapa?"
"Lo kan ngejar-ngejar Annika dulu terus jadi pho. Tau pho, kan, Ben?" ejek Ajeng.
"Fitnah! Itu gue nggak pho!" tolak Ben.
Kisah cinta Ben dan Annika memang bisa dibilang agak sedikit rumit karena dulu sebenarnya mereka hanya berpura-pura pacaran di depan kedua orang tua Annika agar supaya Annika tak akan jadi dijodohkan. Ya Allah ini zaman apaan masih pake jodoh-jodohin. Ben yang awalnya hanya berniat menolong temannya itu malah akhirnya kecantol beneran sama Annika. Well, singkatnya sih seperti itu.
"Jeng, gue pengen makan siomay di Menteng, Jeng," rengek Nadine tiba-tiba.
Nah, kan. Mulai deh. Batin Ajeng.
"Ih Nadi kayak anak kecil. Dave aja nggak kayak gitu sama Mommy," ujar Dave yang sedaritadi sedang sibuk dengan gadgetnya jadi terganggu melihat Nadine yang manja seperti tadi.
Tawa Ben dan Ajeng langsung membahana di seluruh ruangan. Nadine daritadi kena bully terus dari anak bocah.
"Dave lagi PMS, ya? Perasaan sensi banget sama Nadi," ujar Nadine sebal.
Dengan polosnya Dave mengernyitkan kedua alis sambil bertanya, "PMS itu apa, Nadi?"
"PMS itu kayak nanti ada da..."
Ajeng langsung memukul kepala belakang Nadine sebelum dia melanjutkan perkataannya, "Ga bener lo jadi orang," ujar Ajeng.
"Mommy, what's PMS?" tanya Dave pada Ajeng.
Ben sedaritadi menahan tawanya melihat peristiwa PMS ini.
"Nanti kalau udah gede baru Dave bisa tahu," jawab Ajeng lembut.
Dave hanya mengangguk-anggukan kepalanya walau dia masih penasaran apa arti PMS. Mungkin dia bisa bertanya pada sang Ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
RomanceSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...