Nadine akhirnya tahu nama pria yang menolongnya waktu di perkemahan minggu lalu.
Genta.
Maximillian Genta Baskoro.
Siapa yang tidak kenal Genta di sekolahnya? Berandal pintar tapi dingin pada orang yang tak dikenalnya.
Genta dan Nadine ternyata beda angkatan. Genta kelas tiga dan Nadine kelas dua.
Kebetulan hari ini adalah hari yang biasa disebut Valentine day. Hari kasih sayang. Nadine sudah menyiapakan sebungkus coklat dairy milk yang dihias pita merah di bungkusan coklat itu. Coklat itu khusus untuk Genta. Ya. Kakak kelasnya. Sebagai ucapan terima kasih.
Kegiatan belajar mengajar sekolah dihapuskan khusus hari ini. Hari ini sekolah Nadine mengadakan lomba-lomba bagi seluruh siswa-siswi di sekolah serta para guru mata pelajaran.
"Cabut yuk, Nad." ajak Ajeng tiba-tiba.
"Bolos?" tanya Nadine ragu.
Ajeng mengangguk. "Semua pada sibuk di lapangan. Kesempatan buat cabut. Suntuk gue, Nad."
Nadine terlihat masih ragu-ragu. Dia baru pertama kali ini bolos. Ajeng? Tidak sering tetapi beberapa kali dia pernah dan selalu saja lolos dari guru piket dan para babu sekolah alias osis. Ajeng terhebat lah.
"Gue tunggu di gerbang. Gue mesti nyogok Pak Sarmin dulu ini soalnya. Gue tunggu lo di depan, ya." kata Ajeng segera beranjak dari kelas.
Nadine terdiam. Dia ingin pulang tapi dia takut apalagi coklatnya belum sampai di tangan Genta karena sedaritadi sosok Genta tidak muncul juga. Tapi, Ajeng sudah menunggunya di gerbang depan. Terpaksa dia harus pergi juga jika tidak ingin diseret Ajeng dari kelas.
Nadine mengendap-endap keluar dari gedung sekolahnya dan mencari keberadaan Ajeng. Dari kejauhan, Ajeng terlihat sedang akting di depan Pak Sarmin entah tipu muslihat apalagi yang sedang dilakukannya kali ini karena wajahnya terlihat sungguh amat dramatis.
Setelah mendapatkan kode dari Ajeng, Nadine berlari ke arah gerbang sekolah yang terbuat dari besi yang sungguh tebal dan tinggi. Sungguh mustahil jika ada yang berniat kabur sambil memanjat gerbang sekolah kecuali bagi mereka yang sudah tersengat virus laba-laba berjaring.
Nadine dan Ajeng pun segera keluar dari gerbang sampai saat suara Pak Tanu memekakan telinga Ajeng dan Nadine.
"BERHENTI KAMU!!!" teriak Pak Tanu.
Kamu?
Seketika Ajeng mendorong Nadine agar Nadine tak terlihat, "Lari, Nad!! Jangan balik!" bisik Ajeng tegas pada Nadine.
Nadine cengo.
Sedangkan, Ajeng langsung kembali masuk ke dalam lingkungan sekolah sepertinya dia akan menghadap Pak Tanu. Nadine kebingungan dan beranjak ingin mengikuti Ajeng sampai saat ada yang menyodorkan sebuah helm padanya.
"Naik kalo lo nggak mau mati." kata orang itu dari balik helmnya.
Nadine bingung. Cowok itu berseragam sama dengan dirinya tapi kenapa dia di luar?
"Si bego. Naik buruan!" kata pria itu sekali lagi.
"Eh? Temen gue.."
"Temen lo nyuruh lo lari dan lo mau balik lagi ke dalem? Sama aja lo juga mau temen lo kena hukum."
"Dia pasti dihukum! Gue harus susulin dia." kata Nadine keras kepala.
Cowok itu mendengus kasar. "Dia itu anak yang punya yayasan! Dia nggak bakal kenapa-kenapa. Nah, elo? Cepetan naik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
Любовные романыSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...