Bel apartemenku berbunyi saat aku sedang berjuang mengukir alis indahku ini. Siapa sih?!
Dengan langkah malas kubuka pintu apartemenku dan terkejut melihat sosok Genta tengah berdiri di hadapanku.
"Morning, mantan." sapanya.
"Serius, Gen. Ini masih jam enam kurang!"
"Dan lo masih dengan baju kegedean lo ini serta alis lo yang tebal satu tipis satu? Ya ampun, Nadine. Ada ya cewek model kayak lo." kata Genta geleng-geleng kepala.
Sialan dia.
"Anjay. Cewek model gue ini idaman para lelaki." kataku.
"Cih. Pede banget."
"Pede lah. Buktinya seorang Genta Baskoro rela datang jam enam pagi demi menjemput seorang Nadine Sasrowidjadja. Apakah maksudnya?"
Genta tertawa sambil mengacak rambutku.
Sialan. Ini rambut hasil catokan satu abad.
"Stop, Gen! Lo ga tau ini satu abad gue nyatoknya, ya?" kataku sebal sambil merapihkan rambut panjangku.
Genta tersenyum. "Tanpa lo nyatok, tanpa lo gambar alis, tanpa lo poles make up juga lo udah cantik bagi gue, Nad." katanya
Sial. Sial. Sial.
Masih pagi begini Genta sudah mengeluarkan jurus-jurus meluluhkan hati seorang Nadine. Jujur saja aku suka jika ada orang yang dengan tulus berkata bahwa aku cantik tanpa polesan make up apapun. Dan Genta mengatakannya dengan tulus. Ya. Daridulu Genta selalu berkata bahwa aku cantik apapun adanya.
Bangga gue, shay.
Tapi, bagaimana pun, make up, catok, heels, semua manusia berjenis kelamin perempuan butuh itu. Jangan percaya kalau ada pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Please deh, shay. Itu bohong. Mereka akan jatuh cinta karena penampilan kita dulu bukan pada sifat kita. So, itu semua karena gairah.
Aku yakin sudah banyak lelaki yang jatuh cinta pada pandangan pertama padaku. Bukan sombong. Bukan pamer.
Ini kenyataan.
"Si bego." ujar Genta sambil terkekeh saat melihat aku terdiam saja.
"Gombal lo itu nggak mempan." kataku berusaha menutupi kegugupan yang ada.
"Mantan gue baperan."
"Anj..."
"Mulut, Nad."
"Ck! Au ah. Gue siap-siap dulu. Lo duduk aja di sofa." kataku menunjuk ke arah sofa dekat balkon.
Genta mengangguk.
Aku pun berlalu dan masuk ke kamar ingin melanjutkan ritual wanitaku.
***
"Harus banget Warmindo, ya?" tanyaku sambil tertawa. Genta memang kadangkala tidak bisa ditebak. Aku bangun jam enam pagi, nyatok, gambar alis, dan tetek bengeknya ternyata makan di Warmindo yang buka 24 jam.
Genta tak menjawab pertanyaanku malah mencari tempat duduk yang no smoking. "Duduk dulu dong," katanya.
Terakhir kali aku makan di tempat seperti ini itu saat aku SMA. Aku masih tidak percaya Genta membawaku kesini. Lagi.
"Jangan nilai dari tampilannya ya, Nad. Warmindo ini warisan leluhur yang harus lo dan gue lestarikan bersama," katanya agak dramatis sih kedengarannya.
"Kita berdua doang? Yang lain gimana?"
"Maksud gue itu lestarikan momennya. Dulu kan lo suka banget kalo gue ajak makan disini. Iya, kan?"
Sialan. Pagi-pagi ini aku dibuat panas dingin sama Genta. Dulu memang aku suka setiap diajak Genta makan di warung ini walaupun sempat awalnya kaget tapi kalau rasanya enak harganya sangat murah? Siapa yang tidak ketagihan?
Melihat aku tak membalas perkataannya, Genta hanya tersenyum sambil kemudian melihat menu di dinding. Kalau di Warmindo itu, menunya ditempel segede dinding. Khas warung pinggiran sih sebenarnya.
"Mau apa?" tanya Genta.
Pria itu mengangguk lalu kemudian beranjak dari tempat duduknya beranjak menuju etalase. Aku hanya memperhatikannya saja. Dia sekarang lebih berisi alias proporsi badan yang sangat pas untuk seorang pria. Berotot tapi tidak over. Perfect. Aku khilaf!
Terlalu serius memperhatikannya, aku tidak sadar kalau Genta ternyata sudah kembali sambil membawa 2 botol teh sosro dingin. Aku pun langsung mengambil salah satu teh sosro di tangannya namun dia menghindar. "Lo minum teh anget. Bentar lagi dateng." katanya langsung meminum teh sosronya.
"Kok gitu?" tanyaku bingung.
"Ini masih pagi, Nad. Nggak baik minum dingin-dingin buat cewek,"
Benarkah?
"Sotoy deh,"
"Bawelnya keluar kan. Udah deh turutin aja,"
Aku hanya bisa mendengus. Jangan lupa dengan Genta dan sifat disiplinnya. Walau dari luar kelihatan santai tapi dia itu sangat patuh pada yang namanya peraturan apalagi masalah kesehatan.
Warmindo. Pagi hari. Ditemani gerimis. I miss the good old days.
KAMU SEDANG MEMBACA
As You Are
RomanceSusah payah menata kembali hatinya yang dulu hancur berkeping-keping, Genta kembali lagi mengacaukan hati Nadine. Sebuah kebetulan yang tidak pernah direncanakan saat Genta dan Nadine harus bertemu lagi malam itu. Tapi, kali ini Nadine tidak sendiri...