TWENTY ONE

208 13 2
                                    

"Gue nggak suka liat lo ngerokok!" ketus Nadine merebut rokok milik Genta yang baru saja dipasang.

Kejamnya Nadine sampai rokok Genta dibuat tak berbentuk lagi oleh stiletonya.

"Sebatang doang, Nad."

"Nggak pake."

"Baru balikan aja udah segini galak apalagi kalo kita nikah ya, Nad?"

Nadine menoleh. "Emang kita udah balikan?" tanya Nadine.

Genta mengangguk.

"Kok sepihak gitu?" Nadine tak terima.

Jujur saja sedari kedekatannya dengan Genta akhir-akhir ini, Nadine sama sekali belum mendengar pernyataan dari Genta soal hubungan mereka.

"Rey udah balik jadi gue akan langsung meresmikan hubungan kita berdua."

"Kok gitu?"

"Karena sepertinya kalo gue nggak resmikan, lo bakalan balik lagi sama dia." Genta menghindar dari mata Nadine.

Nadine tersenyum kemudian meraih wajah Genta.

Tampan.

Satu kata untuk wajah oriental di hadapan Nadine ini.

"Takut banget sih." goda Nadine mencubit gemas pipi Genta.

Genta membelalak sambil menaruh tangannya di dahi Nadine. "Nggak sakit 'kan, cinta?"

"Ish gue kan mau romantis tadi tuh." Nadine memberengut sebal.

"Balikan dong?" tanya Genta lebih seperti berharap dijawab ya oleh Nadine.

"Segitu takut gue balik sama Rey lagi, ya?"

Dengan polosnya Maximillian Genta Baskoro mengangguk cepat. Nadine seketika terbahak.

"Serius ini, Naadd."

"Apanya?"

"Gue serius."

"Serius naik pelaminan?" godaku.

"Kalo pelaminan bulan depan deh. Undangan kan masih harus disebar, cinta."

Nadine langsung menoyor kepala Genta sambil geleng-geleng kepala. Kalau saja soal kawin-mengawin nikah-menikah Genta pasti nomor satu.

"Maunya."

"So, getting back together, babe?" tanya Genta.

"Kalo gue jawab iya, apa lo rela ngehapus Dini dari hati lo?"

Genta bungkam. Dia terkejut saat tahu Nadine masih mengingat masalah Dini. Sebenarnya wajar saja. Dini tak tergantikan. Nadine tahu itu.

Tapi, sekarang ini Nadine ingin sekali saja berlaku egois. Dia menginginkan Gentanya. Genta seutuhnya. Bukan separuh.

Cinta tak bisa dibagi. Please.

"Apa lo siap ngasih ruangan spesial di hati lo buat gue?" tanya Nadine lagi.

"Lo emang daridulu spesial, Nad." ujar Genta tersenyum.

"Gue tahu. Tapi, ruangan itu, Gen. Ruangan milik Dini. Apakah gue sudah bisa masuk ke sana?" tanya Nadine.

Jawabannya selalu sama.

Nadine tersenyum.

As You Are Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang