- FOUR -

385 32 5
                                    

Macau sangat indah saat musim semi seperti saat ini. Desau-desau daun kering yang berserakan memenuhi pinggir sepanjang jalan memuat suasana menjadi ramai.

Pohon-pohon yang kering mulai hijau dengan sedikit daun yang tumbuh. Suara-suara terakan para penyapa ramah terdengar. Luccie berjalan menikmati keadaan sekitar yang menyenangkan.

Bibirnya yang mungil bersenandung riang. Suaranya mendominasi dengan kicauan burung kecil menjadi seperti paduan suara yang alami.

Tangannya yang terbentang bergarak-gerak seperti seorang ahli orkestra. Kedua lubang telinganya menikmati perpaduan suara dipagi hari ini. Sudah sebulan Luccie libur dari pekerjaanya karena kesehatan Ayahnya yang sempat menurun.

Belakangan ini Mozez sering sakit dan batuk yang berulang. Mungkin itu faktor usia, selalu Mozez berpikiran seperti itu untuk menenangkan kegundahan hati gadis satu-satunya ini.

"Kau baru berangkat kerja yah, Luccie." Sapa seorang pria berusia empat puluhan. Pria itu terlihat sibuk dengan kegiatan rutinya menyirami tanaman miliknya setiap pagi. Luccie tersenyum dan mengangguk.

Luccie bukan wanita yang pandai bicara dengan banyak kalimat, wanita ini cenderung memiliki sifat pendiam.

"Yah, aku sepertinya sedikit terlambat." Papar Luccie menggaruk rambutnya sedikit karena ini hari pertama kerja setelah sebulan cuti tetapi dirinya sudah membuat ulah. Paman itu tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Haha.. Sepertinya kau mulai mengikuti kebiasaan kekasihmu Axelous dalam hal kesiangan. Paman sering perhatikan jika Axel pun sering terlambat jika berangkat bekerja. Hal ini paman ketahui dari putra paman anak buah kekasihmu di kantor." Ujar paman itu sedikit menaikkan nada suaranya karena Luccie telah melangkah.

Rona wajah di musim semi terlihat di pipi manis Luccie, ternyata banyak juga yang mengenal Axelous Deabhson. Memang kekasihnya itu terkenal dengan keramahannya, pria tinggi itu banyak bergaul dengan para tetua bukan hanya pemuda-pemudi.

"Ah, aku malu." Ujar Luccie menyembunyikan rona tomatnya.

Luccie sengaja berjalan kaki untuk menempuh jarak ke kantor tempatnya bekerja. Akan sangat disayangkan jika musim semi ini terlewat begitu saja. Tikungan ditempat teduh Luccie memperlambat jalannya karena ditempat tikungan ini matahari tidak akan menembus dirinya.

Luccie terkikik dengan tingkahnya seperti bermain petak umpat dengan sang surya. Padahal seharusnya wanita ini berlari dengan tergesa-gesa karena sudah cukup lama dirinya terlambat. Tetapi Luccie justru tidak peduli dan bersantai.

Yah, tentu saja bersantai, Axelous Deabhson kekasihnya itu adalah pemimpin dari tempatnya bekerja. Hah, ternyata sepolos apapun Luccie tetap saja wanita ini dapat memanfaatkan kekasih tercintanya itu.

Luccie berjalan sangat perlahan dan matanya tertutup menikmati mapel beku yang berada disisi kanannya. Mapel itu beku dan belum juga berkembang padahal musim panas sudah berlalu tetapi mengapa masih membeku.

Musim dingin masih beberapa bulan lagi tetapi mapel ini sudah beku terlebih dahulu. Banyak yang percaya jika mapel ini adalah tanaman yang di tanam dewa. Ah, Luccie tidak akan memedulikan hal konyol itu. Ayahnya sang pendeta selalu mengatakan percayalah pada Tuhan bukan pada hal mistik.

Brukk...

"Ya Tuhan!." pekik Luccie dengan segala keterkejutannya ketika tubuhnya seperti menabrak sesuatu. Bukankah tempat ini tadi sepi dan ditempat ini tidak ada rumah atau apapun selain pohon-pohon besar yang menghalau sinar matahari.

Luccie mulai membuka matanya perlahan ketika merasakan tubuhnya seperti bukan tertubrak tetapi dipeluk seseorang. Tidak mungkin jika penjahat, karena selama bertahun-tahun tidak ada penjahat atau perampok yang beraksi ditempat ini.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang