- TWENTY FOUR -

201 21 1
                                    

Waktu berdetak dengan beriringan satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berdetak dengan beriringan satu sama lain. Saling bekerja sama antara jam, menit bahkan detik. Mereka berjalan diwaktu yang berbeda namun tetap saling berurutan tanpa adanya perselisihan. Waktu yang terdengar setiap pergerakannya namun diabaikan begitu saja bagi pendengar dan penikmatnya.

Heidan saat ini mendengar detakkan jam besar dirumah kayu tepi hutan Huang Zhou. Rumah yang baru saja dirinya injak setelah beberapa jam lalu membawa pergi Luccie ke sebuah tempat yang jauh.

Namun saat ini bukan hanya suara waktu yang bergulir yang didengarnya, dia bahkan mampu mendengar suara napas Calvaro yang berat. Dewa berjubah hitam dengan surai yang panjang menyentuh lantai kayu itu bersandar pada dinding kayu. Kukunya yang panjang tersembumyi dibalik lipatan kedua tangan di pertutnya.

Tatapan Ametis yang tajam mengarah pada Heidan hingga membuat pria berambut kuning ini menunduk dan memainkan gumpalan kesepuluh jarinya. Kini ada suara tambahan, suara desisan dari bibir Calvaro yang Heidan dengar.

"Heidan.. Apa kau menyukai Luccie?" malam ini Calvaro cukup geram dengan kedaan yang baru saja beberapa menit terjadi. Wanita itu menghilang dan dewa kegelapan ini belum sempat menemuinya setelah tubuh wanita itu dikurung dirinya di tempat kusus selama beberapa bulan.

Calvaro tersenyum miring dan menahan kemarahan. Dia begitu murka ketika menemukan keheningan di dalam rumah yang telah terlindungi oleh mantera ini. Calvaro menahan kemarahannya, dia bertambah marah ketika menyadari kejadian beberapa saat tadi antara Heidan dan Pein Tettler, maniak yang ulung dalam penipuan! Itulah kesimpulan Calvaro untuk Heidan Spoler.

"Apa?! Kenapa kau bertanya seperti itu?" Heidan berdiri tegak. Rambut kuningnya menari tersiur angin. Gorden jendela rumah ini terbuka lebar, membuat percikan air hujan membasahi sebagian permukaan rumah kayu ini. Calvaro tersenyum malas dengan ujaran Heidan. Telinganya ingin sekali meledak hingga saraf-sarafnya terasa panas diliputi kemarahan.

Namun lagi-lagi Calvaro mencoba memancing sepandai apa Heidan merangai setiap kalimat. Mampukah kalimat Heidan indah seperti sebuah kalimat yang tersusun rapi di kertas satin dengan pena bertinta emas.

"Kenapa? Kau bertanya kenapa? Heidan, aku tahu kau menyimpan rasa untuk Luccie! Kau mendekatinya!! Jangan mengelak! Kau sadar aku pemilik Ametis!" Calvaro harus mengeluarkan sedikit kemarahannya dalam kalimatnya itu. Dia tidak bisa menguasai dirinya saat ini. Hilangnya Luccie dipekatnya malam membuat otaknya kacau.

Dia belum mencerna perkataan Heidan bersama Pein beberapa saat lalu. Heidan memberanikan diri menatap lensa lavender milik Calvaro, lensa yang sering disebut Ametis bagi kalangan dewa. Mendapatkan tatapan dari Heidan, Calvaro menajamkan matanya dan hal itu membuat Heidan meringis. Pria kuning ini merasakan jantungnya seperti diremas kecil, terasa ngilu.

"A.. Apa maksudmu? Bukan seperti itu maksudku.." nada pria berambut kuning ini mulai terpenggla-penggal. Ia ketakutan saat ini. Aura gelap dengan dimensi berbeda mulai ia rasakan. Jantungnya berdetak tidak beraturan, Calvaro menyiksanya saat ini dengan Ametis. Heidan yang hanya memiliki emerald tidak akan mampu melawan Ametis kuat.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang