- TWENTY EIGHT -

254 22 5
                                    

Lantunan syair yang dibawakan alam mengalun dengan merdu membius makhluk bumi hingga tidak dapat merasakan jika waktu terus bergulir begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan syair yang dibawakan alam mengalun dengan merdu membius makhluk bumi hingga tidak dapat merasakan jika waktu terus bergulir begitu cepat.

Lantunan syair dengan barisan kata yang tertata tidak terlihat namun dirasakan, itulah yang dinamakan perjalanan kehidupan. Calvaro sudah menceritakan mengenai Luccie pada Harley.

Calvaro tidak ingin menambah masalah lagi. Dia ini menyelesaikan dengan perlahan dan tidak menimbulkan luka baru. Saat ini dewa itu sedang berada di sebuah rumah bercat putih. Rumah yang terlihat tidak berpenghuni tapi dirinya menyakini di dalamnya ada satu makhluk yang menempati.

Lama Calvaro memandangi dinding putih tanpa warna lain itu. Kicauan burung gereja bahkan berhenti ketika menyadari sosok dirinya berdiri menunggu tangannya terangkat untuk mengetuk pintu.

Dewa ini melihat-lihat sekeliling rumah ini. Rumah wanita mapel yang sangat sulit untuk dirinya lepaskan. Kaca-kaca kecil tanpa tralis terlihat sedikit berdebu tidak terawat. Mungkin sebentar lagi rumah ini akan dirawat dan menjadi lebih indah.

Halaman yang terlihat kotor dengan daun-daun kering berserakan. Calvaro tersenyum miris. Pemandangan yang tidak indah namun terlihat indah bagi dirinya saat ini. Dia tidak tahu apakah suatu saat dirinya akan melihat rumah ini lagi atau ini untuk terkahir kalinya. Andai saja hari ini ada suara piano mengalun, maka akan menambah kesan duka yang dewa ini rasakan. Calvaro melihat lagi badan pintu berwana hijau lumut dengan gagang berwarna putih silver itu.

Ketukan sudah Calvaro lakukan. Ketukan pelan karena tangannya terasa berat. Waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi namun matahari sudah menyongsong tinggi. Sudah Seminggu semenjak kejadian malam itu. Luccie masih terlelap belum sadar karena dewa ini yang melakukan itu.

Calvaro merubah wanita itu menjadi putri tidur untuk sementara waktu. Menunggu beberapa menit tanpa dibukakan pintu membuat dirinya melamun kosong. Sungguh sunyi tanpa angin yang menggerakan dedauan kering itu.

"Kau..!!" pekik penghuni rumah ketika membuka pintu dan langsung bertatap wajah dengan Calvaro yang sempat mengosongkan pikirannya. Tatapan marah dilontarkan Axelous dengan keberadaan adiknya itu.

Calvaro hanya bisa tersenyum tipis. Sudah lama dirinyatidak melihat wajah kakaknya sedekat ini. Semenjak kepergian Mozez, Axelous menjadi pria yang  pendiam. Tidak keluar rumah dan menjadi pria di dunia gelap. Setiap malam tidak pernah menggunakan lampu untuk sekedar mengecek keadan sekitar.

"Hai.. Lama tidak menyapa." Ujar Calvaro mencoba untuk tersenyum ramah. Axelous mengernyitkan alisnya. Dia tidak mengerti maksud kehadiran adiknya di sini. Sejanak emosi pria itu runtuh ketika melihat adiknya tersenyum padanya.

Di senyuman itu Axelous tidak menemukan niat licik yang terselubung. Apakah bergulirnya waktu telah membuat Calvaro sadar. Atau bergulirnya hati yang membuat dewa itu telahberubah. Terdiam dan sunyi lagi kini terjadi. Lagi-lagi terjadi setelah sapaan singkat Calvaro. Dewa itu berjalan sejenak keluar halaman dan diikuti kakaknya di belakangnya.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang