- TEN -

432 27 8
                                    

Seorang wanita cantik sedang duduk melamun memandang pohon mahoni yang tinggi. Rumah kaca itu memang indah dengan menghadap ke arah pohon mahoni dan tebaran bunga lavender yang terhampar luas.

Wanita berambut panjang dengan lensa cokelat tua dan lesung pipi yang tersimpan termangu sendiri. Pandangannya kosong tidak berujung, hingga sebuah suara mengagetkan dirinya yang sedang asik konsentrasi menikmati sapuan angin di kulitnya.

"Hei! Apa yang kau lamunkan? Ayolah jangan melamun seperti itu. Kau selalu melamun dipagi hari." seru pria pirang dengan wajah tampan dan imutnya. Pria itu baru saja selesai mandi dan merapikan diri.

Pria itu memang lama jika sudah berada didalam kamar mandi, karena pria ini harus susah payah menghilangkan bau alkohol yang mendera rongga mulutnya.

Wanita berambut gelombang panjang sebahu itu berbalik dan tersenyum. Bando ungu yang terpakai terlihat mengkilap terkena biasan cahaya sang surya.

"Kau memikirkan pangeran kegelapan itu lagi? Ayolah jangan seperti ini terus. Kau sudah lama menghilang dan seharusnya kau sudah melupakan pria itu." seru pria itu menuang kopi kedalam cangkir.

Pria itu rasanya bosan jika mendengar alasan mengapa wanita yang sudah lebih dari dua tahun ini hidup dengannya sebagai kakak perempuannya selalu membahas mengenai dewa kegelapan

"Tidak semudah itu, Vyrlo. Kau tahu rasaku tertinggal terlalu dalam pada sosoknya. Aku tahu kecantikanku tidaklah sebanding dengan Dewi Fortuna. Tapi aku tetap sulit untuk melupakan pangeran kegelapan itu." aku wanita itu membuat pria bernama Vyrlo itu menghembuskan napas kesal.

Dari tahun lalu dan berlanjut ke hari-hari berikutnya sampai detik ini terjadi wanita ini selalu membahas pangeran kegelapan yang bajingan itu. Memang wanita ini tidak dicampakkan, tapi penolakkan kasar telah meluncur sepuluh tahun lalu.

Vyrlo menarik salah satu kursi dan duduk dengan salah satu kakinya menumpuk di kaki kanan.

"Apa hebatnya pangeran kegelapan itu? Kau selalu memuji ketampanannya, kehebatanya dengan mata ametisnya itu, memujinya dengan rambut putih seperti kuda suci milik para bidadari." kesal Vyrlo dengan nada yang sering terlontar.

Vyrlo bukanlah kesal karena cemburu, tidak sama sekali. Hanya saja rasanya begitu kesal dan tidak habis pikir dengan cinta wanita ini pada pemilik ametis itu.

Wanita itu tersenyum kecil dan ikut menarik kursi duduk dihadapan pria yang kesal ini.

"Kelak jika kau bertemu dengannya kau akan mengakui betapa hebat dirinya itu." papar wanita ini tersenyum lebar. Jika sudah membahas dewa kegelapan maka ekspresi wajahnya akan segera berubah.

Kemurungan akan berubah menjadi kehangatan dengan kebahagiaan yang terpendam.

"Apa sehebat dengan dewa judi yang aku lihat beberapa waktu lalu di Kasino waktu itu?." gumam Vyrlo dengan bibir membentuk kerucut.

"Bisa saja. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh ametis itu." seru wanita itu membuat Aaron menatapnya penuh perasaan penasaran.

Bayangan akan dewa judi beberapa waktu lalu tiba-tiba berkelabut didalam pikirannya.

"Tapi entah mengapa belakangan ini  aku merasa ada yang mengganjal. Aku merasakan kehadiran dewa kegelapan di muka bumi. Aku pun sempat merasakan ada takdir gelap yang tidak kuketahui." ungkap wanita ini membuat Vyrlo meletakkan cangkirnya dan menatap serius dengan bertopang dagu.

"Apa maksudmu? Tidak mungkin segelan itu terlepas? Bukankah kau yang berkata sendiri jika dewa kegelapan yang kau cintai itu sedang di segel, jadi mana mungkin dewa itu turun ke bumi. Bukankah segel itu begitu kuat?." yah benar, segel itu memang sangat kuat dan wanita ini berani bertaruh jika mantra pendeta suci sekalipun akan sulit melepas segel milik Calvaro.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang