- THIRTY TWO -

220 22 2
                                    

Keadaan alam di bumi sama sekali tidak berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keadaan alam di bumi sama sekali tidak berubah. Mungkin yang berubah adalah tata letak bangunan-bangunan yang akan dibangun. Calvaro tersenyum kecil. Dia seperti mengalami kejadian konyol dalam hidupnya. Dewa ini jadi ingat bagaimana dulu dirinya turun ke bumi pertama kalinya untuk melarikan diri. Udara di bumi begitu sejuk.

Aroma dari berbagai makanan dan alam berbaur menjadi satu. Aroma asap kendaraan bahkan menyatu di dalam indra pencium Calvaro. Dirinya saat ini berada disebuah rumah sakit. Dia belum masuk kedalam sana. Hatinya masih belum berani masuk. Rumah sakit ini dekat dengan sebuah pantai yang indah.

Dewa ini lebih memilih berjalan ke arah pantai itu. Setidaknya telingnya bisa bersahabat dengan riak air dibanding dengan tuturan menyakitkan Luccie nantinya. Calvaro baru turun ke bumi setelah dua Minggu Luccie dirawat. Dia sama sekali belum mengetahui apakah janin wanita itu masih bisa diselamatkan atau tidak.

Calvaro tidak ingin dengar. Dewa ini sangat takut. Hari ini dia turun ke bumi sedikit mengalami kesulitan karena kedua dewinya melarang. Calvaro sebelumnya sudah berjanji tidak akan turun kebumi. Tapi saat ini maple kesayangannya terluka. Dewa kegelapan ini ingin memperbaiki luka itu walau tidak tahu bagaimana caranya.

Di pantai ini samar-samar Calvaro melihat seorang pria kecil duduk memeluk lututnya didekat air pantai. Pria kecil itu melukis sesuatu di atas pasir. Lukisan yang tentu akan dihapus oleh gelombang air.

“Aku rindu dirimu, Ayah.” Suara pria kecil itu terdengar dan membuat dewa ini tersenyum kecil. Dia benar-benar telah menjadi seorang ayah saat ini. Akan sangat bodoh jika dirinya mengingat dirinya menangis malam itu memeluk Harley.

Calvaro berjalan mendekat dan berdiri dibelakang pria kecil itu. Matahari terlihat besar bulat dihadapannya. Dewa ini melihat Zavass melukis sebuah gambar kepala ayahya. Gambar yang buruk namun penuh makna.

“Rindu siapa tadi yang kau katakan?” tanya Calvaro dengan senyum kecilnya. Zavass menghentikan gerakan jari telunjuknya dan berdiri membalikkan tubuh. Rambut halus itu bergerak memerlihatkan betapa mirip anak dan ayah ini jika disatukan seperti ini.

“Ayah!!” teriak Zavass langsung memeluk kaki Calvaro dengan erat. Air mata anak itu membasahi celana ayahnya. Anak ini benar-benar merindukkan sang ayah. Calvaro melepas lembut tangan putranya dan berlutut mensejajarkan tubuh mereka. Zavass langsung mengusap pipi Calvaro.

Wajah ayahnya begitu tampan, kenapa ibunya memilih pria lain, pikir pria kecil ini. Calvaro yang bisa membaca pikiran Zavass tersenyum lebar. Ternyata anaknya bisa tahu ketampanan seseorang.

“Ayah juga merindukkanmu. Bagaimana keadaan ibumu dan dirimu, hm?” Zavass enggan menjawab, pria kecil ini hanya memeluk ayahnya dan menyandarkan kepalanya di bahu ayahnya. Anak ini benar-benar bersedih rupannya.

“Ayah tidak suka ada pria cengeng. Ayolah jawab, bagaimana keadaanmu dan ibumu?” Calvaro mengusap rambut anaknya yang terus bergerak tertiup angin pantai. Zavass mengerucutkan bibirnya.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang