- THIRTEEN -

582 26 2
                                    

Ini adegan dewasa.

💞💞💞

Malam masih pekat ketika keheningan suara terpedam. Calvaro duduk dengan baju lusuh berwarna merah. Oh Tuhan! Dia bukan manusia melainkan seorang dewa tetapi bajunya yang berwarna putih berpadu dengan biru muda terlihat lusuh warna itu.

Tidak, jangan berpikiran dewa ini sehabis membunuh apalagi memutilasi, ini semua hanya karena perlakukan gila wanita yang bernama Luccie Naither itu, calon ibu dari anaknya kelak.

"Kau pucat. Sumpah! Demi Tuhan, ini untuk pertama kalinya seorang dewa ditantang," ujar Maxemod kembali hadir setelah diberi perintah untuk mengambil baju ganti.

Rumah ini sudah terlihat sangat berbeda dan terlihat seperti rumah kebanyakan gedung lainnya. Rumah ini sudah benar-benar dirombak seperti keinginan Luccie. Heidan duduk dengan wajah kesal begitu pula dengan Maxemod. Rasanya mereka berdua begitu kesal dengan ulah wanita kecil itu.

Tidak suka itu sudah pasti mendominan di hati dewa kegelapan ini, tetapi demi rahim itu sekali lagi Calvaro mencoba berteman baik dengan manusia selain wanita tua teman mendiang Ibunya yang sedang dicari dan sudah ditemukan.

"Aku benci wanita! Ah, apakah semua wanita manusia seperti itu, kolot dan bodoh! Kau tahu aku bahkan hanya ingin memeluknya dan dia berani bermain pisau dan menusuk denyut nadinya sendiri. Sial! Aku tidak bisa melihatnya mati sekarang. Bajingan, kenapa pendeta itu mendidik wanita ini dengan kepala batu," seru Calvaro.

Dewa ini sungguh buruk, rambutnya yang biasanya tertata rapi justru berantakan. Bahkan lihat saja, celana hitam panjang itu terkena darah. Hei, ada apa sebenarnya, hal gila apa yang dilakukan Luccie sebagai perlawanan dewa. Itulah dalam benak Maxemod dan Heidan melihat penampilan Calvaro yang sangat kacau.

"Kau bicara seolah-olah dia adalah milikmu. Ingat, ada dewi fortuna dihidupmu dan masih ada dewi keadilan yang menanti cintamu," seru Heidan yang baru saja tiba dari atas atas perintah Calvaro beberapa menit yang lalu.

Calvaro hanya tersenyum kecil, senyuman seringai itulah khas seorang Calvaro Deabshon.

"Aku pengeran kegelapan putra raja kegelapan. Itu bukan urusanmu jika aku menginginkan Luccie sebagai milikku," ego itu lagi-lagi kembali hadir mengisi sisi gelap Calvaro.

Di kamarnya Luccie terkapar lemah, wanita ini berani menggores pisau di pergelangan tangannya sendiri. Lantai marer putih masih ketara darah, Calvaro tidak sempat membersihkannya. Wajah pucat wanita ini sudah benar-benar memerah karena bantuan Calvaro.

Sungguh ironis, Luccie benar-benar berniat menghabisi nyawanya sendiri dibanding disentuh oleh Calvaro. Dewa kegelapan ini tidak habis pikir, begitu mudahnyakah manusia merenggut nyawanya sendiri padahal pasti ada jalan keluarnya. Rasanya Calvaro ingin berteriak jika mengingat hal tadi. Di mana Luccie berlumuran darah dan wajah pucat menghiasi wajahnya.

"Kepalamu sakit?," tanya Maxemod ketika melihat Calvaro memijat pelipis. Dewa ini hanya diam tidak merespon. Matanya terpejam untuk meredakan. Suhu tubuhnya meningkat saat ini dan panas mulai mendera.

"Kau melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya," seru Maxemod menasehati.

"Seharusnya kau tidak gegabah, Tuan," ujar Heidan. Nadanya tidak selembut Maxemod itulah sebebnya Calvaro lebih mempercayakan segala sesuatu hal kepada Maxemod.

💞💞💞

Qicley merasakan kesulitan dengan hiruk piruk ditempatnya berada. Ada banyak suara-suara bising para penjual dan cakap-cakap banyak orang. Langkah mencari sepupu lama tidak semudah yang dibayangkan.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang