- TWENTY SEVEN -

208 18 0
                                    

Calvaro terpaksa harus tidur satu kamar lagi dengan Luccie karena Zavass tiba-tiba terserang demam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calvaro terpaksa harus tidur satu kamar lagi dengan Luccie karena Zavass tiba-tiba terserang demam. Di malam yang penuh dengan luka ini di mana terlihat begitu angkuh dan mati dalam waktu, anak itu sakit disaat yang tidak tepat.

Jangan berharap ada perbincangan, satu kata saja tidak ada yang berani melontarkan di antara mereka. Sajak-sajak kepedihan mengalir begitu indah meliputi mereka dengan suara hujan dan dengkuran napas anak kecil yang saat ini ada dalam dekapan dewa kegelapan.

Sudah satu tahun lalu Calvaro diijinkan Luccie untuk menyentuh Zavass. Terlihat aneh memang seorang dewa kegelapan menenangkan seorang anak yang demam dan terus menangis. Jika malam ini dewa itu diberi kesempatan menjadi manusia, hal pertama yang ingin dia lakukan adalah makan mie bersama seperti permintaan anaknya waktu itu.

Dewa ini ingin merasakan apa yang dirasakan manusia. Tapi sudahlah, itu semua tidak akan pernah terjadi dan jika dipaksa pasti akan berakhir dengan perbedaan takdir. Luccie tidak bisa menjaga matanya untuk berhenti memerhatikan Calvaro yang terus bergerak.

"Malam ini dingin sekali." Seru wanita itu dengan lontarkan tidak terarah. Dia hanya ingin melepas kalimat saja.

Calvaro hanya mendengar tidak ingin menanggapi. Dewa ini meletakkan Zavass dengan perlahan di ranjang yang memiliki kehangatan.

"Cari dan pakai saja baju tebal, nanti kau juga akan hangat." Luccie cukup terkejut ketika Calvaro merespon. Dirinya berpikir dewa itu tidak akan pernah peduli lagi dengan hubungan kaku ini.

"Kau tidak ingin memelukku seperti kau memeluk dewi-dewi mu?." wanita itu bertanya seolah-olah dewa ini adalah sosok yang dulu. Di mana menjadi soso dewa yang selalu menyentuhnya setiap malam walau penuh dengan penolakan kasar.

Calvaro hanya tersenyum tipis untuk tanggapan. Kenapa kalimat itu baru terluncur sekarang. Kenapa tidak meluncur ketika rasa itu masih dengan penuh ego dewa ini coba memertahankan. Kenapa lontaran indah ini harus terlepas setelah dirinya memutuskan segalanya.

Dewa ini tidak menatap wajah wanita itu, yang dia tatap adalah gorden besar yang berkibar tertiup angin malam. Mata Calvaro pun awas akan tubuh Luccie yang berpakaian terbuka serta tipis. Wanita itu ternyata sengaja menguji birahi seorang dewa. Dengan senyuman kecil dewa ini mengangkat kedua alisnya

"Kau bisa meminta kehangatan pada kekasihmu itu." dewa itu berseru sambil berjalan menutup jendala kamar. Luccie tersenyum kecut. Dia menatap Calvaro dengan rasa sesal. Sesal dikarenakan kenapa disaat dirinya mencoba untuk peduli dan mengembangkan rasa justru dewa itu tidak menanggapi. Padahal wanita ini tahu jika dewa itu masih memiliki hati untuk bisa peka akan arti setiap sebuah kalimat.

"Aku ingin kita mengulang kisah dari awal. Bisakah kau mewujudkannya, Calvaro?" lontaran dari mulut wanita itu membuat Calvaro kaku dan terikat. Dalam keadaan ini selalu yang bisa dirinya berikan adalah senyuman kecil.

"Kau baru saja mengatakan apa? Mengulang kisah? Hei, aku menjadi dewa bukan untuk mengatur kisah cintamu itu. Aku memiliki kehidupan yang tidak tersentuh manusia seperti dirimu. Jangan congkak hanya karena aku pernah meminjam rahimmu. Besok Zavass akan menginjak usia tiga tahun. Kau tahu kenapa dia demam? Itu semua karena ulahku! Aku ingin melepas segel dalam tubuhnya. Jangan berharap aku akan mendidik putra ku seperti kau mendidiknya. Setelah mereka semua mati, kau akan menjadi orang terakhir yang akan aku hancurkan!" Luccie yang mendengar mulai tersulut emosi. Kini dirinya tersadarkan bahwa nasib putranya akan segera berubah.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang