- NINE -

326 25 2
                                    

Rumah dengan cahaya jingga tua itu sangat mencekam tanpa suara hanya desisan dan gemaan atas geraman yang terjadi.

Malam yang dingin karena halilintar masih menderu di muka bumi. Kilatan simpang siur terlihat dari arah mana saja.

Kuku yang panjang berwarna hitam mencengkram sebuah leher putih milik pemuda yang diangkat tingi-tinggi oleh tangan putih pucat. Pergelangan tangan bertato ini mengangkat tinggi-tinggi pria yang berada dalam cengkraman ini.

"Keparat! Kenapa kau tidak mengatakan dari awal jika kekuatan ku masih tersegel selama ini! Kenapa kau membisu!! Apa kau benar-benar ingin kehilangan suara mu selamanya! Luccie, wanita itu ternyata terlibat dalam penyegelan ku! KENAPA KAU DIAM!!." Teriak Calvaro tidak mempedulikan darah yang mulai mengalir dari leher Heidan yang tercengkram kuat.

Maxemod yang tubuhnya terpental jauh itu hanya dapat melihat tanpa berkutik. Calvaro sungguh marah besar ketika sampai sehabis mengantar Luccie pulang.

Pria itu tidak pernah mengetahui jika Luccie ikut campur dalam penyegelannya, karena sesungguhnya Calvaro tidak ingin melibatkan wanita itu dalam takdir kisah kegelapan.

Calvaro hanya berniat meminjam rahim itu, sumpah hanya itu saja. Namun kini tidak lagi, bahkan pria iniberniat menghancurkan putri pendeta itu.

"A-aku tidak tahu a-akan h-hal i-itu, su- sung, sungguhh.." Jawab Heidan dengan suara yang susah payah karena pita suaranya terhimpit cengkraman jari-jari Calvaro.

Mata lavender yang sering dikatakan ametis mulai terlihat membuat mata Heidan buta dalam seketika. Siapapun yang berani menatap iris ametis itu maka inilah akibatnya. Kegelapan total secara mendadak membuat heidan ketakutan, ini pertama kalinya Heidan benar-benar merasa takut dengan sosok Calvaro.

"Tidak tahu? Kau berkata tidak tahu, hah!! Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika Luccie dilindungi akan sesuatu malam itu! KAU BERANI BERBOHONG DENGAN KU, HEIDAN!!." Teriakkan itu terlepas membuat kaca yang menyatu dengan dinding pecah menjadi keeping-keping.

Calvaro benar-benar murka saat ini. Maxemod menutup telinganya rapat-rapat agar selaput gendang telinganya tidak pecah dan menjadi tunarunggu seketika.

Heidan menangis! Pria ini menangis untuk pertama kali setelah lama Ibunya meninggal.

"Tu-tuan, A-aku ti-tidak ta-tahu jika ka kalung i-itu penyegel ke-kekuatan mu." Sekali lagi dengan susah payah Heidan memberikan jawaban yang sejujurnya.

Calvaro masih geram dan mengempaskan tubuh Heidan hingga membentur vas bunga yang besar. Suara yang begitu mengerikan dan keadaan yang merusak batin.

"Kau ikut denganku untuk merebut kalung itu. Dan kau Maxemod, cegah wanita itu berdekatan dengan kekasihnya. Kau harus mendekati pria itu dan membuat jarak. Aku akan bertindak merebut hati Luccie! Aku pastikan malam Selasa di tanggal dua puluh dua wanita itu sudah berhasil aku peluk dan aku kuasai! Jika kau gagal mencegah pria itu, maka kau akan ku segel dalam waktu yang tidak terbatas! Ikut aku, Heidan!." Maxemod masih terdiam dengan apa yang dikatakan Calvaro.

Mengapa sekarang Calvaro menjadi seperti ini? Apakah karena kematian Ibunya didepan matanya oleh kakak kandung nya sendiri? Apakah hati pria itu dingin karena penyegelan dan pembunuhan terencana? Air mata mengalir dikala pria itu menghilang bersama Heidan.

Sakit hatinya mulai menyisir ke pelosok jiwa. 'Dewi peradilan, andai kau ada di sini aku ingin meminta mohon padamu untuk membuat keadilan bagi dendam ini.' Batin Maxemod menunduk.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang