- TWENTY SIX -

198 19 3
                                    

Luccie terdiam mendengarkan cerita Calvaro yang baginya itu terlalu berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luccie terdiam mendengarkan cerita Calvaro yang baginya itu terlalu berat. Dia memang tidak merasakan sakitnya dikhianati namun dia merasakan sakit ketika ibunya tewas di bunuh dewa ini.

Yah, dewa kegelapan yang ada dihadapanya saat ini. Dia tidak pernah tahu jika Calvaro membunuh karena ke tidak sengajaan sedangkan ayahnya menyegelnya dengan kesengajaan dan kebencian. 

“Menurutmu, sakit bagian mana yang aku rasakan saat itu hingga sampai saat ini? Terkurung di sudut-sudut gelap tiada cahaya, tiada detakkan waktu, tiada suara apa pun. Kau seperti hidup di alam kematian. Tapi itu sudah masa lalu dan aku malas membahas. Lagi pula wanita mapel ku sudah diikat oleh kakakku sendiri. Percuma bukan jika aku meminta hati mu.” Calvaro tertawa tipis. Terlihat betapa dewa ini membutuhkan pelukan atau setidaknya usapan tangan lembut yang hangat.

Calvaro ingin menangis, dia ingin menangis seperti waktu masih kecil jika dirinya tidak bisa mendapatkan apa pun yang diinginkannya. Tapi sekarang dia sudah dewasa, sudah menjadi seorang ayah. Sesulit apa pun dia akan memertahankan ametisnya untuk tidak berderai. Luccie maju selangkah dan dewa ini menyadari langkah itu.

“Tidak perlu mendekat jika hanya sekedar kasihan. Lupakan jika aku adalah temanmu. Aku akan menjadi seperti semula. Menjadi dewa yang tidak mengganggu hidupmu. Kau sudah memutuskan memilih kakak ku disaat itu. Aku bukan dewa perebut cinta orang lain. Hanya saja saat ini aku belum bisa mengembalikanmu. Aku harap kau bersabar. Ada satu hal yang belum kulakukan pada tubuhmu.” Seru Calvaro membalikkan tubuhnya. Tidak sedikit pun dewa ini memandang wanita itu dan hal itu membuat Luccie merasa janggal.

Calvaro hanya menatap bayi yang tertidur dangan dengkuran kecil. Bayi perpaduan Ametis dan Spekrum yang kelak akan membantu dirinya medapatkan keadilan.

“Kau mengulur waktu begitu lama dan selalu memberikan kalimat untuk membuatku terharu. Kau licik!” pekik Luccie selalu menghujat. Calvaro menarik napas dalam. Apakah memang seperti itu nasib dewa kegelapan, selalu dipikir negatif setiap tindakannya. 

“Aku tidak peduli lagi kau ingin menilaiku seperti apa. Aku malas membahas apa pun dengan mu.” ujar dewa ini melangkah melewati wanita itu tanpa menoleh. Luccie tersenyum miring. Wanita ini melihat sebuah hiasan kaca yang runcing di atas meja rias. Entah mengapa dia ingin menantang dewa ini.

Luccie mulai membutuhkan perhatian Calvaro. Dia ingin dewa itu memerhatikan dirinya seperti dulu lagi. Wanita ini pun mengambil kaca tajam itu dan berniat menggertak deea kegelapan itu. Namun belum sempat dirinya berbicara, Luccie berlari terlalu cepat untuk mendepati punggung Calvaro hingga kaca tajam itu menusuk punggung dewa itu.

Tangan gemetar itu menusuk punggung dewa itu yang terdapat tato sayap hitam. Keadaan gelap seketika bagi Calvaro. Mereka berdua sama-sama terdiam, terutama Luccie yang langsung menjatuhkan kaca tajam itu. Kali ini dia membuat suatu perbuatan yang fatal. Mengalirkan darah dari punggung dewa yang bertanda.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang