- TWENTY NINE -

211 18 0
                                    

Biarlah waktu lalu menjadi kekuatan untuk melangkah lebih maju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Biarlah waktu lalu menjadi kekuatan untuk melangkah lebih maju. Biarlah luka dalam itu terbuai dengan serpihan nada yang terputus-putus dalam angin yang berhembus.

Pria ini pada akhirnya membuat diri semakin terpuruk. Rambut hitamnya terus menari ditempat yang tidak memiliki suara apa pun. Sepeka apa pun telinga yang dimiliki seseorang tetap tidak akan dapat menangkap suara ditempat pria ini berpijak.

Angin yang pernah pori-porinya rasakan seakan menjadi kenangan yang tertinggal. Pria ini berdiri dengan mata yang lelah. Dia tidak tidur belakangan ini. Tidak memejamkan matanya.

Tiga hari berdiri ditempat ini dengan kedua tangan dibelakang, itulah yang dilakukan pria ini selama tiga hari. Dia hanya bernapas dengan sekadarnya. Mengembuskan tanpa berat. Menarik pernapasan, itulah yang sulit.

Pria ini membiarkan matanya terbiasa dengan keadaan sekitar. Tempat di mana dulu dia dibesarkan dengan sebuah luka. Luka tetaplah luka, dihias seindah apa pun namanya tidak akan pernah berubah.
Diam, bukan berarti tegar dengan rintihan keadaan. Diam, bukan berarti pula kosong di dalam pikiran.

Dewa ini memandang suasana yang tetap sama. Gelap, kosong, tenang, begitu lekat dengan retinanya yang benderang. Kedua tangannya diletakkan dibelakang sedangkan matanya mengamati keadaan. Apa yang ingin diamati? Hanya gelap yang ada.. mungkin dewa ini sedang mengembalikan hatinya untuk peka.

“Tiga hari berlalu dengan cepat. Kau merindukkan wanita sialan itu?” tanya seorang pria dengan jubah barunya. Pria tinggi ini berdiri sejajar dengan pria bermata lelah. Mereka memandang kegelapan yang tidak ada maknanya.

Mungkin ada makna, hanya berupa makna sederhana bahwa di dalam kegelapan anda bisa menguraikan perasaan yang tidak tersampaikan. Pria bermata lelah ini tersenyum miring dan menaikkan kedua bahunya.

Penampilannya mengalami perubahan. Rambutnya sedikit lebih pendek dengan jubah abu-abu metalik bukan hitam lagi. Ada alasan mengapa dia merubah penampilannya.

“Memikirkan wanita itu lagi? Sampai kapan kau akan berhenti? Kau berkata akan melepas. Jangan ingkar janji seperti pecundang.” Seru Maxemod berdiri sejajar.

Calvaro tersenyum kecil. Ya Tuhan, percayalah jika senyum itu senyum duka. Telinga Calvaro panas dan Maxemod yakin itu. Di tempat ini terdengar cacian menuntut pembalasan. Nama sang dewa kegelapan menjadi tokoh utama lakon dendam.

“Bukan itu yang sedang aku pikirkan. Aku hanya ingin mendengar sekuat apa tekadnya nanti ketika besok sadar. Akan sedikit merepotkan ketika wanita itu buka matanya.” Jawab Calvaro dengan nada yang sedikit dingin. Nada bariton lepas dan hilang hanya tertinggal separuh hati yang membuat nada terdengar singkat dan dingin. Calvaro masih ingat betapa indahnya musim semi di bumi.

Semua tanaman tumbuh dan merkah, udara sejuk, bnyak aktifitas romantis yang nyaman dipandang mata. Semua itu akan menjadi kenangan yang berarti kelak. Kenangan yang tidak akan tergapai lagi. Luccie, akan bangun besok pagi.

The Frozen Maple (COMPLETE ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang