Part 9

3.7K 217 2
                                    

Sudah satu minggu Nayla menghindari Devan, selama itu pula ia tidak ikut makan dengan ketiga sahabatnya di kantin. Dia selalu beralasan membawa bekal dari rumah, atau ia dengan sengaja mengerjakan tugasnya di jam istirahat, dan berakhir dengan Thalia yang membawakan makanan untuknya ke dalam kelas. Jika tidak sengaja berpapasan ia akan pura-pura tidak melihat atau berbalik arah guna menghindari laki-laki itu.

Entah kenapa Nayla ingin melakukannya, padahal ia belum tau kebenarannya. Sebenarnya ada hal lain yang menjadi alasan Nayla melakukannya, ia takut perasaannya berkembang dengan cepat. Nayla belum siap patah hati, maka dari itu lebih baik seperti ini dulu sampai ia bisa mengendalikan perasaannya.

Pagi ini Nayla merasa badanya tidak enak, sejak bangun tidur tadi kepalanya sedikit pusing. Hari ini ada ulangan Fisika oleh karena itu ia tetap memaksakan hadir ke sekolah. Nayla paling anti mengikuti ulangan susulan, bukan karena tidak bisa mencontek. Karena meskipun tidak ikut susulan Nayla memang tidak membiasakan diri untuk mencontek. Tidak apa jelek, yang penting hasilnya sendiri. Begitulh prinsipnya.

"lo sakit Nay?" Nayla hanya menggeleng. Thalia berniat meraba keningnya, tapi dengan cepat Nayla menghindar.

"Lo yakin? Tapi lo pucet banget." Thalia yakin sekali dengan dugaannya, terlihat dari bagaimana Nayla menghindari tangannya.

"Gue gapapa, Cuma kecapean aja. Udah yuk kita kelapangan, hari ini upacarakan!" Ajaknya. Belakangan ini Thalia tau bagaimana keras kepalanya Nayla. Ia hanya bisa menghela nafas berat, ia khawatir melihat keadaan Nayla. Sebisa mungkin ia harus ada di dekat gadis itu, tekadnya.

Nayla merasakan kepalanya semakin sakit, peluh bercucuran di keningnya, dia menundukan kepalanya pandangannya sudah tidak fokus. Ia menengok ke arah Thalia, berniat meminta di antar ke UKS, tapi terlambat semuanya gelap nayla sudah tidak sadarkan diri. Beruntung Thalia dengan sigap menahan tubuh Nayla, agar gadis itu tidak langsung jatuh ke tanah.

Melihat tubuh Nayla yang sedang di bopong anggota PMR Devan bergegas mengikuti mereka ke ruang UKS, terlihat sekali raut khawatir di wajahnya.

Devan mengenggam tangan Nayla, menatap gadis yang sedang terbaring lemah di depannya. Ia menghela nafas lega saat melihat Nayla mengerjapkan matanya.

Nayla meringis merasakan pusing di kepalanya. Saat pandangannya mulai fokus ia melihat ke sekitar, tanpa di beritahu pun Nayla tau dimana ia sekarang. Yang menjadi tanda tanya sekarang adalah, kenapa ada Devan di sini? Yang terakhir kali di ingatnya ia berniat meminta Thalia menemaninya.

"Minum dulu Nay," Nayla mengangguk, lalu berniat bangun dengan sigap Devan membantu Nayla. Laki-laki itu mengambil segelas air yang ada di atas nakas, menyerahkannya kepada Nayla. Setelah meneguk hampir setengah isi dari gelas itu Nayla mengembalikan gelas itu kepada Devan.

Devan meraih tangan Nayla lalu menggenggamnya, Nayla tidak menolak tidak juga membalas genggamannya.

"Nay kamu ga...-" Thalia tidak jadi melanjutkan kalimatnya, gadis itu diam salah tingkah.

Nayla yang menyadari itu langsung menarik tangannya dari genggaman Devan.

"Thal lo jangan salah paham, gue...-"

Di luar dugaan bukannya marah Thalia malah tertawa terbahak-bahak. Devan yang melihat itu segera mendekatinya dan menutup mulut Thalia dengan tangannya.

"Berisik bodoh ini di UKS!"

"Upsss sorry kak lupa gue." sambil meredakan sisa-sisa tawanya, Thalia menghampiri Nayla diikuti Devan di belakangnya.

"Gue restuin kalian berdua kok! Seneng deh nanti kita jadi saudara." kata Thalia yang di hadiahi tatapan tajam milik Devan. Nayla hanya mengernyitkan kening bingung.

"Maksud lo apa?" Tanya Nayla.

"Iya gue sama Kak Devan kan sepupuan, kalo lo sama dia berarti nanti kita saudaraan." Jawab Thalia riang.

"Ini beneran? Lo lagi nggak becanda kan Thal?" Thalia menggeleng.

"Udah ah, kalian lanjut deh gue mau ke kelas. Kak Dev, gue titip Nayla ya!" Ucap Thalia sambil berlalu dari sana. Jantung Nayla berdegup kencang, jadi dia hanya salah paham?

Secret Admirer (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang