Part 2

7.4K 349 5
                                    

MOS selesai, itu artinya Nayla sudah resmi menjadi bagian dari SMA Tunas Bangsa. Ia sampai di koridor sekolah yang sudah mulai ramai, hari ini ada pengumuman pembagian kelas bagi siswa kelas X maka tidak heran jika mereka berangkat lebih awal.

Melihat mading penuh di kelilingi para siswa membuat Nayla segan untuk mendekat. Ia memilih untuk menunggu salah satu temannya datang. Nayla cukup tahu diri badannya yang mungil tidak akan dapat melihat namanya, kalau dia tetap memaksa untuk menerobos kerumunan itu yang ada dia akan terjepit disana.

"Weyy... bengong aja masih pagi juga." Teguran itu membut Nayla sedikit tersentak.

"Astagfirullah..." Katanya sambil mengusap-usap dadanya.

"Kagetan banget sih Nay, lo ngelamun ya? Apa jangan-jangan...-" Noura menampilkan wajah jahilnya. Membuat Nayla menggeleng-gelengkan kepaanya cepat.

"Noooo! Bukan gue nggak mikirin itu!" melihat reaksi Nayla barusan membuat Noura tertawa geli.

"Emang lo tau apa yang mau gue bilang barusan?" Tanya Noura mengulum senyum.

"Emmmm... itu anu, gue nggak bisa liat mading banyak orang di sana." Jawab Nayla mengalihkan pembicaraan.

"Beneran mikirin itu tuh? Bukan yang lain?" Noura memang sangat senang menjahili sahabatnya itu.

"Itu Tania udah datang kita langsung ke mading aja lah" Ajak Nayla, merasa tertolong dengan kedatangan Tania ia menarik nafas panjang.

Mereka berjalan ke arah mading, saat sudah dekat Noura dan Tania meminta Nayla menunggu di pinggir saja tidak perlu ikut menerobos kerumunan. Tidak lama keduanya kembali dengan wajah yang bisa dibilang tidak bersahabat sama sekali.

"lah muka kalian kenapa? Nggak keliatan ya? Kita minta tolong Kak Rio aja gimana?" pertanyaan beruntun itu hanya di tanggapi gelengan.

"Bukan gitu Nay, kita bisa liat makannya kita nggak semangat!" dahi Nayla mengerut.

"Lah emangnya kenapa?"

"Masa kita nggak sekelas sih lo di X1 Nay, gue sama Tania di X3." Nayla mengusap bahu sahabatnya.

"Ya mau gimana lagi, inikan nggak bisa di rubah udah di atur pihak sekolah." Katanya, mau tak mau kedua sahabatnya pun memngangguk.

Nayla mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kelas, mencari bangku yang masih kosong. Pandangannya bertemu dengan Tahlia, ia pun menyunggingkan senyum dan dibalas senyum yang tak kalah lebar oleh Thalia.

"Duduk sini aja Nay!" Nayla menghampiri Thalia, ia meletakan tasnya di samping Thalia.

"Nggak nyangka kalo kita bakalan sekelas." Ucap Thalia.

"Gue juga mikir gitu, kebetulan banget kan?" Thalia menggeleng.

"Nooo, nggak ada yang namanya kebetulan! Kita emang udah di takdirin buat jadi teman." Tersenyum lebar Nayla pun mengangguk, benar yang di bilang Thalia tidak ada yang kebetulan di dunia ini.

Banyak hal yang mereka bicarakan, untuk mengenal satu sama lain. Sampai seorang guru memasuki kelas mereka, kerena terlalu asik mereka sampai tidak menyadari bel masuk sudah berbunyi.

Saat waktunya istirahat, Nayla melihat kedua sahabatnya sudah menunggu di depan kelas. Nayla mengajak Thalia untuk pergi ke kantin bersama.

Keduanya menghampiri Tania dan Noura, tidak lupa Nayla mengenalkan Thalia kepada kedua sahabatnya. Setelah acara perkenalan mereka prig ke kantin bersama.

Suasana kantin yang ramai mempersulit mereka untuk mencari bangku kosong, hampir semua bangku disana sudah terisi. Sampai seseorang memanggil Tania dari arah yang berlawanan dengan tempat mereka berdiri.

Secret Admirer (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang