4

6.5K 327 4
                                    

Author Pov

Aneu merasa geram karena putri semata wayangnya dipermainkan.
"Jadi putramu mempermainkan Fy??!!"

Dave menunduk malu, jujur dia juga marah tapi dia tidak akan bisa marah pada putra tirinya.

"Dan kamu tidak melakukan apapun Dave?? Fy adalah keponakanmu, Dzefin?? Dia hanya anak tirimu tapi kenapa kamu malah seolah-olah orang tua dari seorang lelaki yang meminta maaf. Dave, Fy ada hubungan darah denganmu.".

"Aku tau mba, aku juga marah dan kecewa tapi aku tid.-"

"Tidak enak pada Fitri???" Aneu memotong ucapan Dave.
"Aku tidak pernah mendukung atau menolak secara terang-terangan ketika Fy mengejar-ngejar Dzefin. Tapi untuk ini, aku akan secara terang-terangan tidak akan memaafkan atas penghinaan yang Fy terima!!!" Aneu langsung pergi meninggalkan Dave yang masih termenung.

~~~~

Fy hanya diam dikamar, dia menatap kosong kearah luar.
"Bagaimana bisa impianku hancur??"

Ceklek

Fy buru-buru menghapus airmatanya.
"Kak, aku pulang papah udah jemput aku." Dafi berpamitan.
"Iya." jawab Fy dengan dingin.
"Fiuuuh, tante marah banget sama papah." Dafi sudah ikut duduk disamping Fy.
"Kakak yakin kalau kak Dzefin melakukan itu?" pertanyaan Dafi sukses membuat Fy bergeming.

"Maksudmu??"

"Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakak. Kakak tau kenapa aku dan papah tidak marah? Kami kecewa tapi tidak merasakan kalau kak Dzefin salah."

"Kenapa tante juga berfikiran seperti itu."

"Apa??"

"Iya, mamahmu juga berfikir kalau Dzefin tidak benar-benar melakukan itu."

"Hmm, kak bisakah kamu bersikap wajar ketika bertemu kak Dzefin? Buatlah seolah-olah kalau kamu baik-baik saja, dan tunjukan kalau kamu itu kuat."

Fy menatap Dafi sekilas lalu kembali melihat kearah lain.

"Aku akan bicara dengan Nino karena dia punya kenalan seorang detektif. Ini hanya ingin membuktikan semua yang aku kira."

"Apa yang kamu kira??"

"Tidak, belum saatnya aku bicara karena buktinya belum ada. Kak ingat, hidup itu terus berlanjut."

Fy menatap Dafi yang biasa kekanak-kanakan tapi sekarang bicara bijak.
"Aduuuhhh, kamu udah pacaran yah kok bisa bijak kaya gini." Fy mengacak rambut Dafi dan mulai tersenyum kembali.

"Ikhh apa sih, aku belum punya pacar."

"Adudududu, adikku masa engga laku. Papahnya itu player kelas atas masa anaknya engga laku? Sayang mata sipit idaman kpopers hidung mancung sama ini nih roti sobek kalau engga ada yang kagum."

"Dih malah ngatain papah?? Awas ya??"

"Apa???" kata Fy dan langsung tertawa, Dafi tersenyum karena kakaknya sudah senyum.
"Dafi, papahmu sudah menunggu." suara Aneu sukses membuat mereka hening.

"Iya tante." Dafi langsung berdiri dia mencium tangan Aneu tanpa melihat wajahnya.
"Aku pamit kak, tante." Dafi keluar dari kamar dengan langkah cepat.

"Mom bisakah tidak garang sama Dafi."
"Sudahlah, kamu istirahat jangan pikirkan pria yang tidak bertanggung jawab itu."

"Dia bertanggung jawab mom."

"Iya, tapi sama kamu?? Sudahlah, mamah bersyukur kamu engga jadi sama dia."

Aneu langsung keluar dari kamar Fy, Fy kembali menatap mengenang masa-masa kebersamaan dengan Dzefin.

Dating Delayed (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang