Stefany Pov
Kepalaku terasa pusing dan seperti bau minyak kayu putih.
Perlahan aku membuka mataku.
"Fy kamu sudah sadar???" wajah tante Fitri lah yang aku lihat lalu bergantian dengan semua yang ada disini.
"Tante.""Jangan bangun dulu istirahatlah." tante Fitri mencegahku untuk bangun. Lalu aku melihat seorang perempuan membawa minum di ikuti Dzefin.
"Jadi semua benar bukan mimpi???" aku menatap wajah tante Fitri dan dia mengangguk.
"Bisa tinggalkan kita berdua?" pinta tante Fitri, lalu semua keluar dari kamar hanya menyisakan aku dan dia."Fy, kita tidak tau sifat dan karakter manusia. Kapan dia berubah kapan dia teguh dengan pendiriannya. Begitu juga dengan Dzefin, dia adalah anak yang ceria tapi cenderung pendiam. Dia sangat tidak bisa di tebak seperti Jonathan ayahnya."
Aku menunggu kalimat lainnya yang diucapkan tante Fitri.
"Fy, mungkin kalian tidak berjodoh. Jadi bisakah kamu menerima semuanya??"
Deg
Dadaku semakin sesak, tante Fitri yang selalu mendukung kini memintaku menerima kenyataan.
"Kenapa?? Tante, Dzefin harusnya bersamaku dia itu jodohku tante. Bukannya tante bilang dia mencintaiku??" aku mulai menangis lagi lalu tante Fitri memegang kedua pipiku."Maafkan tante, tante kira naluri atau firasat ibu selalu benar. Ternyata itu salah, Dzefin memilih orang lain bukan kamu."kini aku merasa iba, ada rasa penyesalan dalam diri tante Fitri membuat hatiku semakin tidak enak.
"Tante sudah, jangan ikut menangis. Tante tau, tante itu seperti ibuku sejak kecil."
"Justru itu, kamu itu seperti putriku nak. Meski ada firasat lain tentang Dzefin dan Angela."
"Apa itu?"
"Entahlah, yang tante lihat hanya ada rasa tanggung jawab pada Angela dan janin itu. Tidak ada rasa Cinta yang Dzefin tunjukan."
Aku bingung dengan ucapan tante Fitri.
"Bukannya tanggung jawab hampir sama dengan rasa Cinta? Itu sudah lazim seorang ayah pada anak dan istri."
"Beda, jika tanggung jawab berarti memikul sesuatu yang telah dia pegang. Memang, tapi seperti dia menerima sesuatu yang pada akhirnya jadi tanggung jawabnya."
Aku kembali diam terlebih kepalaku masih pusing."Nak, dengan atau tidak. Kamu akan tetap menjadi putri tante. Hanya tante tidak bisa lagi mengangkat kepala tante pada keluargamu." mendengar itu semua aku langsung menangis.
"Maafkan Dzefin yang mempermainkan hatimu. Maafkan dia yang membuat gadis sepertimu menunggu hal yang kosong."
Aku menghapus air mataku lalu tersenyum hambar, jadi selama ini aku melakukan hal yang percuma. Kenapa aku baru sadar? kalau akulah yang selalu memaksanya. Sejak sekolah, aku selalu datang pada Dzefin. Makanya tidak ada siswi yang berani mendekatinya.
Dia selalu aku paksa ajak di acara kampus, dan memperkenalkan nya sebagai pacarku. Aku selalu melakukan semuanya, tanpa memikirkan perasaan Dzefin. Apa karena itu? ketika dia di inggris merasa terlepas dan memilih gadis lain?
"Om Dave sudah mempersiapkan semuanya. Karena mendadak, jadi ini hanya pernikahan biasa. Kami tidak banyak mengundang siapa-siapa."
"Aku paham, tapi maaf tante. Aku tidak akan hadir."
"Tante mengerti, nak lanjutkan hidupmu dan mudah-mudahan kamu menemukan pria yang jauh lebih baik dari Dzefin."
"Aku usahan tante."
"Makasih sayang." tante Fitri memelukku dengan erat. Aku kembali menangis terlebih aku sangat mencintai Dzefin. Tidak mudah aku melupakan dia terlebih dia menikah dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating Delayed (COMPLETED)
RomanceSedang Revisi. [Sequel from Believe Me] Menunggumu adalah yang aku lakukan karena kamu berjanji akan kembali. Memang kamu kembali tapi kenapa kamu membawa seorang yang kamu sebut sebagai istri. Kenapa??? Copyright©2017 by ParkMincreung