Suara tegas dan lantang pria di sampingku telah mengumumkan pada semua orang jika aku sekarang menjadi seorang istri . Istri dari pria yg bahkan aku baru tau namanya baru baru ini . Juga baru aku lihat wajahnya saat ia melamar diriku . Pria tampan berkulit putih, berambut hitam, bermata tajam namun terlihat meneduhkan .
Aku terus menatap pria yg sudah menjadi suamiku ini dalam . Aku merasa ia tak menerima pernikahan ini, sangat terlihat dari wajahnya yg sama sekali tak menunjukan sebuah senyum . Sepertinya suamiku ini sama sepertiku . Menikah dengan cara di jodohkan . Aku harap walaupun pernikahan ini karena perjodohan, tapi suatu saat nanti akan tumbuh rasa cinta di antara kita .
Aku tersadar saat suamiku menyodorkan tangannya untuk aku cium . Aku memegang tangannya dan aku cium tangannya lama . Terlihat banyak kilatan blitz dari kamera memehuni ruangan ini membuat mataku sedikit sakit . Aku mengangkat kepalaku dan suamiku menarik tengkukku agar ia bisa mencium keningku .
Saat bibirnya menyentuh keningku . Aku merasa ada sesuatu yg aneh hadir dalam tubuhku . Darahku berdesir saat bibir hangatnya itu menempel . Dan tangannya yang memegang leherku membuat jantungku berdebar sangat cepat .
Kemudian ia melepaskan ciumannya dan beralih kembali menatap penghulu . Kami menandatangai beberapa berkas pernikahan dan setelahnya di lanjutkan dengan acara sungkeman pada orang tua .
Aku berjongkok di bawah kaki ibu yg sedang terduduk . Aku menundukan kepalaku di paha ibu . Meminta maaf dan meminta restu darinya . Airmataku tak bisa aku tahan . Aku menangis dan membuat ibuku juga menangis .
Aku memikirkan bagimana jika nanti aku dibawa oleh suamiku?
Aku pasti akan meninggalkan ibu, nanti siapa yg akan menemani ibu . Ibu hanya punya aku dan aku juga hanya punya ibu .Aku terus meminta maaf dan berterimaksih pada ibu karena sudah melahirkan dan merawatku hingga aku besar, ibu mengangkat kepalaku dan aku menatap wajah ibu yg beruraian airmata . Ibu mengusap pipiku dan tersenyum .
"Jangan menangis sayang, ibu yakin kamu pasti bahagia" ucap ibuku dan ia menarik tubuhku untuk ia peluk . Aku memeluk ibu sangat erat dan menangis sesenggukan dibahunya .
"Sudah, jangan menangis . Lihat suamimu juga ingin meminta restu ibu" aku menolehkan kepalaku menatap suamiku . Ia tersenyum kecil membuat aku terpesona melihat senyumnya yang sangat kecil itu .
Aku bergeser ke samping dan membiarkan suamiku meminta restu pada ibu . Aku mendengar banyak sekali yang ibu katakan pada suamiku dan ia hanya menganggukkan kepalanya .
"Tolong jaga arin ya nak, hanya dia yg ibu punya" ucap ibu yg membuat airmataku kembali mengalir deras .
"Iya bu, imran akan jaga arin dengan baik, kalau perlu dengan nyawa imran" ucap suamiku membuatku tersenyum dan ibu langsung menarik suamiku ke dalam pelukannya .
"Makasih ya nak"
******************
Kini aku dan suamiku sedang beristirahat sebentar sebelum nanti malam akan dilangsungkan acara resepsi .Aku duduk di depan meja rias sambil melepaskan semua apapun yg menempel pada rambutku . Sungguh sanggul ini membuat kepalaku sakit dan berdenyut denyut . Aku melepaskan jepit demi jepit yang menempel dirambutku sampai satu jepit menyangkut di rambutku bagian belakang, membuatku kesulitan untuk melepaskanya .
"Awwwhhhsss, sakit" aku mengusap kepalaku yang terasa sangat sakit karena jepitnya sangat kuat menjepit rambutku .
"Kalau perlu bantuan itu bilang, aku bisa bantu kamu" suara mas imran membuatku menghentikan aktivitasku . Dan ia dengan pelan membantuku melepaskan jepit rambut . Tak lama jepit itupun berhasil di lepaskannya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...