Tiga hari sudah Arin menjalani perawatan pasca Operasi, selama tiga hari juga Arin bulak-balik dari Ruang Rawatnya dan Ruang Bayi. Kondisinya sudah dapat dikatakan membaik dan di perbolehkan pulang, namun tidak untuk kedua bayi-nya yang masih harus ada di ruang Inkubator.
Tangis sedih masih terus dirasakannya. Bahkan ia belum dapat menyusui kedua anaknya sampai sekarang . Ia merasa menjadi ibu yang benar-benar gagal, sudah membuat mereka harus lahir sebelum waktu dan sekarang ia belum bisa memberikan ASI pada mereka .
Pelukan hangat dari sang suami membuat Arin mengusap airmatanya dan menoleh menatap sang suami . Setetes airmata kembali menetes dan ia memeluk tubuh Ali dengan erat dan kembali terisak . Ali hanya mengusap punggung Arin tanpa berucap apapun . Menguatkan Arin dengan sentuhan.
"Kita kembali ke kamarmu?" Ucap Ali membuat Arin mengangkat kepalanya .
"Aku ingin menemui dokter, aku akan menanyakan apakah bayi kita sudah boleh keluar dari ruang Inkubator atau belum?" Arin kembali berkata seperti itu, dan dokter masih belum mengijinkan.
Ali hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya . Memberinya semangat agar kesedihannya pudar . Ali menarik Arin pergi dari ruang bayi dan pergi ke tempat dokter .
Sesampainya disana dan bertanya, jawaban yang sangat tidak diinginkan kembali di dapatkan Arin. Kedua bayi-nya masih belum dapat keluar. Namun di sisi lain, tubuh mereka sudah menguat dan mungkin sebentar lagi akan di perbolehkan keluar .
Arin tampak murung saat kembali ke ruang rawatnya. Disana sudah ada Citra dan Yudha yang menunggu, Citra yang melihat Arin memasuki ruangan, bangkit dari duduknya dan merangkul Arin dalam pelukannya .
"Bersabarlah sayang, ini juga demi kebaikan mereka" ucap Citra yang membuat Arin berkaca-kaca.
"Kamu harus istirahat love. jika seperti ini terus, kondisimu bisa melemah" ucap Ali dan menuntun Arin menaiki ranjangnya . Arin hanya diam dan menutup matanya mengusir kesedihan yang ia rasakan .
Citra, dan Yudha hanya saling memandang dengan tatapan nanar, sementara Ali selalu menggenggam erat tangan sang istri.
***************************
Pukul 22:00 malam, Filio menangis dengan kuat, tidak mau menerima susu yang di sodorkan kepadanya. Tangisannya semakin kuat dan membuat Fiona ikut menangis . Suster yang saat itu berjaga kewalahan karena 2F sama sekali tidak mau menyusu . Salah satu dari suster menanggil dokter bayi dan tak lama dokter bayi itu pun datang .Dokter bernama Silvia itu mengecek kondisi 2F dan tidak menemukan keganjilan apapun . Kemudian ia tersenyum menatap dua suster yang sedang berjaga.
"Suster tolong keluarkan bayi-nya" ucap dokter Silvia dengan tersenyum .
"Ada apa dok? Apa terjadi sesuatu?" Tanya salah satu suster membuat dokter Silvia terkekeh pelan .
"Saya rasa mereka merindukan ibunya" ucapan dokter Silvia membuat kedua suster itu berbinar dan menganggukan kepalanya dengan cepat . Perlahan kedua bayi itu keluar dan di tidurkan di ranjang bayi dorong dengan tangisan yang semakin menguat .
"Tangisannya semakin kuat" ucap salah satu suster itu .
"Mereka pasti tidak sabar untuk bertemu ibu mereka" ucap suster satunya membuat mereka tersenyum dan mendorong keluar bayi-bayi itu dari ruangan bayi.
Oooeeeeekkkkkkkkk
Oooeeeeekkkkkkkkkk
Ooooeekkkkkkkkkk
Tangisan bayi membuat Arin membuka matanya . Ia bangkit dari tidurnya dan duduk di ranjangnya, ia melihat ke arah suaminya yang kini sedang terlelap dengan posisi duduk menelungkup .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...