Tujuh bulan kemudian ...
Arin dan Ali sedang berkeliling Mall untuk membeli perlengkapan bayi-bayi mereka . Dengan perut yang sudah membuncit Arin gesit berjalan ke satu toko dan toko lainnya . Mencari barang-barang yang menurutnya sangat cocok plus lucu-lucu .
Sampai mereka di tempat penjualan stroller Arin melihat satu stroller berwarna pink yang memang di desain untuk bayi kembar . Dengan mata berbinar ia menghampiri stroller itu .
"Aahhh, aku mau ini" ucap Arin dengan girang dan menatap Ali .
"Merah muda?" Arin menganggukan kepalanya dengan semangat .
"Tapi kita belum tahu kedua bayi kita itu laki-laki atau perempuan . Jika mereka laki-laki, mereka harus memakai merah muda? Yang benar saja love" ucap Ali membuat Arin jengkel .
"Mereka pasti perempuan" ucap Arin kekeuh .
"Aku tidak yakin" ucap Ali membuat Arin kesal . Ia menatap tajam Ali dan pergi begitu saja meninggalkan Ali .
Ali menghembuskan nafas kasar melihat kepergian Arin lalu ia mengejar Arin yang kini tengah duduk di bangku yang ada di toko itu .
"Heii, haruskah meninggalkan aku?" Ucap Ali yang berjongkok di depan Arin . Arin membuang wajahnya tak ingin menatap Ali .
Ali mengambil tangan Arin dan mengelusnya ."karena kita tidak tahu tentang jenis kelamin bayi-bayi kita dan kamu pun menolak untuk di USG, bagaimana jika kita pilih warna yang netral saja" ucap Ali berusaha membujuk Arin .
"Aku hanya tidak ingin, jika nanti bayi-bayi kita itu laki-laki, tidak harus memakai perlengkapan yang semua berwarna merah muda. Kalau memang itu terjadi, ahh aku tidak tahu harus bagaimana nantinya" ucapan frustasi Ali membuat Arin terkekeh kecil . Benar apa yang di katakan suaminya ini . Jika memang mereka laki-laki, mereka harus memakai warna merah muda? Huhh membayangkannya saja sudah membuat ngeri .
Walaupun ia sangat ingin jika kedua bayinya itu perempuan. Membayangkan betapa lucunya mereka jika memakai pakaian yang lucu-lucu, pasti membuat mereka semakin terlihat menggemaskan .
Salahnya yang memang menolak untuk melihat jenis kelamin kedua bayinya . Niatnya agar menjadi kejutan, Dan kini ia harus pusing untuk memilih barang yang tepat untuk bayi-bayinya itu .
Ia menunduk menatap Ali yang masih terus menatapnya .
"Baiklah, aku juga tidak ingin jika mereka laki-laki harus memakai serba merah muda" ucap Arin membuat Ali tersenyum . Ia membantu Arin untuk bangun dari duduknya dan kembali mencari barang yang kini sudah mereka ketahui ingin berwarna apa .
Brruuukkk!!!!
"Aduhhhh" ringis Arin yang hampir terhuyung kebelakang jika tidak ditahan Ali . Ali menatap orang yang sudah menabrak istrinya itu dan seketika matanya membulat .
"Ali!!!!"
*****************************
Dalam perjalanan pulang hanya ada keheningan dia antara keduanya insan ini . Arin membuang muka menatap jalanan yang ia lihat dari jendela mobilnya sedangkan Ali sesekali menoleh menatap Arin yang tidak mau menatapnya .Bayangkan, ada seorang wanita yang mengenal suaminya dan memeluk tubuhnya dengan seenaknya . Ia sungguh kesal, sebenarnya ada berapa mantan pacar dari suaminya itu, mengapa banyak sekali yang melakukan hal seenaknya sendiri .
Ali berkali-kali melirik Arin yang masih tidak mau menoleh sedikitpun padanya . Ia meraih tangan Arin dan menggengamnya . Mengatakan lewat isyarat seolah 'semuanya akan baik-baik saja' walalu dalam hati Arin merasakan itu tidak akan baik-baik saja .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...