Lampu ruang operasi sudah mati, ali dan yudha bangkit dari duduknya dan menunggu sang dokter yang keluar dari dalam . Mereka sangat khawatir dengan keadaan rino didalam sana . Beribu doa mereka panjatkan dalam hati agar rino dapat selamat .
Tak lama pintu ruang operasi terbuka dan keluarlah sang dokter dengan senyum bahagia .
"Peluru dalam perut pasien sudah kami keluarkan, sangat beruntung karena tidak mengenai organ vital dan sekarang keadaannya sudah lebih baik" jelas sang dokter membuat ali dan yudha menghembuskan nafas lega .
"Boleh kami melihatnya dok?" Tanya yudha tak sabar .
"Pasien akan dipindahkan keruang rawat inap dan bapak bisa melihatnya disana" ucap dokter dan yudha menganggukan kepalanya . Sang dokter itu pun pergi dan meminta pada suster untuk mengurus pemindahan rino .
"Papa!!" Yudha dan ali menoleh saat mendengar teriakan dari depan mereka . Terlihat citra, bila, magenta dan arin berlari menghampiri mereka . Ali yang melihat arin berlari membelalakan matanya, dengan cepat berlari menghampiri arin dan menghentikan aksi arin itu .
"Love, jangan berlari" seakan sadar sesuatu arin memegangi perutnya dan menatap ali .
"Maaf aku lupa, aku sangat khawatir" ucap arin panik dan ali membawanya kedalam pelukannya . Ali melepas pelukannya dan merangkul pinggang arin dan berjalan pelan menghampiri citra, magenta dan bila yang lebih dulu sampai di depan ruang operasi .
"Bagaimana bisa papa, dan apa operasinya berjalan lancar, rino pasti selamat bukan?" ucap citra secara beruntut dengan tangis yang tidak bisa ia tahan .
Yudha menarik citra masuk kedekapannya dan mengelus punggungnya seraya menenangkan . "Semua baik ma, operasi pengangkatan peluru di perut rino berjalan lancar . Kita hanya perlu menunggu rino untuk di pindahkan" jelas yudha . Citra melepaskan pelukannya dan mengusap airmatanya . Ia berjalan ke arah pintu ruang operasi dan menempelkan tangannya di pintu .
"Semua baik, right?" gumam citra dan menyungingkan senyumnya .
Yudha yang melihat bila terisak di rangkulan magenta, mengulurkan tangannya di depan wajah bila membuat bila mendongak . Yudha mengode lewat kepalanya dan dengan cepat bila berhambur ke pelukan yudha dan kembali menangis .
"Sudah, rino baik-baik saja" ucap yudha dan mengelus punggung bila .
"Te..terima ka..kasih om" ucap bila sesenggukan .
Yudha tersenyum, ada rasa lega didalam hatinya . Mungkin ini karena ia telah bisa berdamai dengan hatinya untuk memaafkan dan menerima rino kembali di dalam keluarga . Memang tidak seharusnya suatu keluarga itu terpecah belah . Kini bagai ada udara segar yang membuat rongga dadanya lebih baik dari sebelumnya . Ia akan memulai kembali membangun keluarganya .
*************************
"Baby, bangun. Kamu tidak ingin melihatku? Aku sungguh merindukanmu" bila meletakan tangan rino di pipinya dan mengusap-usapkannya ."Bangunlah baby" ucapnya lagi .
"Makanlah dulu bila, tante temani . Ayo" ucap citra yang datang dan mengusap sayang kepala bila .
"Aku tidak lapar tante, aku akan menunggu rino sadar" ucap bila tanpa mengalihkan pandangannya dari rino .
"Kamu harus makan bila, banyak yang menjaga rino . Ma, ajak bila makan, jangan sampai ia juga ikut sakit" ucap yudha tak terbantahkan . Bila menatap citra dengan tatapan memohon tapi citra hanya menggelengkan kepalanya .
"Aku akan segera mengabarimu jika ka rino sudah sadar" magenta ikut bersuara karena bila yang masih tidak ingin beranjak sedikitpun . Dengan pasrah bila menganggukan kepalanya dan pergi keluar dari ruang rawat rino dengan citra .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...