Malam ini tiga orang laki-laki tampan berbeda usia sedang duduk di sofa dengan terus menekuk wajahnya masing-masing . Tidak ada senyuman sama sekali terpancar di wajah mereka, bahkan tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali .
Hembusan nafas kasar selalu keluar dari mulut mereka sampai akhirnya pria tampan berusia paruh baya membuka suaranya .
"Kenapa papa harus menjadi korban dari perbuatan kamu imran" ucap yudha membuat kedua pria tampan lainnya menoleh .
"Benar, dan aku juga menjadi korbannya" rino menambahkan membuat ali menatap tajam rino
"Ini juga karena salahmu. jika kamu tidak meminum es itu, pasti arin bisa meminumnya" ucap ali kesal .
"Bukankah kakak sendiri yang melarang kak arin meminum es itu, aku hanya membantu untuk menghabiskannya . Sayang kan kalau dibuang" elak rino membuat yudha memijat keningnya .
"Dan sekarang bila ikut marah padaku. Dan ini karena kakak" tambah rino membuat ali terbelelak .
"Heii kamu menyalahkanku!!" Ucap ali meninggikan suaranya .
"Sudahlah, kalian berdua sama saja" ucap yudha dengan kesal dan membaringkan tubuhnya di sofa .
"Jangan berisik, papa ingin tidur" yudha memejamkan matanya membuat ali dan rino saling berpandangan .
Kejam memang jika sudah berurusan dengan ibu hamil, ditambah lagi dengan adanya orang lain yang membelanya . Dengan teganya para perempuan di rumah milik yudha ini mengunci setiap kamar dan hanya menyisahkan satu kamar untuk di huni oleh mereka . Membiarkan para lelaki tampan ini tidur di sofa tanpa ditemani bantal ataupun selimut .
Menyesal rasanya telah berbuat hal yang tidak diinginkan oleh ibu hamil . Beginilah akibatnya, mereka hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan mulai menyadarkan tubuh di sofa panjang masing-masing .
Seorang gadis cantik memasuki rumah dengan ceria, karena ia baru saja menghabiskan waktu bersama dengan sang kekasih, saat melihat papa dan kedua kakaknya itu berbaring di sofa membuat gadis itu memutar tubuhnya menghampiri mereka .
"Kenapa kakak dan papa berada di luar, ini sudah malam kan?" Suara gadis itu membuat ketiga pria itu membuka matanya .
"Kamu sendiri dari mana, ini sudah malam" ucapa rino membuat magenta meringis . Ia hanya menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal .
"Jika kamu seperti ini terus, cepatlah menyuruh Zio datang kerumah untuk melamar. Papa tidak ingin anak perempuan papa keluyuran seperti ini terus" ucap yudha dan kembali memejamkan matanya .
"Papa ihh, aku tidak keluyuran. Hanya pergi bersama zio" ucap magenta tidak terima .
"Sama saja"
Magenta mengerucutkan bibirnya, biasanya tidak masalah dengan dirinya yang memang suka pulang larut, tapi sebelumnya ia telah meminta ijin untuk pergi .
"Papa kenapa kak? Papa ketus sekali" tanya magenta pada kedua kakaknya .
"Kamu tanyakan pada kakakmu itu" ucap rino tidak sopan dan berbaring dengan tangan yang ia lipat menutupi wajahnya .
"Heii kamu tidak sopan!!"
"Aduhhhhh"
Magenta hanya mengendikan bahunya melihat apa yang terjadi dengan kakak juga papanya. Tak ingin bertanya lagi karena takut mendapatkan ucapan ketus, magenta memilih pergi ke kamarnya .
************************
Mata arin tiba-tiba memanas mengingat betapa kejamnya ia saat ini . Bagaimana jika suaminya akan sakit seluruh tubuhnya karena tidur di sofa . Belum lagi dengan papa mertuanya yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi .Pasti mereka akan kesakitan juga kedingingan karena tidak memakai penutup tubuh untuk menghangatkan . Seolah mengerti apa yang dirasakan sang ayah, calon bayi-bayi dalam perut arin seolah memprotes perbuatan bundanya yang menghukum ayahnya dengan seperti itu .
Perut arin menegang sangat kuat menimbulkan rasa nyeri di perut, sakitnya membuat arin tak bisa menahan ringisan juga airmata bersalah bercampur dengan sakit .
"Awwwshhhhh" ringis arin dan memegangi perutnya .
Citra dan bila yang memang tidur bersama dalam satu tempat tidur bersamanya sudah terlelap sangat pulas . Tidak ingin rasanya mengganggu tidur mereka tapi lama-lama nyerinya semakin menjadi .
"Hikss sayang, maafkan bunda ya. Kalian marah karena bunda menghukum ayah seperti ini??" Ucap arin lirih dan mengusap perutnya . Dan seperti menyetujui ucapan sang bunda . Kedua calon bayi-bayi ini semakin menegang membuat arin tak bisa menahan rasa sakitnya .
"Arrrgghhhh!!!!!" Teriakan arin membuat bila dan citra terkejut dan bangun . Mereka melihat arin sedang kesakitan dengan memegangi perutnya .
"Sayang, ada apa? Kamu kenapa?" Citra panik dan memeluk arin dari samping dan ikut mengusap perut arin .
"Perut aku sakit ma" ucap arin lirih dan meremas sprei dengan kuat . Citra menatap bila dan bila menganggukan kepalanya mengerti .
Bila keluar dari kamarnya dan berlari secepat kilat menuju ruang dimana ketiga pria tampan itu berada .
Sementara citra kini sedang menenangkan arin yang meringis dan menangis kesakitan . Ia mengusap airmata juga peluh di dahi arin dengan terus berucap kalimat yang bisa membuat arin merasa lebih baik .
"Calon bayi-bayiku marah padaku ma. Aku sudah membuat ayah mereka kesakitan dan pasti kedingingan . Mereka marah padaku ma" isak arin dan terus mengusap perutnya .
"Sudah sayang jangan banyak bicara dulu . Bila sedang memanggilkan imran dan kita akan kerumah sakit" citra memeluk arin dan ikut mengusap dan sesekali memijat pelan agar rasa sakinya berkurang .
Bila berlari cepat sampai tidak sadar magenta berdiri tak jauh darinya dan mereka akhirnya bertabrakan .
"Aduhhhhh" ringis magenta yang terhuyung ke belakang dan memegangi bahunya yang tertabrak .
"Ohh, magenta maafkan aku. Aku harus memanggil kak ali" ucap bila dengan nada cemas .
"Ada apa kak? Terjadi sesuatu?" Tanya magenta yang ikut panik .
"Kak arin kesakitan . Dan aku harus memanggil kak ali" magenta membulatkan matanya dan tanpa membuat ancang-ancang magenta berteriak membuat bila terkejut .
"KAK ALI!!! KITA HARUS KERUMAH SAKIT SEKARANG!! KAK ARIN KESAKITAN!!!"
****************************
"Hikksss ... maafkan aku love . Aku sudah sangat berbuat tidak baik padamu . Seharusnya aku tidak melakukan itu" ucap arin menangis sesenggukan di pelukan ali ."Dan ... dan sekarang calon bayi-bayi kita marah padaku . Mereka tidak suka jika ayahnya kesakitan juga kedinginan. Mereka juga marah karena tidak bisa tidur bersamamu" arin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher ali .
"Heii, ini bukan salahmu" ucap ali . Ia menurunkan tangannya ke perut arin dan mengusapnya lembut .
"Sayang-sayangnya ayah, kalian tidak boleh marah sama bunda. Ini memang salah ayah, ayah pantas mendapatkan hukumannya" ali mengusap perut arin membuat rasa nyeri di perut arin sedikit mereda .
"Maafkan ayah juga karena tidak bisa mengabulkan mau kalian tadi siang . Kalian tidak boleh membuat bunda kesakitan seperti ini sayang . Ayah yang salah" ali terus mengoceh membuat arin terharu mendengar ucapannya .
Arin melingkarkan tangannya di pinggang ali seraya menikmati elusan yang membuatnya nyaman juga ucapan ali yang membuatnya ingin menangis .
Dalam hati ia sangat bersyukur memiliki ali didalam hidupnya . Tuhan begitu baik padanya setelah ia kehilangan seluruh keluarganya dan tuhan mengirimkan ali untuk bersamanya.
*****************************
Kemarin udah di save, tapi ada kesalahan penyimpanan . Dan akhirnya sebagian kehapus .Akhirnya karena lupa, Jadi berbeda dari sebelumnya .
Maaf kalo ini nggak banget .
Gw juga kesell .Maafkan sayahhhh .
Kiss kiss dari gw .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...