Filio Sahlan Jazli & Fiona Arina Jazli
Lahir 28 Agustus 2017
Pukul 10:15 & 10:17 wib
Berat 3,1 kg
Panjang 47 cmBayi kembar yang kini sedang masuk ke dalam ruang Inkubator di karenakan lahir prematur . Kejadian tadi terpaksa membuat Arin harus mengeluarkan kedua bayi-nya karena mengalami pendarahan yang cukup parah .
Kini kondisi Arin masih belum sadarkan diri pasca Operasi Caesar. Bila meninggalkan Arin untuk melihat kedua bayi yang kini ada di tempat yang seharusnya tidak mereka tempati. Tapi mengingat usia mereka yang belum saatnya terlahir, mengharuskan mereka berada di tempat itu.
Pandangannya menatap nanar kedua bayi yang di tempeli entah apa di tubuh mereka . Airmatanya menetes, ia gagal untuk menjaga calon kakak iparnya . Harusnya kejadian ini tidak terjadi dan ia tidak harus melihat dua bayi mungil terlihat tersiksa dengan alat-alat yang ada di tubuh mereka .
"Hikss... maafkan aku baby's" isak Bila yang menyentuh kaca yang menghalangi diantara mereka .
Tubuhnya bergetar dan isakan tak bisa ia tahan . Ia menangis sesenggukan sampai tepukan di bahu membuatnya terkejut .
"Baby??" Suara yang sangat Bila kenali. Ia menoleh dan berhambur ke pelukan sang kekasih . Ia memang telah mengabari seluruh keluarga yang kini sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit .
Rino sampai lebih dulu, ia sempat ke kamar kakak iparnya. Melihatnya sebentar dan mencari keberadaan sang kekasih yang ia temui sedang menangis di depan ruang bayi tepat di depan dua bayi yang ada di dalam ruang Inkubator .
"Tenanglah baby" ucap Rino dengan mengusap pungung Bila yang terus bergetar .
"Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga kak Arin dengan baik" isak Bila menenggelamkan wajahnya di dada Rino.
"Sudahlah, kamu bisa ceritakan nanti jika yang lain sudah sampai. Sebaiknya kita kembali ke ruangan kak Arin . Kasihan kakak sendirian" ucap Rino dengan terus mengusap punggung Bila dan menunduk menatap Bila . Bila menganggukan kepalanya dan mereka beranjak ke kamar Arin .
****************************
"Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa bisa seperti ini??" Tanya Ali dengan kepanikan yang luar biasa .Mendapatkan kabar yang tidak enak mengenai sang istri membuat Ali tak fikir dua kali untuk meninggalkan rapat penting . Dengan rasa takut yang ia rasakan, ia tidak memperdulikan kecepatan kendaraan yang ia kendarai, klakson protesan yang ia dapatkan, bahkan menekan klakson berkali-kali saat lampu hijau berganti namun kendaraan di depannya terlalu lama .
Kini Ali sampai di kamar Arin dan melihat Arin tidak sadarkan diri, kakinya melemas dengan jantung yang terus berdetak dengan cepat . Memanggil berkali-kali nama Arin agar ia dapat membuka matanya namun nihil .
Dan sekarang, ia sedang menunggu penjelasan dari Bila yang memang menemani Arin saat berbelanja tadi .
"Maafkan aku kak Ali, aku tidak bisa menjaga kak Arin dengan baik" ucap Bila dengan menundukan kepalanya .
"Aku maafkan. Dan kejadian ini? Mengapa bisa seperti ini?" Tanya Ali tidak sabar . Bila mengangkat kepalanya menatap Ali .
"Saat kami berbelanja, aku dan kak Arin bertemu dengan dua orang perempuan. Mereka terlihat sangat tidak suka dengan kak Arin. Bahkan mereka sempat mendorongku juga kak Arin. Dan saat aku dan kak Arin akan meninggalkan mereka, salah satu dari mereka menjegal kaki kak Arin dan membuat kak Arin terjatuh. Jika tidak salah salah satu dari mereka bernama Si-rana. Ahh ya kurasa memang itu namanya" jelas Bila membuat Ali menegang . Raut wajahnya berubah datar dan dingin . Matanya memancarkan kemarahan.
"Apa!!! Sirana???" Pekik Magenta dan bangkit dari duduknya . "Wanita itu memang kurang ajar!! Aku akan memberikan perhitungan padanya" Magenta beranjak ingin meninggalkan ruangan Arin tapi suara Ali menahannya .
"Tidak perlu Magenta, biar itu nanti menjadi urusan kakak. Yang terpenting kita harus memastikan Arin baik-baik saja terlebih dahulu" cegah Ali membuat Magenta mendengus kesal dan kembali duduk .
Ali menghampiri ranjang Arin yang mengusap wajah Arin yang sampai saat ini masih belum membuka matanya . Ia mengecup kening Arin lama dan kembali menatapnya . Ia akan memastikan Sirana akan mendapat akibat dari apa yang telah ia lakukan .
"Aku akan melihat bayi-bayiku. Aku titip Arin sebentar" ucap Ali yang mendapat anggukan dari Bila dan Rino .
"Aku ikut kak" ucap Magenta yang ikut bangkit dari duduknya dan Ali hanya mengangguk sebagai balasan.
*****************************
Ali menatap nanar kedua bayi yang kini sedang di susui oleh dua orang suster menggunakan botol susu. Ali meringis melihat tubuh kedua bayi-nya yang bergerak tidak nyaman dalam ruang Inkubator yang kecil . Tanpa di perintah airmatanya turun membasahi pipinya . Ia mengusap airmatanya dan menoleh menatap Magenta yang terisak di sampingnya . Isakannya membuat Ali tersadar dan dengan cepat menarik tubuh Magenta ke dalam pelukannya ."Ka..kak hikkss ak..akan ku pas..tikan hikss Si..rana da..pat ak..kibatnya. dia su..sudah bu..at ke..dua ke..ponakan..ku ter..siksa.. se..perti i..ini hikss" isak Magenta membuat Ali mengepalkan tangannya mengingat siapa yang sudah membuat Arin dan kedua bayi-nya seperti ini.
Sementara di ruangan Arin, tak lama setelah kepergian Ali dan Magenta, Arin membuka matanya dan langsung histeris saat memegang perutnya yang sudah rata . Ia menangis sesenggukan saat Bila menjelaskan jika bayi-bayi miliknya terpaksa harus di keluarkan karena mengalami pendarahan yang hebat .
Arin menangis di pelukan bila yang membuat Bila menjadi merasa bersalah. Karena jika ia tidak lalai, tidak mungkin Arin mengalami kejadian ini .
"Maafkan aku kak" ucap Bila yang ikut terisak . Arin mengangkat kepalanya dari pelukan Bila dan menatapnya .
"Aku ingin bertemu dengan bayiku Bila, bawa aku kesana" ucap Arin membuat Bila menggelengkan kepalanya .
"Kakak baru saja siuman, lebih baik kakak istirahat dulu" Ucapan Rino membuat Arin menoleh .
"Tidak Rino, bawa aku pada bayiku. Aku ingin melihatnya" ucap Arin memohon dengan airmata yang beruraian . Rino hanya menghembuskan nafas pelan .
"Kakak sudah kuat??" Tanya Rino dan Arin mengangguk dengan cepat . Rino keluar dari kamar Arin dan kembali dengan sebuah kursi roda . Membantu Arin berpindah dan mereka beranjak meninggalkan kamar .
*****************************
"Hikss hikssss" isakan lain membuat Ali dan Magenta melepaskan pelukannya . Ali terkejut melihat Arin ada di belakangnya dan ia menghampiri Arin dan berjongkok di depannya ."Love, kamu sudah sadar? Kamu harusnya istirahat. Kenapa kesini?" Tanya Ali yang memegang tangan Arin, tapi tatapan Arin hanya terpaku pada dua bayi di ruang Inkubator.
Arin melepas tangan Ali yang memegangnya, dan ia mendorong sendiri roda kursi roda mendekati kaca besar yang menghalangi antara dirinya dan kedua bayinya .
"Hikkss... maafkan bunda sayang" isak Arin dan memegang kaca besar itu .
Ali yang melihat itu menghampiri Arin dan kembali berjongkok dan merangkulnya dari samping .
"Maafkan bunda sayang, maaf" Arin terus mengucapkan maaf berkali-kali .
"Tenang love, ini bukan salahmu" ucapan Ali ditelinganya membuat Arin tersadar dan menoleh. Ia berhambur memeluk leher Ali dan terisak .
"Maafkan aku love" isak Arin. Ali mengusap punggung Arin seraya menenangkan .
"Tenangkan dirimu love" ucap Ali pelan yang membuat Arin semakin terisak dan mengeratkan pelukannya di leher Ali .
*****************************
Awasss typo bertebaran😆😆😆😆😆Tunggu kelanjutannya yaaaa ...
Kiss kisa dari gw .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...