Ini sebagai tanda maaf gw sama kalian . Part ini di perpanjang .
Enjoyy yaaa .
***********
Tangan Arin dingin dan berkeringat saat ia harus bertemu lagi dengan seseorang yang menyebabkan dirinya mengalami hal tidak menyenangkan . Tangan Ali yang memang sejak tadi memegangnya, mengeratkan genggamannya membuat Arin mendongak .
Senyuman manis yang diberikan suaminya kepadanya membuatnya sedikit lebih baik dan ia kembali menatap seseorang di depannya . Tatapan yang diberikan oleh orang itu membuatnya sedikit takut . Bukan takut dengan dirinya, tapi takut jika ia akan melakukan hal buruk kepada keluarganya lagi.
Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, bahkan suara hembusan hafas juga tidak terdengar sama sekali . Benar-benar situasi yang sangat menengangkan . Tetapi sepertinya tidak untuk seorang wanita di depannya ini . Dia terlihat sangat tenang dengan sesekali menyesap minumannya . Pandangannya pun berkali-kali melihat pada ponsel yang di pegangnya dan tertawa kecil seolah ada yang lucu dari ponselnya itu .
Ali sangat muak melihat sikap santai Sirana . Ucapannya kemarin seolah dianggap angin lalu . Senyum sinis terpancar di wajahnya dan berdehem membuat semua pandangan mengarah kepadanya .
"Katakanlah sekarang, kamu membuang waktuku" ucap Ali sinis membuat Sirana tersenyum miring .
"Bicaralah pada pengacaraku, karena aku tidak akan mengucapkan apapun" ucap Sirana membuat Ali mengeraskan rahangnya . Arin yang melihat perubahan ekspresi suaminya mengangkat tangannya dan mengelus lengan Ali membuat Ali menoleh .
Ali ikut meletakan tangannya kirinya di atas tangan Arin yang memegang lengannya dan tersenyum manis . Sirana yang melihat itu sangat muak hingga ia ingin muntah . Ia merapihkan tasnya dan bangkit dari duduknya . Ali dan Arin menoleh menatap Sirana yang berdiri seolah akan pergi dari sana .
"Aku pergi, ada urusan yang lebih penting daripada ini" ucap Sirana dan beranjak dari sana .
"Dan membiarkan aku mengirim video ini pada polisi??" Ucapan Ali membuat Sirana menghentikan langkahnya . Ia berbalik dan tersenyum sinis .
"Lakukanlah . Tapi sepertinya kamu tidak akan bisa melakukannya" ucap Sirana dan pergi membuat Ali mengrenyitkan alisnya . Tapi tak lama ia tersadar dan mengeluarkan ponselnya .
"Shitt!!" Umpat Ali membuat Arin terkejut dan pergi meninggalkan Arin dengan pengacara Sirana .
Arin semakin terkejut saat melihat Ali pergi dan saat ia hendak bangkit, suara dari pengacara Sirana menghentikannya .
"Maaf sebaiknya kita bicara"
*****************************
Ali mengumpat kesal dan terus berlari mengejar Sirana yang entah kenapa cepat sekali menghilang . Melihat kanan dan kiri melihat banyaknya orang berlalu lalang . Sampai matanya melihat Sirana ada di depan sana . Dengan mempercepat langkahnya, akhirnya ia dapat meraih tangan Sirana membuat Sirana terkejut dan langsung menepis tangan Ali ."Heii!" ucap Sirana yang hendak memarahi orang yang sudah lancang memegang tangannya namun berhenti ketika melihat itu Ali . Ia tersenyum sinis .
"Aku tahu ini juga perbuatan kamu" ucap Ali membuat Sirana semakin melebarkan senyumnya .
"Apa maksudmu, aku tidak melakukan apapun" ucap Sirana berpura-pura tidak mengerti .
"Berhenti berpura-pura tidak tahu . Aku akan pastikan kamu akan menyesal" ucap Ali membuat Sirana mengangkat sebelah alisnya .
"Maaf, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu" ucap Sirana dengan memasang wajah tak berdosanya membuat Ali muak .
Ali berdecih dan pergi meninggalkan Sirana yang kini memasang sisi devilnya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Arin & Ali
FanfictionRasa sayangku pada ibuku membuatku tak bisa menolak apapun permintaannya . karena hanya dia yang ku punya . permintaannya sederhanya yaitu menikah . tapi aku harus menikah dengan siapa? aku terlalu sibuk untuk membuat kantor peninggalan almarhum ay...