“Bung, gw tau lho siapa nama anak baru itu,” Viona menyenggol pundak bunga yang sedang makan di mejaku.
“Gw juga tau yeee,” alis viona mengernyit, heran, tau darimana dia.“Lha lo tau dari mana?”
“Namanya Aaron Putra Bagaskara, absen 3 kelas XI-3” secara detail Bunga memberikan informasi yang Viona maksud
“PANTES AJA JIR, LO SEKELAS SAMA ITU BOCAH!”
“Oiyah gw lupa kasih tau ke lo kalo dia sekelas sama bunga” jawabku sambil mulai memainkan jemariku di senar gitar.
“Lha jadi lo udah tau dies,” giliran Bunga yang heran.
“Tau lah orang gw tadi lewat kelas lo, udah gitu gw dikasih tau Bu Tuti”
“Heuu, pantes.” Tak terasa bel pun berbunyi lagi, kami harus berpisah dan kembali mengikuti pelajaran.
“Hebat amat si bunga, baru juga kemarin ketemu doi, taunya sekarang sekelas.” tanpa sadar, entah mengapa tiba-tiba aku melontarkan ucapan tersebut. Dan ternyata viona mendengar ocehanku.
“Hoki dia mah!”
”Yehh lo denger” jawabku malu.
“Aws, lo ngomogin ntar jadi kepikiran si Aaron malah suka nanti.”
“Ga lah gila lo ye, masih kecil belum cukup umur.”
“Halah alay lo,” obrolan serius kami tadi, pecah karena Viona yang agak sulit dibawa serius. Anak humoris macam Viona mana bisa diajak serius. Jadi ya kalo serius sama dia tuh susah, pasti bisa pecah sama kata-kata dia.
“Ngapa dah ni pada, belajar woy, ngobrol mulu lo bebek.” Carra mulai ikut-ikutan menyahut.
“Yehh nyamber aja lo udah kaya bajaj” Viona menanggapi sembari matanya terfokus pada papan tulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHE
Teen FictionAku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu, dimana kau bunuh kenangan kita dulu. Dan sungguh, aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi. Hidup kembali, sep...