18 [Candies]

31 4 0
                                    

“Ron, thankyou. Gw gatau apa jadinya kalo misalkan tadi gw ga ketemu lo.”

“Sama-sama, gw juga mau makasih sama lo. Lo udah mau dengerin cerita gw.”

“Lo semangat ya, gw yakin lo dapet yang lebih dari Elisa itu ”

“Lo juga dies, inget bahu gw selalu tersedia kalo lo lagi sedih,” perkataan Aaron ini, hanya perasaan ku saja atau bagaiman ya. Aku merasa nyaman dekat dengannya, ah tapi ga mungkin sih, baru juga kenal.

“Dies bengong mulu,” Aaron menyadarkanku.

“Eh apa dah ngga,” aku terseyum malu.

Langit sudah mulai gelap. Lampu-lampu rumah penduduk sudah mulai menyala. Betul apa kata Aaron, Bandung terlihat sangat indah dari atas sini apalagi jika malam hari tiba. Rasanya tidak mau pulang, rasanya masih betah disini karena disini aku merasakan kenyamanan.

“Kalo lagi gini tuh biasanya ditemenin petikkan gitar asik banget ” kataku reflek.

“Tenang, gw bawa ukulele.”

“Hah? Ukulele, emang lo bisa mainnya?” jawabku seakan merendahkannya, ahahah hanya bercanda.

“Bisa lah, makannya gw bawa juga,“ jawabnya dengan PD sambil mengeluarkan ukulele dari dalam tasnya

“Mainin lagu SO7 yu, udah gitu pulang, gw khawatir bunda nyariin. Baterai gw low soalnya jadi ga bisa ngehubungin.” ajakku.

“OK deh.”

Dan kau bisikkan kata cinta
Kau telah percikkan, rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat, rasa hina

sepenggal lirik lagu diatas. adalah lagu yg kami nyanyikkan saat itu. rasanya begitu nyaman dan tenang

---

Langit malam, udara yang dingin, ditemani pancaran lampu lampu kota bandung dan teman baruku yang membuatku terasa nyaman. Sambil menyanyikkan lagu kesukaann kami. Rasanya begitu damai dan tenang .

“Ron pulang yuk,” ajakku. Aaron mengangguk.

Kami langsung menuruni anak tangga. Itu ya yang  jumlahnya lumayan banyak. Tentu saja, itu kan dibukit.

“Ah jir gelap. Masih banyak pula, pulang-pulang betis gw segede tales bogor,” ditengah tengah perjalanan, ada jalan yang tidak diterangi oleh lampu yang jaraknya sekitar 50 meter. Aku benci gelap.

“Ahh penakut lo. Cemen.”

“Bukan penakut tapi gasuka gelap aja.”

“Alesan doang itu  mah.”

“Ngeselin banget sih lo.”

“Iya becanda dies, naek cepet,” Aaron membungkukkan badannya dan menawariku untuk naik ke atas punggunya.

“Ngapain?”

“Naek aja cepet, katanya gasuka gelap. Cape juga.” Aku mengiyakan saja, karena aku tidak mau kenapa-kenapa juga.

Aku menaikan badanku di atas punggung gagah Aaron. Aaron mulai berdiri dan mengangkat diriku.

“Lo berat banget anjir.” ejek aaron

“Seenak jidat lo, kurus gini.”

“Iya becanda gw, makannya lo makan banyakin dong ah,biar ada kekuatan. masa nurunin anak tangga aja cape huuuu cemen ” kata Aaron

“Gw makan banyak tapi ya gitu, ga bisa gendut.”
“ga iklas kalo gw digendong lo? ”

“Aneh ya lo, cacingan kayaknya”
“yaelah salah ngomong gw, becanda banget. lagian lo ga bisa diajak becanda banget si ,idup ini gausah di bawa serius bro, selow aja ”

BREATHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang