[BUNGA]
Iya. Gw, gw yang sengaja menolak ajakan Candies untuk nebeng sama gw. Karena Aaron sudah duluan bercerita. Bahwa ia tadi mengikuti Candies pergi dan gw tau, kalo tadi mereka ke puncak bintang. Gw tau semunya karena Aaron.
Rasanya seneng ya lihat sahabat kita sendiri bahagia dan pastinya Candies beruntung, saat dia sedang sedih, terpuruk, ada Aaron disisinya. Aaron yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan Candies. Bukan cuma Candies, tapi gw. Gw yang merasakan Aaron itu spesial, ternyata suka pada sahabat gw sendiri. Gw gamau nyakitin perasaan Candies, gw juga gamau munafik sama dia. Gw harus mengubur semua perasaan ini dalam dalam ke Aaron. Dan gw harus perjuangin Alex supaya Alex bisa balik lagi sama gw.
***
[CANDIES]Matahari kembali terbit. Aku terburu-buru mandi dan sarapan. Aku mengabari Aaron aku sudah siap.
‘TIN TIN TIN’
Baru saja mengabari, sudah ada aja suara klakson motornya. Langsung saja aku berpamitan pada seluruh isi rumah. Aku keluar rumah, lalu membuka gerbang. Aaron sudah menungguku di depan rumah. Sebelumnya aku menatap rumah Bunga. Memastikan bahwa dia sudah pergi atau belum. Sepertinya sudah pergi, mobil mamanya sudah tidak ada. Rumahnya juga sudah digembok.
“Pagi manis,” sapa Aaron sok manis. Ia menyodorkan helm padaku.
“Idih najis lo.”
“Disapa baek baek malah gitu.”
“Bodo amat sih. Buruan ah lama lo banyak bacot” Aku mengambil helm yang disodorkannya, kupasang helm di kepalaku.
Aaron langsung menyalakkan motornya, kamipun langsung berangkat bersama ke sekolah.
“Betis lo sekarang ga segede tales bogor kan?” tanya aaron sambil bercanda.
“Ya ga lah,” jawabku ketus.
“Untung kan kemarin lo gw gendong, coba kalo ga kacau udah.”
“Serah ah Hayati lelah,” jawabku
“Alay anjirr,” kata Aaron
“BODO!Alay itu proses menju pendewaasaan.”
“Anjirrr, boleh lah,” jawab Aaron sambil mengangguk-angguk.
Melewati jalanan yang panjang bersama Aaron dan motornya, akhirnya kami sampai dengan selamat di tujuan.
“Thx ya ron, sorry gw buru–buru. Gw cabut bhay,” kubalikan badan dan baru saja mau melangkah keluar dari parkiran motor. Aaron menarik lenganku membuat tubuhku kembali berbalik.
“Tunggu dies, have a nice day,” aku melepaskan pegangan tangannya perlahan.
“U too ” aku tersenyum padanya dan mencoba meninngalkannya diparkiran.
Aku berjalan menujun kelasku. Ntah kenapa rasanya sumringah. Ya maksudnya ceria gitu, ada yang beda. Apa mungkin ini yang namanya cinta. Masasih? Mengenal orang itu butuh waktu yang lama bukan? Ahh sudahlah jangan terlalu dipikirkan.
Sampai dikelas, aku langsung menaruh tas dan mengobrol dengan ketiga temanku yang menunggu kedatanganku dikelas. Sebelumnya aku meminta kunci mobilku yang dibawa Viona dan Carra kemarin lalu aku bercerita bahwa kemaarin aku pergi ke makam Danu, lalu tiba-tiba Aaron ada disana. Dia mengajakku pergi untuk menenangkan diri. Ke puncak bintang.
“Anjir seru abisss,” kata Bunga
“Bentar lagi sahabat gw udh ga jomblo nih.”
“Apaa dahh, cuma kebetulan gitu sih”
“WAHHHHHH.” Carra melongo
“Tutup mulut lo, ada lalet ntar,” tanganku menepuk mulut Carra yang membentuk huruf O.
“Keren njirrr,” kata Viona.
“Keren apa lo alay,”
“Dies, gimana kalo dia ternyata orang yang bisa buka hati lo?” tanya Bunga
“Hmm gimana ya, ga yakin dia si orangnya,” tuturku masih berpikir.
“Amaza?” Bunga kembali menggodaku.
“Serius dah gw,”
‘TENG TENG TENG’
Bel pun berbunyi, tanda pelajaran akan dimulai. kami ber4 berpencar. duduk di bangku masing-masing dan bunga kembali ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHE
Teen FictionAku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu, dimana kau bunuh kenangan kita dulu. Dan sungguh, aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi. Hidup kembali, sep...