26

35 3 0
                                    

Lama hari berganti, sekarang sudah hari sabtu. Sengaja aku bangun lebih pagi, pukul 4 subuh aku sudah bersiap mandi, dandan, nyatok dan sebagaiya. Aku berpaku di depan lemari lama. Ini atau itu. Gaun ini oke, tapi yang ini lebih baru. Ahh, pusing! Aku tidak pandai berdandan, aku juga tidak mengikuti fashion.
Tapi, ya sedikit sedikit bisa sih, ga buta banget soal dandan.

Setelah 3 jam aku melakukan banyak hal, dan jam juga sudah menunjuk tepat di angka 7. Aku akhirnya berpamitan dengan busana gaun selutut dan dandanan natural ditambah higheels yang sepadan.

Kakiku berhenti ketika menatap Aaron di halaman depan. Ia masih asik dengan handphone di tangannya dan tidak menyadari kedatanganku. Busana casual ia perlihatkan. Tak pernah kulihat Aaron memakai jas hitam putih, kenapa sekarang ia kelihatan ganteng? Ampun ron cakep amat dah.

“Ron,” ku colek punggung aaron. Ia menengok ke arah ku dengan pandangan bengong. Ada apa ini orang, kok ngeliatinnya gitu? Apa dandanan aku jelek atau bagaimana?
“Ron? Woy!”  Aku melambaikan tanganku di depan mukanya.

“Lo cantik banget sumpah!” jawab Aaron masih dengan mulut ternganga.

“Hah apa?” tanyaku memastikan

“Lo cantik,” katanya sekali lagi.

“Thx,” aku tersenyum malu, “Lo juga”

“Gw? Cantik?” ia menaikan alisnya.

“Iya lo cantik, “ balasku bercanda.

“Ih serius,” Aaron setengah memelas.

“Lo keren,” jawabku jujur

“Makasih ya, Dies,” ia menyunggingkan senyum dan tangannya membukakan gagang mobil.

------

Suasana dirumah Aaron sangat ramai. Karena faktor tidak mengenal siapapun, aku jadi diam dan bingung sendiri. Aku malu, disana aku hanya mengenal orangtua, adik juga kakaknya Aaron.

“Halo kak Candies,” anak perempuan yang hanya setinggi kakiku ini menyapa manis. Adik perempuan Aaron yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Kelas 1 SD membuatku tersenyum.

“Hai Rosa,” aku menundukan badan untuk mencapai pipi rosa, kucubit ia perlahan. Disamping Rossa nampak kedua orangtua Aaron yang berpakaian sangat anggun.

“Halo Candies, apakabar? Makin cantik aja kamu,” Mama Aaron menyapaku, langsung saja ku sodorkan tanganku untuk bersalaman, menempelkan tanganya ke jidatku. Begitu juga dengan Papanya Aaron.

“Baik tante, tante om gimana?” biasa, pertanyaan basa basi. Jujur awkward banget sih ahaha.

“Baik juga kok, tante kesana dulu ya. Ron, Candiesnya di temenenin ya.” ucap mamanya Aaron. Aaron membalas senyum kearahku.

Tak lama kemudian kami segera pergi menuju rumah Elisa. Aku, Rossa dan Aaron ada di satu mobil. Mobilnya Aaron.Walaupun Elisa orang solo, tapi dia akan berkuliah di Bandung. Jadi otomatis, sekarang dia ada disini.

Ketika kami sampai, kami bertiga langsung menuju tempat duduk yang disediakan. Mataku melirik ke semua sudut tempat itu. Namun entah mengapa aku jadi diam. Lama aku termenung, akhirnya air mataku menetes perlahan.

***
[AARON]

Hari ini Candies beda dari biasanya. Dia keliatan aggun dan super cantik. Gasalah gw naksir dia sih, ahaha. Tapi disaat gw lagi asik mangku adek gw dan merhatiin kakak gw bareng Elisa, gw beralih saat liat Candies tiba-tiba nangis.

“Dies lo kenpa?” gw bertanya was-was.

“Kakak kenapa?” tanya Rossa dengan polos. Otomatis gw langsung nyuruh Rossa duduk di tempatnya sendiri. Aduh ini bocah pake kepo segala

“Gapappa kok, cuma kelilipan,” jawabnya gak masuk akal, orang di dalem ruangan kok kelilipan.

“Jangan boong dies,” sambil ngelihat kedalam matanya.

“Ron nanti kalo pulang, langsung pulang ya. Gw ga bisa lama-lama sorry.” Jawabnyagw mengiyakkan.  

“Ok dies, tapi serius lo gapapa kan?” gw makin was-was.

“Iya ron,” sambil mengusap air mata yang terus mengalir.

Acara berjalan dengan lancar. Gw seneng liat kakak gw dan elisa bahagia. Elisa udah bahagia dengan cowo pilihannya. Semoga mereka langgeng terus dan Candies, dia diem aja dari tadi. Gw makin penasaran sama dia. Sebenernya ada apa?

“Dies?”Candies menengok sambil tersenyum
“Keluar yuk,” ajak gw, tanpa jawaban Candies gw langsung menggandeng Candies keluar.

Ketika sampai di luar ruangan, Candies meluk erat gw. Sambil nangis tepat di dada gw. Tempatnya agak sepi, karena kebayakan orang-orang lagi pada di dalem. Gw makin bingung, kenapa sih sebenernya.

“Dies lo kenapa? Bener kan lo nangis”

“Ron” sambil terus menangis ia
melanjutkan perkataanya, “Ron, lo kenal Adam?”

“Adam siapa?” tanya gw heran sambil mencoba mnghapus air mata nya.

“Adam yang tinggi, tadi dia sama cewe gitu duduk diujung.” ucap Candies.

“Satria Adam maksud lo?” Candies mengangguk dan air matanya kembali terjatuh.“Dia sepupu gw,”

“Dia mantan gw yang ninggalin gw tiba-tiba dan nyelingkuhin gw,” gw ga bisa mikir. Gila, sepupu gw setega itu sama candies!!

“Udah Dies, jangan nangis lagi. Itu kan masa lalu lo doang. Lo juga sering bilang gitu kan ke gw. Coba dies sini tatap mata gw. Disini tuh, yang tersakiti ga cuma lo doang kok. Gw pun sama kaya lo. Kita sama-sama pernah diselingkuhin pas lagi sayang-sayangnya. Dan sekarang kita berhak mendapatkan kebahagiaan kita masing-masing,” gw kembali mengusap air mata candies dan meletakkan kepalanya di dada gw

‘Gila dies, gw nyaman banget sama lo. Gw gamau ngelepas lo dan gw gamau jauh dari lo rasanya.’

“Ron, bisa ga lo anter gw pulang sekarang?” tanya Candies, ya mungkin dia mau sendiri dulu.

“Bisa dies, hayuk,” gw kembali menggandeng tangannya. Sebelum itu gw cari minum buat dia, gw usap lagi air matanya yang berjatuhan
“Udah ah jangan nangis terus, nanti cantik lo luntur.”

“Iya udah, sorry ya gara-gara gw lo jadi ga bisa fokus sama acara.” ucap Candies merasa bersalah.

“Yampun ga lah dies, gw seneng malah lo bisa dateng dan nemenin gw. Ada lo disini gw jadi ga begitu sedih ngeliat kakak gw dan Elisa. Gw malah belajar arti kebahagiaan itu dari lo. Makannya lo jangan sedih lagi ya. Maafin sepupu gw juga.” Jawab gw
Candies tersenyum tipis.

Kami kembali masuk ke dalam ruangan dan memberi selamat pada kakak. Aku langsung berpamitan pada mama dan papa.

BREATHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang