Menempuh perjalanan panjang, kini berhenti dipekarangan rumah seorang gadis. Si pengantar disuruhnya menunggu di ruang tamu dahulu.
“Bun ada aaron,” sahutku ketika kaki menginjak dapur.
“Suruh masuk dies, sekalian ajak makan. Kamu kan belum makan,” suruh bunda
“Ada di ruang tamu Bun.”
Kami berdua langsung menuju ruang tamu. Terlihat Aaron menunggu sambil melihat foto-foto yang terpajang di dinding ruang tamu.
“Ehh Aaron, gimana tadi basketnya,” Bunda yang mulai membuka mulut membuat Aaron duduk tegap seketika.
“Berhasil lolos ke babak selanjutnya tante.”
“Ahh syukurlahh, ayo makan dulu sini,” ajak bunda
“Dies itu Aaronnya diambil dong nasinya.”Mukaku berpaling pada Aaron. Lelaki itu tersenyum. Senyumnya amat manis. Untuk pertama kalinya senyumnya terasa begitu manis. Daripada aku terbawa suasana, ku balas saja dengan ejekkan.
“Apa lo liat-liat.”
“Lo duluan yang liatin gw.” balas Aaron nyolot
“gw ngeliat lo karena gw punya mata. jadi jangan gr deh lo.” “ambil sendiri deh mending”
“Eh eh iya iya, lo aja. Biar romantis.”
menolak, otomatis lidahku terjulur untuknya. Dibalasnya dengan juluran lidah juga.Bunda melihat dari kejauhan. Ada sinar gembira dimatanya. Kami bertiga makan sembari mengobrol singkat. Basa basi ringan, obrolan sana sini, yang sebenarnya tidak amat penting.
“Aaron, tambah ya nanti.”
“Iya makasih tante, udah kenyang ini”
“Pencitraan ron ah. Biasa makan sebakul juga,” ledeku
“Seenaknya, beneran kenyang tau .”
“Ehh Candiess ga boleh gitu ah.Bunda ikut komentar. Kembali mukaku menatap Aaron.
Acara makan selesai, Aaron menunggu sebentar makannya turun dan langsung berpamitan.
“Tante, dies, makasih ya udah ngajak makan bareng. Masakannya enak, maaf tadi ngerepotin.” Aaron melangkah keluar dari pintu rumahku, dituntun aku dan bunda
“Iya sama-sama. Sering-sering main ke sini ya.” jawab bunda. Aduh bunda kenapa harus bilang sering-sering sih.Aaron tersenyum ke arah bunda. Lalu langsung berpaling menatapku. Seakan tatapannya penuh makna.
“Lho motornnya kok ga ada, kemana?” Bunda heran melihat tidak ada tanda-tanda kendaraan roda dua miliknya itu.
“Di rumah tante, tadi saya basket naik mobil sekolah. Saya bisa jalan kok,”
“naik motor candies aja. Kasian lumayan lho kedepan komplek tuh.”
“Eh eh tante gausah, udah malem juga. Saya bisa jalan aja eheh. Makasih tante sebelumnya.”
Aku hanya bingung mau menjawab apa. Setelah Aaron menolak, ia langsung berjalan. Setapak demi setapak, dan yang dapat kulihat hanyalah punggung besarnya. Lama kelamaan menghilang, setelah punggungnya sudah tidak nampak aku langsung masuk ke dalam. Mandi dan tidur adalah jadwal kegiatanku selanjutnya.
Hari ini kenapa sih? Aaron jadi berubah karismanya atau aku yang error? atau jangan jangan. aku... aduh aduh ga ga ga.
****
serius aku butuh banget saran dan kritkkan tentang cerita yg ku buat😭
biar memotivasi kedepannya.makasi buat semua yg lg baca crta ku.semoga suka ya. ini masih panjng kok hahahah 😅❤❤ semoga sukaa
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHE
Teen FictionAku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu, dimana kau bunuh kenangan kita dulu. Dan sungguh, aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi. Hidup kembali, sep...