Mission 19 - Urgent

13.6K 1.3K 14
                                    

Mia tidak memiliki senjata yang tersisa lagi, pisau kecilnya pun sudah hilang entah kemana saat ia berlari menghindari ledakan-ledakan granat sebelumnya.

Pria itu menebaskan katananya ke leher Mia dengan cepat dan berkali-kali.

Mia menghindarinya, tapi karena tenaga Mia yang sudah hampir habis dan juga gerakan pria itu lebih cepat darinya, leher Mia terkena sabetan katana nya itu, darah mengalir di lehernya. Mia memegang lehernya dan meringis kesakitan.

Mia mengeluarkan teknik bela dirinya. Gerakannya tidak mudah dibaca, dan juga bisa mengimbangi gerakan musuhnya.

"Arghh!!" Teriak Mia. Dari lengan kanannya mengalir darah segar, ia tertebas katana itu lagi.

"Mia!!!" Teriak Nita dari atas yang melihat Mia jatuh terduduk sambil memegangi lengan kanannya.

Kevin yang melihat Mia terluka tersulut emosi dan langsung bergerak cepat untuk membunuh semua lawannya dan bermaksud untuk menolong adiknya itu.

"Cuma segini kemampuanmu? Aku sangat kecewa, ternyata kau lemah seperti ayahmu!" Ejeknya dengan tersenyum meremehkan.

Mia yang mendengar ayahnya disebut langsung terlihat pucat, matanya penuh kemarahan juga dendam.

"Apa maksudmu?!" Tanya Mia geram ke arahnya.

"Apa kau yang..."

"Benar! Aku yang membunuhnya! Dia memang sangat bodoh dan lemah! Dia memang pantas untuk mati!" Jawab pria itu tersenyum bangga.

"Kau!!!!" Mia berdiri kembali. Tiba-tiba semua kekuatannya kembali begitu saja, dan semua rasa sakitnya pun sudah tertelan oleh kemarahan.

Ia mengambil katana dari tangan pria itu dan langsung menyerangnya dengan cepat berkali-kali. Menebas lehernya, tangannya, badannya, wajahnya, kakinya. Darah mengucur dari semua luka yang ada ditubuh pria itu. Pria itu menjerit kesakitan, dalam sekejap ia sudah tidak berdaya.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah!" Kata Mia tetap dengan menebaskan katana nya ke tubuh pria itu berkali-kali. Mia sudah kalap, pikirannya kacau. Rasa marah, sedih dan dendam bercampur aduk menjadi satu.

Lalu setelah pria itu jatuh pun Mia tidak perduli. Ia tetap menyiksanya, ia menusukkan katana tepat ke jantung pria itu. Pria itu sudah tewas, tapi tetap saja Mia melakukannya.

"Mia! Cukup! Dia sudah mati." Kevin menahan tangan Mia yang ingin terus menusukkan katananya ke tubuh pria itu.

Mia tetap tidak berhenti, Kevin langsung memeluk tubuh adiknya itu dengan erat. "Cukup Mia, cukup."

Mia hanya diam. Wajahnya pucat, tubuhnya pun gemetar. Kevin semakin erat memeluk tubuh Mia. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dua kali, Mia pun langsung lemas di pelukan Kevin, Mia batuk dan darah menyembur dari mulutnya. Kevin melihat ke arah suara tembakan itu, terlihat seorang pria yang mengenakan baju serba hitam tapi kali ini ia tidak memakai jubah, mengacungkan pistolnya ke arah Kevin dan Mia. Kevin merasakan sesuatu di punggung Mia. Darah...

"Mi..Mia." Kevin tergagap saat melihat tangannya yang memegang punggung Mia penuh darah. Tangan Kevin gemetar hebat, ia sangat panik melihat keadaan Mia.

"Nii-chan.. Da..daijyobudayo." Kata Mia pelan dalam bahasa jepang. Mia mengulurkan tangannya dan memegang tangan Kevin yang gemetar.

Tubuh Mia semakin banyak mengeluarkan darah, kesadarannya pun sedikit demi sedikit semakin menghilang.

"Mia!" Teriak Kevin panik.

"Apa yang kau lakukan! Siapa kau!" Dasar sialan!" Teriak Kevin ke arah pria yang menembak Mia tadi.

Secret Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang