JIKA TIDAK ADA WAKTU TERSISA - Part 8

2.9K 70 0
                                    

Aku melihat pesan yang terkirim sedaritadi dan belum sempat dibaca.

Derek – 15.00

Nicole, apakah tadi kamu baik-baik saja? Apa yang kamu lakukan dengan pengumuman di mading tersebut? Kudengar, kamu pergi bersamanya.

Aku membacanya dan segera mematikan ponselku kembali. Aku menyimpannya dalam laci tanpa sempat memikirkan balasannya. Pertama, Derek bukanlah pacarku. Kedua, itu juga bukan urusannya. Ketiga, mengapa ia terus membuatku merasa geli dengan perhatian yang berlebihan? Bersamanya terdengar kurang pantas karena Derek sudah mengetahui semuanya mengenai William Luke Hammer. Tapi aku tidak akan mencurigainya sebagai pelaku di mading sekolah tersebut.

Awalnya aku merasa bangga sekali karena si pemilik Rolls Royce menyukaiku. Awalnya, aku berniat untuk melanjutkan hubungan dengannya. Namun, semenjak aku bertemu dengan William, aku merasa ada hal yang harus kupertimbangkan lagi. Bagaimana jika tidak ada waktu tersisa untuk aku dan William bersama? Aku bisa melihat Derek setiap waktu. Namun, William seolah dikelilingi oleh banyak teman dan rahasia. Bagaimana jika ia benar-benar pergi ke Singapura? Bagaimana jika menyukai Lyn?

Selagi masih ada waktu, aku ingin menghabiskannya dengan William.

...

Pagi ini aku berjalan menyusuri sekolah. Sudah hampir bel masuk dan aku seakan tidak mau berhadapan dengan Derek untuk sementara. Aku sampai di depan ruang kepala sekolah. Pintunya terbuka sedikit dan aku berusaha mengintipnya. Aku tidak pernah penasaran dengan urusan orang lain. Namun, mendengar kepala sekolah itu membentak, aku memutuskan untuk mengintip melalui celah kecil. Itu Tom dan Melvin, bukan? Oh, ada Richard pula di sebelahnya. Mereka menunduk dan berdiri tegak di hadapan kepala sekolah.

"Bapak tidak mengerti mengapa kalian bisa menuliskan hal semacam itu di mading sekolah! Itu kolom untuk karya seni!" bentaknya sekali lagi seraya menunjuk mereka satu per satu. Nadanya benar-benar mengerikan.

Namun, hal yang membuatku terkejut adalah...mereka bertiga tega melakukan hal itu pada William? Jadi inlah yang mereka sebut sebagai "persahabatan".

"Bagaimana jika William mengetahui berita itu tersebar di seluruh sekolah? Untunglah kemarin sempat dicabut. Jika kalian melakukannya lagi, Bapak akan tambah hukuman kalian," ia membentak sekali lagi.

Seharian itu, aku berpikir bagaimana caranya untuk memberitahukan ini pada William? Saat jam istirahat tiba, aku berjalan menuju kantin. Aku melihat satu meja panjang yang diduduki oleh William, Lyn, Tom, Richard, dan Melvin. Mereka tertawa-tawa bersama seraya makan bersama. Seolah tidak ada yang terjadi. Suasana hangat menyelimuti meja yang penuh dengan topeng tersebut.

Aku semakin tak mengerti cara untuk menyadarkan William. Yang lebih banyak suka, terluka lebih besar, untuk kalimat itu cocok untukku. Mengapa terasa hatiku begitu pedih saat mengetahui kejadian tadi pagi. Mengapa aku seakan sangat marah pada semua temannya? Semenjak mengetahui reaksi Lyn pada Jane dan semenjak mengetahui siapa si pembuat onar di mading sekolah.

Tapi, apakah William sudah merasa demikian saat kemarin Rose mempermalukanku di hadapan umum? Saat Rose dengan seenaknya berkata padaku, mungkin ia juga merasakan hal yang sama. Itulah alasan mengapa ia membelaku. Tapi masalahnya, diantara kami berdua, siapa yang merasa lebih sesak saat melihat satu sama lain menderita? Aku rasa, aku adalah orangnya.

Saat jam pulang sekolah, aku melihat William beserta ketiga pria tadi naik mobil Range Rover miliknya. Entah mereka akan kemana, yang jelas ketiga orang tadi pastilah menumpang William. Mungkin William akan dengan senang hati mengantarkan "sahabat"nya ke tempat yang mereka mau. Mungkin karena ketiga orang sahabatnya itu, William berubah. Menjadi pria nakal yang malas sekali.

WORDS of HIM (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang