5

5.2K 455 20
                                    

"Ohya? Kau meminta maaf untuk apa? Kau tak salah. Aku yang salah," ujarku seraya menundukkan kepala menahan tangis. Akhir-akhir ini hatiku menjadi sangat sensitif, seringkali menangis, dan emosiku menjadi tidak terkendali.

"Tolong jangan bersikap seperti anak kecil, Hermione."

"Peduli apa kau padaku, Ron? Urus saja kekasihmu. Lebih baik bertingkah kekanakan daripada bertingkah dewasa tetapi tidak mempunyai pikiran!" Sentakku.

Ron menghela napas panjang. Aku yakin dia sedang mengontrol emosinya.

"Okay, fine then! Aku jelas peduli padamu. Kau sahabatku! Aku terpaksa menerima Susan. Aku mencintaimu, Hermione. Tapi kautahu aku tak bisa bersamamu. Bukan soal status darah atau apapun, aku hanya.. Tak bisa." Ron menundukkan kepalanya dalam.

"Andai aku diperbolehkan menggunakan time turner untuk hal ini, mungkin sudah kulakukan. Aku rindu masa di mana aku tidak mengerti akan perasaanku padamu, Ron." Bahuku melemas.

"Jangan gila, Hermione. Kau boleh saja memukulku atau apapun itu, tapi tolong jangan gunakan time turner, kau mau membangkitkan voldemort lagi 'kah?"

"Mungkin, kalau itu diperbolehkan oleh kementrian sihir. Kau kan Auror, mungkin aku bisa melanggar hukum dengan memberimu sekotak laba-laba." Aku menggedikan bahuku lalu terkekeh sedikit.

Ron berjengit. Ketakutannya terhadap laba-laba belum hilang juga ternyata.

"Kau mungkin memang sudah gila, Mione."

Aku tertawa kecil. Jujur saja, aku sebenarnya belum mau menunjukkan sedikit senyumpun di hadapannya. Tapi apa boleh buat, aku tak kuat menahannya lama-lama.

"Kapan ada reuni di Hogwarts? Aku ingin mengajarkan mantra-mantra sihir tingkat lanjut kepada anak-anak kelas 5. Omong-omong mereka sekarang sudah nyaman dan aman ya. Kalaupun mereka melanggar peraturan, paling tidak itu tidak membahayakan seperti tahun-tahun kita bersekolah," ujarku sambil mengingat-ingat masa saat aku bersekolah di Hogwarts.

"Mungkin lusa. Yaa, mereka mungkin tidak akan jadi sehebat kita, karena siapa yang akan mau bertarung memerangi sang penguasa dengan mantra-mantra yang mereka kuasai?buat apa mereka belajar sihir tingkat lanjut kalau itu tak akan berguna. Paling hanya battle antara penyihir seperti yang pernah dijanjikan Malfoy kepada Harry. Mereka tidak akan memgalami battle of hogwarts seperti kita. Jadi kau tidak usah mengajari mereka mantra yang sulit, Mione," ujarnya sambil terkekeh.

Menyenangkan juga ya mengingat masa lalu bersama orang yang kau sayangi.

"Untuk berjaga-jaga saja, Ron," balasku.

"Mau berangkat ke Hogwarts bersamaku?" Tanya Ron.

Aku mendengus kecil. Kalau kau sudah memutuskan hubunganmu dengan Susan mungkin aku mau. Tapi tidak, aku tak mau menghancurkan hubunganmu, batinku bergejolak. Mataku sedikit terpejam.

"Maaf Ron. Kau pergi saja bersama Susan. Aku akan pergi bersama Ginny dan Harry, mereka pasti mengerti."

"Mereka kan baru saja menikah--"

"Shut up, Weasley! Mereka lebih mengerti aku daripada kau. Jangan bilang kau mengerti aku, kalau kaumasih tidak mengerti bagaimana perasaanku padamu. Aku saja bisa menunggu, mengapa kau tidak?" Aku memotong ucapannya dan tidak mau lagi mendengar gagasannya.

Aku tahu sifat Ron. Sangat tahu. Aku yakin dia merasa sangat bersalah. Dan kalau bukan masalah hati, kuyakin dia akan membantah ucapanku. Tapi kini dia hanya bergeming di tempatnya.

"Hey weaslette? Sedang apa kau bersama Granger? Bukankah kau sudah menjadi kekasih Bones? Kau sudah menyakitinya, buat apa mendekatinya lagi? Bones masih kurang? Atau perasaan Granger yang mencintaimu masih kurang sehingga kau menerima Bones? Laki-laki macam apa kau?" Tanya suara bariton milik--ah itu Malfoy. Untuk apa dia menyudutkan Ron?

Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang