6

4.8K 421 4
                                    

Sorot lampu temaram milik kamar keluarga Weasley yang kini aku tempati masih menerangi diriku yang kini tengah asik sendiri dengan berbagai tumpukan tugas yang urung kuselesaikan di rumahku tadi siang.

Tidak cukup waktuku untuk menuntaskan semua tugasku lalu aku pergi ke Ther Burrow.

Kalau kutebak, kini pukul dua belas malam lewat tiga puluh menit. Perhitunganku ternyata tidak meleset ketika aku melihat jam di dinding kamar ini.

Kalau aku tidak salah memberi informasi, kamar ini adalah kamar Charlie--kakak tertua Ron, sewaktu masih tinggal di sini.

Waktu aku masih bersekolah, seringkali aku menginap di sini. Akan tetapi aku menempati kamar Ginny, dan yah kami tidur berdua di kamar itu. Lagipula kami masih kecil, jadi ranjangnya masih muat untuk dua orang.

Kalau ada yang berpikir mengapa aku memutuskan untuk kembali ke Dunia Muggle, banyak sekali faktor yang menyebabkan aku harus kembali ke sana, salah satunya adalah menebus kesalahanku pada orang tuaku dan alasan terakhirku adalah menjauhkan diri dari berbagai macam bahaya di Dunia Sihir. Setidaknya Dunia Muggle, akan lebih aman dari pada di sini. Apalagi banyak sekali mantan-mantan pelahap maut. Aku tidak ingin mengambil resiko itu.

Ada yang mengetuk pintu kamar ini, dan berbicara padaku.

"Kau tengah melakukan apa, Hermione?" Tanya sebuah suara. Ya tak perlu kutebak itu siapa. Aku sudag mengenal dekat kedua sahabatku, dan Ginny tentu saja. Tapi itu bukan suara Ginny, melainkan kakaknya.

"Untuk apa kau bertanya Ron? Ingin meminta maaf lagi?" Tanyaku tanpa harus repot membuka pintu. Tanganku masih saja sibuk bergerak di atas kertas tengah menuliskan ulang dokumen yang seharusnya ada tetapi ternyata tertinggal di kantor. Ya, Hermione bisa ceroboh. Dan sangat gila meninggalkan dokumen itu. Sebenarnya hanya dokumen penting milik departemen kota lain saja. Tapi tetap saja itu sangat penting bagi aku dan departemenku.

Rupanya sedari tadi Ron hanya diam.

"Eh? Aku? Ya aku hanya ingin meminta maaf."

"Terus saja kau meminta maaf. Aku sampai bosan."

"Buka pintunya, Hermione! Aku seperti tengah mengobrol dengan pintu."

Aku mendengus lalu memutar bola mataku. Lantas aku berdiri, mengeluarkan tongkat dan menata cepat dokumen-dokumenku dengan rapal mantra menata barang dengan sendirinya--yang sudah kuhapal di luar kepala.

Lalu aku berdiri di hadapan Ron yang rambutnya yang bisa kubilang sangat berantakan. Lebih berantakan dari Harry. Dan kantung matanya yang menebal. Loh? Padahal aku baru meninggalkannya beberapa jam lalu, dan mengapa bisa kantung matanya menebal begitu cepat? Apa dia menangis?

"Kau menangis, Ron?" Tanyaku hati-hati.

"Menurutmu saja."

"Kenapa kau yang menjadi pengecut, Ron? Kau mau menggantikan posisi, Malfoy? Aku sedang mencoba merelakanmu. Jadi jangan ganggu aku. Kalau kau khawatir akan hubungan persahabatan, percayalah, aku akan selalu menganggapmu sahabatku. Kapanpun itu," ujarku sambil mengulaskan senyum tipis di bibirku.

Ron menunduk dalam.

"Terima kasih, Mione. Kau sungguh pengertian. Aku kembali ke kamar, dan jangan tidur larut. Kau harus segar besok karena aku, dan keluargaku termasuk Harry dan Ginny akan pergi ke Diagon Alley. Kau harus ikut! Dan yah, sedikit informasi, setelah lusa, Harry dan Ginny akan pergi berbulan madu. Jadi waktunya hanya besok dan lusa. Terima kasih sekali lagi, selamat malam, Hermione."

Ron berbalik dan meninggalkanku dalam kesunyian. Aku harap setelah Ginny dan Harry pergi berbulan madu, situasi tidak akan canggung.

Tapi sepertinya, ketakutanku itu akan terjadi.

Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang