28

1.3K 53 20
                                    

Disclaimer: Read the previous chapter to remind the story

Ruangan di depanku terlihat sangat sibuk dengan manusia yang berlalu-lalang. Di sinilah aku, Ruangan Auror, besar, bahkan sepertinya lebih besar daripada Ruang Muggle Relation yang aku sambangi beberapa minggu lalu.

Harry--ah bukan, asistennya, menyediakanku teh hijau hangat. Aku duduk sembari memperhatikan berkas yang Harry sedang kerjakan. Sama saja, memusingkan.

"Harry, Apakah Ron masuk kerja?" tanyaku santai kemudian menyesap teh yang ada di cangkir yang kupegang.

Harry yang sedang mencari beberapa data yang katanya mungkin akan kubutuhkan di dalam raknya mengangguk. Ah aku tidak menyangka saja, temanku yang dahulu tampak seperti hanyalah anak pembuat onar yang senang berurusan dengan penguasa kegelapan, apalagi Ron, hanya teman yang ikut-ikutan saja, kini menjadi pimpinan tertinggi di kementrian sihir, tempat kerja impian semua murid Hogwarts. Aku tersenyum mengingatnya.

Omong-omong soal Ron, aku sudah memantapkan hati dan sadar beberapa hal. Hal ini jugalah yang mendatangiku beberapa hari terakhir dan bercokol di pikiranku dan membuatku agak sulit tidur. Aku sadar Ron juga tampaknya biasa saja denganku, begitupun aku. Saling memiliki mungkin bukan sesuatu yang kami inginkan dan harus kami capai berdua. Toh, meski Harry sudah beristri, kami tetap dekat bukan? Walaupun istrinya adalah bagian dari kami juga, Ginny Weasley yang seiring waktu dan tahun berlalu yang menjadikannya sebagai perempuan terfavoritku, seperti ibunya.

Untuk jodoh, ibuku mungkin telah menagihnya karena tahun ini aku sudah menginjak 25 tahun. Tapi, jodoh bukan ajang kompetisi bukan? biarkan aku memfokusi diri dengan karir dahulu, kalau sudah waktunya mungkin aku akan menemukannya, entah kapan. Walaupun aku tahu ibuku sangat berharap waktu itu tak akan lama lagi dan datang secepatnya padaku.

Harry menghempas puluhan perkamen di depanku. Dahinya terlihat berkerut.

"Aku hanya bisa menemukan ini, mungkin akan sangat berguna. Untuk data yang kau butuhkan aku sudah memerintah beberapa auror untuk segera turun ke lapang untuk mencari, berhubung kau juga bekerja sama dengan kementrian."

Aku mengangguk memeriksa perkamen di depanku sekilas. Puas dengan hasil pencarian Harry, setidaknya sangat membantu sebagai landasan dan pedoman untuk segera menyelesaikan kasus ini. Aku tersenyum padanya.

"Terima kasih, Harry. Kau memang yang terbaik," ujarku dengan senyum lebar.

"Sebenarnya aku penasaran, kau yakin akan turun ke lapang sendiri? maksudku mengobliviate manusia tidak semudah itu, kau tahu sendiri, Mione."

Aku tertawa mendengar pernyataannya, rupanya dia masih Harry yang sama.

"Aku tahu, jelas aku tidak akan sendiri, Harry. Kementrian mengirimiku beberapa pihak lain untuk ikut terjun bersamaku, aku juga bukan pihak yang berwenang untuk menghapus ingatan mereka. Tugasku hanya akan mencari data di sini, menjelaskan mengenai apa yang rusak, memulangkan mereka ke dunia muggle. Untuk mengumpulkan data dan menemui orangnya pun juga aku tetap membutuhkan auror, mengapa kau bisa tidak mengetahuinya?"

"Aku juga meminta ini semua, untuk menjadi landasanku sebagai strukturisasi dan kebijakanku pada mereka nantinya. Aku juga meminta datanya padamu dan mencarikan orang-orangnya padaku agar aku bisa cepat menemui mereka langsung dan ada di tempat ketika mantra itu dilakukan," sambungku seraya menyatukan perkamen tersebut di tanganku.

Harry mengangguk mengerti sembari membetulkan letak kacamatanya yang turun. Aku juga tidak heran sebenarnya jika ia tidak mengetahuinya. Harry tidak mengurusi soal ini. Kementrianpun memberikanku akses untuk segera memerintah siapapun yang aku butuhkan untuk kelancaran tugasku di sini.

"Maaf, aku hanya sedang pusing dengan beberapa yang kuurus. Ginny juga sedang banyak minta, ah aku harus banyak bersabar."

Ah aku jadi merasa bersalah sudah menyulitkannya.

"Ah maaf Harry, aku telah menyulitkanmu. Aku hanya bisa mendukungmu. Soal Ginny, ah nanti aku akan mengunjunginya jika tugas ini sudah selesai, atau di sela waktu, jika aku memiliki lebih waktu luang."

"My pleasure, Mione. Kau tahu, aku tidak keberatan. Memang sudah seharusnya aku membantumu. Yeah, terima kasih atas perhatianmu." Harry menyeruput air dari gelasnya. Matanya terlihat lelah.

"Kapan kau beristirahat? Maksudku you know, break time."

"Sore nanti, pukul empat." Ia menjawabku dan gesturnya seperti bertanya.

"Kita bisa makan bersama, di Three Broomstick, bills on me. Aku fleksibel, sekarang aku harus memeriksa tempat-tempat keramaian."

Harry mengangguk dan memfokuskan pandangannya pada tumpukan perkamen lagi.

"Aku akan pergi, sampai jumpa sore nanti, Harry." Aku berdiri lalu menepuk pundak Harry untuk segera keluar dari ruangannya, mengangguk dan tersenyum jika ada auror yang menundukan kepalanya padaku.

Aku menggunakan perapian kementrian untuk segera memasuki wilayah Diagon Alley, wilayah paling ramai di dunia sihir, menyurvey tempat itu.

Gedung tua tanpa perbaikan, aku ingat tempat mengerikan ini. gedung ini berada tepat di depanku, memunculkan kelebatan tentang pelahap maut. Ah tidak, mereka sudah tidak ada lagi. Terkadang aku ingin mengutuk diriku sendiri karena masih sulit mengusir paranoid dari pikiranku.

Samar ku mendengar teriakan tertahan dari, eum wanita?

Kuberanikan diri untuk menelusuri sisi-sisi tempat ini. Di samping gedung ini, terdapat gang sempit, aku melihat dua perempuan, yang satu tersudut.

Merlin's beard! Aku bahkan gemetar melihatnya.

"Siapa di sana?!" seruku lantang, mengacungkan tongkat sihir. Ah apa aku sudah bilang, bahwa aku masih menggunakan tongkat sihir kesayanganku ini beberapa kali? Walaupun tidak sesering dahulu. Oke, bukan waktunya untuk bercerita.

Perempuan berjubah hijau dan berambut pendek itu menoleh, wajahnya seangat ketakutan. Bersamaan dengan perempuan yang menydutkannya, orang dengan rambut semrawut itu juga ikut menoleh. Aku--aku mengenalnya.

"P-Parkinson?!"

---

16/09/21

It's a draft that i save for a long time.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang