13

3.4K 315 4
                                    

Pagi ini, tepat jam sepuluh pagi, aku mulai berangkat ke kantor. Seperti biasa. Menaikki kendaraan umum. Aku tidak suka mengotori kotaku sendiri dengan polusi yang dihasilkan oleh kendaraanku. Lebih baik polusi hanya dari beberapa kendaraan umum. Dibanding jalanan padat dan lebih berpolusi. Maka dari itu, alasan mengapa aku ingin menetap saja di dunia sihir itu salah satu faktornya karena ini. Di sana kau lebih banyak berjalan. Ingin bepergian jauh bisa pakai sapu terbang, berapparate, memakai jaringan perapian floo, dan sebagainya. Sayangnya, aku memang harus kembali ke dunia biasa tanpa sihir.

Dua puluh menit kira-kira aku habiskan di jalan, dan kini aku sampai di depan kantorku yang amat megah ini. Departemen Pemerintahan London.

Aku memasukki ruangan, kusapa resepsionis yang mengenalku, seperti biasa ia berada di lantai dasar tepat kau masuk ke dalam kantor ini. Kusapa staff-staff kantor yang mulai berdatangan dan beberapa juga yang baru kembali dari liburannya. Menaikki lantai empat, kusapa teman-teman di depan ruanganku, tak luput dari Laura, asistenku. Aku seperti orang paling bahagia di muka bumi ini. Sebenarnya, hanya untuk menyembunyikan, betapa peningnya kepala ini karena terlalu banyak beban pikiran. Ruanganku, ruangan pribadi. Ruangan General Manager. Seperti departemen sihir, kantorku pun mirip seperti itu. Pimpinanku yang sekarang adalah atasanku, tepat satu jabatan di atasku. Mungkin aku harus menunggu entah berapa lama hingga aku benar-benar memimpin departemen ini. Departemen tempatku bekerja bukanlah perusahaan, tapi seperti tangan kanan dari kerajaan Inggris. Sepertinya hari ini akan ada pertemuan untuk membahas semacam projek untuk diserahkan kepada kerajaan Inggris yang kemudian entah diterima atau tidak. Jika diterima lantas itu akan menjadi hal yang disebar luaskan dan dilakukan oleh para orang yang tinggal di Inggris. Terutama London, kota yang ketat akan pengawasan kerajaan.

"Ms. Granger, kau dipanggil oleh mr. Robert." Laura tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku. Yah, baru lima menit aku duduk di ruanganku, sudah dipanggil atasanku saja.

"Baik, terima kasih Laura, kau boleh kembali."

Seraya membetulkan letak tasku di atas meja, aku bangkit dan merapihkan tatananku.

Sudah merasa lebih baik, aku pergi ke lantai enam, ruang mr. Robert, atasanku. Entah aku tidak ingin menebak-nebak apa yang ingin ia sampaikan kepadaku. Kepalaku saja rasanya masih sedikit berat, ditambah dengan urusan pekerjaan muggle, ah. Bisa pecah kepalaku karena banyaknya beban ini.

Aku mengetuk pintu dahulu, itu merupakan tata krama yang harus dilakukan. Yah aku rasa semua orang pun memang harus begitu. Mengatas namakan kesopanan.

"Masuk," ujar suara berat di dalam. Mr. Robert ini usianya jauh lebih tua di atasku, bahkan sudah berumur. Tapi suaranya benar-benar masih berwibawa dan menampakkan ketegasan. Aku saja segan dengannya.

"Duduk, Hermione."

Aku mulai duduk di depan mejanya dan melihat tumpukan berkas-berkas yang lebih menggunung dibanding punyaku. Oh, lupakan tentang aku menunggu menjadi pemimpin. Ini terlalu banyak sekaligus besar tanggung jawabnya. Di sini tidak ada time turner seperti di dunia sihir. Aku tidak mau menjadi drop seperti waktu tahun ketigaku di Hogwarts. Terlalu banyak tanggung jawabku terhadap tugas yang harus aku jalani. Benar-benar lelah fisik, lelah batin, dan lelah pikiran.

"Ada apa, Sir? Kau memanggilku ehm, sepagi ini? bahkan sebelumnya tidak pernah."

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan tentang tugas yang akan kau laksanakan seminggu lagi. Semua ini menyangkut dan ada kaitannya dengan itu."

Satu jam penuh aku dan mr. Robert berdiskusi dan diberi tahu tentang visi-misi dari tugas ini. Ia menutupnya dengan,

"Hermione, aku menugaskanmu bukan tanpa alasan. Kau akan tahu nanti. So, semoga kau bisa mengerjakan tugas dariku dengan lancar. Jika berhasil, kau mendapat banyak keuntungan. Terima kasih. Hari ini kita meeting di ruang pertemuan bersama beberapa staff kantor yang seharusnya kau sudah tahu, pukul 14.00. Don't be late." Ia mengakhiri dengan kata-kata itu. Dia tak mengharapkan kata-kata balasan kurasa. Maka dari itu, aku mengucapkan salam dan segera keluar dari ruangannya. Aku berjalan cepat menuju ruanganku. Banyak berkas yang belum aku kerjakan. Agak tertinggal karena izin libur kemarin.

"Laura, tolong berikan semua berkas yang kau tahan. Aku ingin mengejarnya seminggu ini," ucapku saat sampai di lantai empat, tepat di depan ruangan Laura.

"Baik miss. Saya akan berikan. Sebentar saya akan bereskan dahulu."

Aku tidak ingin mengerjakan dengan terburu-buru. Tapi kelihatannya, alternatif itu menjadi yang paling baik saat ini. Aku ingin santai sejenak satu-dua hari sebelum keberangkatanku.

Ratusan kertas bertumpuk menjadi satu hingga menutupi sebagian wajah Laura. Ia meletakkan kertas-kertas itu di atas mejaku dengan hati-hati. Aku berusaha untuk tidak membelalakan mataku. Bisa gila aku ini. Merlin!! Kalau saja aku boleh memakai sihir untuk mengerjakan ini.

"Maaf, ini berkas-berkas yang kutahan. Seharusnya aku bisa menyeimbangi tapi ternyata tidak. Aku sudah berusaha, miss. Ada yang bisa kubantu?"

Aku memijit dahiku yang mengerut karena melihat hal yang membuatku sedikit mual. Ya tumpukan kertas itu. Walaupun belum sebanyak punya mr. Robert, tapi ah sudahlah lebih baik aku kerjakan daripada mengeluh, itu tidak membantu. Mengapa aku menjadi mirip Harry dan Ron yang selalu mengeluh akan tugas. Hermione tidak begini setahuku, inu semua karena perasaan gilanya.

"Nanti jika kuperlukan. Aku akan ada meeting pukul dua. Kau siapkan saja apa yang seharusnya disiapkan. Terima kasih Laura." Aku tersenyum lelah di hadapannya. Sepertinya Laura pun mengerti karena ia segera keluar dari ruanganku setelah mengucap beberapa patah kata. Rasanya rambutku sudah semakin berantakan. Padahal ini masih pagi.

"I'll do my best," gumamku kepada diriku sendiri. Itu tekad. Dan aku tidak boleh mengingkarinya.

[T] [B] [C]

Sorry for slow update, krn ternyata kondisi nggak ngedukung aku buat fast update. Mungkin kedepannya juga bakal slow(?) Or fast(?) Aku ngga tau, gimana kondisi aja. So sorry kalo alurnya ngebosenin atau gimana. Boleh kalian kritik kok. Aku terima.

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Hope y'll like it!

Best regards,
Mrs. Malfoy




Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang