7

4.3K 398 15
                                    

"Hermione, sedang apa kau di sana?" Tanya seseorang padaku.

"Tidak." Aku segera menghapus jejak air mataku dan menghampiri orang itu.

"Kauhabis menangis ya? Ayolahh jangan menangis terus. Apa kautidak lelah? Relakan saja." Ginny memelukku erat dan mengusap punggungku dengan pelan. Tanpa bantuan itu sebenarnya aku sudah nyaman di dalam pelukan Ginny. Pelukan sahabat.

"Aku lelah, Ginny. Aku sangat lelah. Tapi aku bisa apa?" Ujarku yang masih berada dalam pelukan Ginny. Aku menangis kembali dan terisak keras. Aku menumpahkan semua tangisku di bahu Ginny.

"Kau harus kuat, Hermione. Apa perlu aku carikan kau jodoh, eh?" Tanya Ginny melepas pelukannya.

"Kau saja. Aku tidak perlu, bisa cari sendiri."

Ginny tertawa.

"Aku kan sudah ada si tolol Harry, ya 'kan?" Tanyanya sambil melirik ke arah Harry di sampingnya.

Harry mendengus.

"Tolol-tolol juga aku ini, kau nikahi, Ginny."

Aku tertawa kecil.

Dulu, Harry yang selalu ada di sampingku, menjadi sandaranku ketika aku sedih. Kini istrinya saja sudah cukup menggantikan posisinya.

Harry memberikan sapu tangannya padaku agar bisa menghapus jejak-jejak air mataku.

Aku memeluk singkat Harry sebagai tanda rasa terima kasihku. Ginny hanya tersenyum tipis. Sudah kubilang 'kan, bahwa Ginny tidak pernah cemburu jika aku yang memeluk Harry. Hanya aku. Tidak perempuan lain, katanya. Kecuali orang tua Ginny sendiri sih atau mungkin istri dari kakak-kakak Ginny yang bebas memeluk Harry. Tidak teruntuk bagi Susan Bones, kekasih Ron. Ginny tidak akan rela itu.

"Jaga dirimu, Mione. Lusa kami akan berangkat bulan madu. Setelah ada reuni di Hogwarts, tentu saja. Dan akan pulang dua minggu lagi. Kami berdua memutuskan untuk cuti dari pekerjaan. Maaf kami tidak bisa menemanimu saat kau pulang. Mungkin nanti, jika aku dan Ginny sempat, aku bisa mengunjungi rumahmu," ujar Harry seraya menepuk bahuku.

Aku mengangguk.

"Dan kau Harry! Mengapa kau mengundang Malfoy, kemarin? Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu."

"Ya, Harry yang mengusulkan! Aku hanya bisa menerima saja!" Sahut Ginny.

"Yah, mengapa tidak? Toh sebenarnya dia memihak kita waktu battle of hogwarts. Hanya saja ia terpaksa. Dia baik lagipula. Kau saja yang buta, Hermione. Sepertinya dia suka denganmu." Harry terkekeh.

Ginny hanya menggedikan bahu, tidak tahu.

"In your wildest dream, Harry!"

•••

Kini aku tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Hogwarts untuk bertemu teman-temanku di sekolah dulu.

Aku beranjak keluar dari kamar dan sudah disambut oleh beberapa orang di ruang tamu keluarga Weasley.

Well, bahkan hari ini ada Charlie yang akan ikut bersama kami. Jarang sekali aku bisa lihat dia berada lama di rumah. Kukira dia akan segera kembali ke Rumania, tapi ternyata tidak. Omong-omong, aku heran mengapa Charlie bisa-bisanya tahan dengan status 'sendiri' nya itu. Bahkan ia bertekad tidak akan menikah. Aku terkekeh jika mengingat ia mengatakan itu.

Aku tersenyum kepada mereka semua.

"Hey Bill, Fleur, Charlie, George, Angelina, Percy, Audrey, mrs. Molly, mr. Arthur, Ginny, Harry,--"

Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang