9

4K 393 5
                                    

"Apa yang akan kau bicarakan, Susan?" Tanyaku to the point.

"About Ron."

"Sudahlah aku tak mau membahasnya. Lagipula kau sudah memilikinya," kataku dengan nada yang tertekan.

"Hermione, aku minta maaf. Kuingatkan padamu, kau ini temanku yang paling baik di Hogwarts, yah walaupun kita beda asrama. Tapi kauselalu membantuku jika ada pelajaran yang menyulitkanku. Aku tidak akan pernah lupa itu," ujar Susan. Suaranya melunak dan sangat penuh perhatian.

"So?"

"Begini, Hermione. Apa kaumau memaafkanku dahulu? Apapun kesalahanku dan Ron? Aku tahu kaubelum merelakan. Tapi aku yakin kaubisa."

Perlahan aku mengangguk. Betul kata Susan. Lagipula aku tak mau terpuruk dalam kesedihan mendalam. Banyak orang yang menguatkan aku, menyayangi aku dan bisa menjadi alasan aku tersenyum. Tak ada lagi yang bisa menjadi hambatanku. Toh, Ron juga tidak suka aku begini terus. Aku juga harus kuat dan menjadi lebih tegar seperti dirinya. Yang aku tahu, ini bukan salah Ron dan aku juga tidak menyalahkan Susan.

"Hermione, hal yang harus kautahu adalah Ron masih mencintaimu dan aku--aku sama sekali tidak berniat merebut Ron darimu. Tak ada niatan picik itu setitikpun dari dalam hatiku. Percayalah, ini bukan omong kosong. Kalau aku picik, sudah dari dulu aku tidak akan masuk Hufflepuff, melainkan yahh you know. Maaf saja, aku bukan merendahkan, tapi memang faktanya seperti itu." Ia terkekeh sedikit lantas melanjutkan omongannya.

"Hermione, aku tahu kau masih mencintai Ron begitu dalam. Begitu juga Ron. Kautahu aku merasa sangat bersalah padamu. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa sementara orang tuaku dan ayah Ron terus saja mendesak kami berdua. Ayah Ron juga memikirkanmu, tapi aku yakin dia sudah memikirkan itu dan ini untuk kebaikan kalian sendiri. Dan--"

"Tapi--" aku memotong ucapannya. Aku tahu itu lancang.

"Sebentar. Aku ingin menjelaskan dan tolong dengarkan aku, Hermione. Kalau kauingin berkomentar, aku terima tapi tolong biarkan aku menjelaskan dulu."

Aku mengangguk pelan.

"Begini, aku ingin memberi tahu satu hal. Ya, kau barusan tahu bahwa aku dijodohkan dengannya. Tapi aku juga merasa tak enak hati dengan Ginny Weasley dan mrs. Weasley. Yah, walaupun mereka selalu baik kepadaku, tapi rasanya berbeda saja. Kau yang selalu ada di hati mereka. Aku bahkan belum berani menyebut nama depan adik Ron itu." Ia meringis sedikit dan tampak merasa bersalah.

"Aku dan Ron sama sama belum mencintai satu sama lain. Percayalah. Kautahu sendiri, bahwa aku sulit untuk jatuh cinta. Kecuali kagum mungkin. Aku kagum dengan banyak orang, bahkan terhadapmu, Hermione. Parasmu, kecerdasanmu, ketangguhanmu, dan yang lainnya. Aku merasa aku harus diam dan menuruti kata-kata orang tuaku. Walaupun aku tahu, tidak ada yang bisa memaksakan kehendakku, bahkan orang tuaku. Tapi aku bukan salah satu di antara mereka yang bisa membantah keingin orang tua. Aku punya kewajiban untuk mematuhi orang tuaku. Soal jatuh cinta, itu masalah akhir. Ron juga tahu itu. Yang paling penting itu orang tua. Aku dan Ron masih sama sama menuju proses jatuh cinta. Maaf kalau membuatmu sakit hati, tapi kami harus melakukannya. Segala kemesraan itu. Aku dan Ron sama sama berusaha. Soal hati dan kepemilikan, aku belum merasa bahwa aku memiliki sepenuhnya, aku memang memiliki raganya, tapi hatinya masih tetap untukmu, aku yakin itu. Ia sepenuhnya mencintaimu. Aku sedang berusaha mencintai Ron, begitu juga Ron. Ia sedang berusaha jatuh cinta kepadaku dan mematikan rasanya kepadamu, Hermione. Aku tahu kau sakit mendengarnya. Aku paham rasa itu. Rasa sakit. Tapi Ron melakukan ini demi kebaikan kalian berdua juga. Kalian tidak boleh saling egois dan mementingkan ego masing-masing. Aku harap kaubisa rela, Hermione. Aku sama sekali tidak punya rasa terhadapnya, tapi tugasku adalah berusaha. Jadi akan aku usahakan." Ia tersenyum tipis.

Troubled Love - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang