Entah kenapa, gue nggak pernah bisa berantem lama-lama sama Jaehyun.
Selalu ada salah satu dari kita yang memecah es tersebut dengan bersikap seperti nggak ada apa-apa. Dan selalu ada salah satu dari kita yang ngalah.
Tapi untuk kali ini, gue--salah satunya--nggak mau mecahin es. Gue nggak mau ngalah.
Karena terlalu kecewa sama scene yang gue liat di Fakultas Psikologi tadi, gue langsung menemui Kak Ten yang kebetulan juga baru dateng ke Asep. Sejam berlalu, dan Kak Ten masih sibuk ngakak ngeliatin video ajudan pribadi dan anak-anak Bis*kuat. Dan mata gue masih aja nyureng ngeliatin chat yang gue kirim ke Jaehyun. Yang masih juga belum dibales. Gue pun ngedumel dalam hati.
Dan pertanyaan yang nggak gue harapkan keluar dari mulut Kak Ten pun keluar juga.
"Heh," panggil Kak Ten setelah dia nyikut gue, "Temen lo mana?"
Tau siapa yang dimaksud oleh Kak Ten, gue mendengus. "Mokat kali."
"Weh ngasal lu ya," katanya seraya noyor pelan kepala gue.
"Dia yang ngasal kali bukan gue," gumam gue. Dan untungnya Kak Ten nggak denger--dan udah nggak kepo lagi. Kalo dia denger ya lo semua tau lah dia bakal sekepo apa dan seberisik apa.
Sementara Kak Ten kembali sibuk sama video-video recehnya (yang nggak kelar-kelar gue juga bingung kenapa bisa begitu), gue cuma sibuk sama milo dingin yang ada di depan mata gue dan chat gue yang nggak kunjung dibales. Which is weird karena Jaehyun nggak pernah bales lebih lama dari 10 menit, dan ini udah sejam lebih.
Gue pun meletakkan hp gue jauh-jauh dari pandangan mata--lebih tepatnya ke dalam kantung kemeja Kak Ten, dan menaruh tas gue diatas meja untuk gue pake sebagai bantalan kepala. Untuk sebentar aja gue mau galau, pikir gue sambil memejamkan mata dan menutup setengah muka gue pake jaketnya Kak Ten.
Nggak lama kemudian gue bisa ngerasain ada tangan yang berusaha nyeka rambut dan poni gue yang nutupin setengah muka gue. Awalnya gue berpikir palingan itu Kak Doyoung atau Kak Taeyong yang emang suka ngeraphin rambut gue kalo tidur, mengingat dulu pas kecil gue pernah kecolok sama rambut sendiri.
Tapi pas gue denger suaranya, ternyata bukan.
"Kok dia tidur disini, Bang?" tanya Jaehyun kepada Kak Ten yang sekarang gue nggak tau deh dia lagi ngapain.
"Bah, mana gua tau tu anak tiba-tiba udah pelor gitu???" jawab Kak Ten kaya nggak mau disalahin. Padahal juga siapa yang mau nyalahin dia, keburu males sama congornya.
Rasanya gue mau mencak-mencak sambil bilang, Gue nggak tidur, ya! Gue cuma laper!!! Dan lagi pengen galau!!!
Gue pun langsung pura-pura kaya orang yang baru bangun gitu, ngucek-ngucek mata dan menopang kepala gue yang rasanya berat diatas telapak tangan gue, dan pura-pura merem lagi.
Jaehyun yang melihat pergerakan gue langsung mengambil tas gue untuk ditaro diujung meja, dan sebagai gantinya dia nyodorin plastik putih yang isinya kayanya sih makanan.
"Makan dulu." titahnya setelah dia duduk dan mengambil isi dari plastik putih tersebut.
Fak, kenapa dia harus beli sushi tei disaat hati gue ancur berantakan kaya gini sih? Kaya pas banget timingnya tapi bayangin aja lo diobatin sama orang yang nyakitin lo.
Belum aja gue nerima sumpit yang disodorin sama Jaehyun, orang di sebelah gue tiba-tiba memekik.
"WOOOOY BAGI-BAGI DOOOOOOOOONG"
Ya siapa lagi kalo bukan setan yang daritadi duduk sama gue yang kerjaannya ngakak doang.
"Iya, bareng-bareng ya makannya." sahut gue setengah bisik-bisik. Dan kebetulan juga gue agak gengsi sebenarnya kalo makannya sendiri.
Nggak kaya biasa yang gue makan selalu diem-diem tapi abis, ini gue makannya lambat banget kaya satu persatu ngunyahnya lama. Jaehyun agak sedikit mengerutkan keningnya ngeliat gue makannya sedikit.
"Kok line gue nggak dibales, Sya?"
Instead of nanya kenapa gue tumben makannya sedikit dan lambat, dia malah nanya kenapa gue nggak bales line dia. Yokshi raja ternggak bisa ditebak Jung Jaehyun.
Tapi gue hanya menggeleng kecil, sama sekali nggak ada niatan untuk ngebales pertanyaan dia atau bahkan ngeliat ke muka gantengnya. Gue lagi nggak mau luluh, lagi nggak mau sok nggak ada apa-apa.
Dan Jaehyun nggak mau menyerah, dia tetep aja nanya-nanyain gue hal-hal random, yang tentunya cuma gue bales dengan gelengan atau angkat pundak sedikit. Kadang juga gue senyum tapi dikiiiit banget.
"Pulang bareng gue, ya?"
Gue menggeleng untuk yang kesekian kalinya sambil meletakkan sumpit didalam tempat plastik berwarna hitam yang tadinya berisi sushi itu. Dengan cekatan gue pun membereskan sisa makan gue dan Kak Ten dan menyuruh Kak Ten untuk melempar plastiknya kedalam tong sampah.
"Kenapa nggak?" tanya Jaehyun lagi.
Gue melengos, "Lagi nggak pengen aja."
"Terus lo balik naik apa?"
Gue berpikit untuk mencari alasan mutlak untuk nolak Jaehyun. Kalo gue jawab gue naik grab, Jaehyun orangnya nggak segan-segan narik hp gue dan langsung meng-cancel orderan gue. Nggak peduli kalo grab nya udah dateng atau belum. Kalo gue bilang bareng Haknyeon, Jaehyun pasti bakal murka.
"Busway kali." jawab gue sekenanya.
Jaehyun menunjukan wajah nggak setujunya, "Nggak ah. Bahaya. Lo sama gue aja."
Kayanya sih gue lebih bahaya kalo pulang sama lo, Je.
"Nggak, Je."
"Sya."
"Nggak."
Cowok itu lalu mengulurkan tangannya untuk narik tangan gue, walaupun posisi gue sama dia masih duduk berhadap-hadapan. Dengan cepat gue menarik tangan gue sendiri menjauh.
"Jaehyun!"
Lalu kami berdua, plus Kak Ten yang daritadi lebih memilih untuk menjauh dari pertengkaran dan udah pindah duduk bersama temen-temen seangkatannya pun menoleh ke asal suara. Mata gue langsung melirik kesal kearah cewek berambut orange yang sekarang berjalan mendekat kearah kita.
"Rose? Ngapain?" tanya Jaehyun sedikit panik, dan gue langsung ketawa hambar dalam hati.
Tanpa babibu dan nggak membiarkan Jaehyun untuk sempet menahan gue, gue langsung bangun dari tempat dan menarik tas gue untuk melarikan diri dari situ.